II. Melindungimu

286 34 5
                                    

Dengan cepat dan gesit aku berlari sambil menghindari akar pohon yang menonjol ataupun ranting yang menghalangi arahku.

Rooarrhh!!
Itu suara auman kumbang. Apa mereka sudah menemukan gadis itu? Setelah sampai ke arah suara auman kumbang tadi, aku terkejut. Gadis itu tengah ditindih oleh kumbang yang terlihat siap mengoyakan lehernya.

Dengan marah aku langsung menerjang kumbang itu dan mencakar serta sesekali mengigit tubuhnya. Tak kuberi ampun kumbang itu. Aku terus saja mencakari dan mengigit lehernya.

Tapi aku tidak ingin membunuhnya, aku hanya ingin membuatnya kapok. Aku tak akan membiarkan setiap manusia yang kutemui harus menderita cidera ataupun kehilangan nyawanya.

Walaupun mereka menganggapku monster, akan tetapi aku akan tetap bersikap baik dan tidak menunjukkan sikap monster yang mereka kira.

Kulihat kumbang itu sudah tak bisa berdiri lagi, nafasnya tersengal dan terbaring lemah dengan tubuh yang berlumuran darah dan hiasan cakar serta gigitan yang kubuat. Kualihkan pandanganku untuk mencari gadis apel itu. Dia terlihat syok dan berjalan mundur ketika aku melihatnya.

"Ja-jangan bunuh aku, kumohon..," ucapnya lemas lalu menitikan air matanya. Semenyeramkan itukah aku?

"Aku tak akan membunuhmu, sekarang kau aman. Kau mau kemana? Aku akan mengantarmu." tawarku padanya lalu mengulurkan tanganku.

Tunggu! Tanganku bernodakan darah, errr tak heran dia takut kepadaku. Dengan segera aku membersihkan tanganku dengan menyapukan pada daun yang lebar di sekitarku.

Aku teringat, mulutku juga pasti berantakan dan kotor. Lalu aku membersihkannya dengan menyapunya pada lengan pakaianku. Walau tak bersih sempurna, seharusnya dia tidak takut lagi kepadaku. Aku hanya ingin lebih mengenalnya.

"Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan suara bergetar dan tentunya tubuhnya bergetar ketakutan.

"Yang aku inginkan hanyalah kau selamat dan tidak takut kepadaku serta... jaga rahasiaku agar hanya kau dan Nenek itu yang tau." jawabku sembari tersenyum tulus.

"Kau tidak mau memakanku atau membunuhku?" tanyanya lagi masih dengan ketakutan.

"Aku tidak suka hal yang seperti itu. Yang tadi kau lihat itu hanya bentuk perlindungan dan perlawanan, lebih baik aku kelaparan dari pada makan daging." jawabku, kali ini wajahku berubah kesal.

"Ma-maaf, tapi aku masih tak bisa sepenuhnya percaya kepadamu. Soal Nenek itu?" ucapnya sembari menundukan kepalanya tapi badannya masih gemetar, dan dia terlihat ingat akan sesuatu.

"Ah, dia teman manusiaku yang tinggal di hutan ini. Selama ini aku selalu makan di rumahnya, tapi berhubungan dia pergi ke kota jadi tadi.... lupakan." ucapku, hampir saja aku mengucapkan kejadian tadi siang.

"Tinggal di hutan? Ke kota? Apa nama Nenek itu Olivia Carmen?" tanyanya lagi, hmm dia kenal dengan Nenek itu?

"Ehh? Kau tau dari mana?" tanyaku lagi kepadanya sambil memasang wajah bingung.

"Dia Nenekku. Sepertinya kau mengenalnya, Nenekku juga bilang dia mempunyai teman di sini tapi dia tidak pernah mau menceritakannya, jadi kau pasti temannya." ucapnya lalu mulai menunjukan senyumnya walau terlihat ragu.

Hmm, jadi Nenek Oliv tidak memberitahunya ya? Tak masalah, memang aku yang memintanya untuk merahasiakannya.

"Begitu, kau bisa percaya padaku. Ayo, aku akan mengantarmu sampai kota terlihat," tawarku padanya, tapi dia menggelengkan kepalanya.

"Tujuanku bukan ke kota, tapi ke rumah Nenekku. Tapi sepertinya aku tersesat, kau mau mengantarku ke rumah Nenek?" akunya, pantas saja tadi dia malah lari ke sarang kumbang ini.

"Tak masalah, ayo ku antar." ucapku, lalu mulai mendekat padanya, tapi dia malah menjauh.

"Jangan dekat-dekat, aku masih kurang percaya padamu. Kau jalan duluan biar aku mengikutimu." pintanya, lalu dia mengambil sebatang ranting.

"Untuk apa ranting itu?" tanyaku keheranan.

"Untuk jaga-jaga jika kau menyerangku," jawabnya sambil memasang sikap bertahan.

"Sepertinya aku yang akan menjagamu," ucapku lalu tersenyum kepadanya.
"Ayo, hari hampir gelap" lanjutku lalu memulai langkahku.

«¤»

Jumat, 15 Maret 2019

15 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang