XVI. Hidup ini

129 14 0
                                    

Roby semakin tua.

Kini dia telah menjadi Ayah dari 4 manusia muda dan kuat.

"Selamat ulang tahun, Daisy." ucapku kepada anak Roby yang paling besar, saat ini Daisy beranjak ke umur 19 tahun.

"Te-terima kasih, Paman Rolend.." jawabnya sembari menerima hadiah kecil dariku yang berisi hiasan rambut.

"Kau tidak perlu memanggilku Paman, tidakkah kau lihat bahwa aku masih tampan. Tidak seperti Ayahmu yang sudah seperti bubur Hahaha!" tawaku diiringi tawa Daisy.

Takk!

Roby menjitakku dengan keras.
"Sialan kau, setidaknya aku sudah memiliki keturunan. Kau kapan?" hardiknya jengkel.

"Hei, Ayah ingin keluar sebentar dengannya. Bersenang-senanglah dengan seumuranmu hehehe." perintah Roby pada Daisy, lalu merangkul ku dan kami pergi ke toko buku.

«¤»

"Masih belum menemukan yang seperti Rinka eh?" tanya Roby sembari memilah buku.

Aku menggeleng kepala dan tertawa kecil sembari membaca ringan buku cerita yang terlihat menarik.

"Haahhh.. kau selalu saja seperti ini. Lalu apa kau sudah pernah melihat Rinka lagi?" interogasinya lebih lanjut.

"Aku dapat pastikan bahkan kau tidak tau dimana dia sekarang." jawabnya sendiri setelah melihatku tidak bergeming dari membaca.

"Memangnya kau tau dia dimana?"
tanyaku mengernyitkan dahi heran.

"Ku dengar dari isteriku, bahwa Rinka selama ini menjalani hidup di benua Barat." ucapnya, lalu kami menghampiri kasir dan membayar buku kami.

"Benua Barat?" tanyaku lebih lanjut dan keluar dari toko buku.

"Ya, tempat di mana empat musim berlangsung. Apa kau tertarik untuk mengunjunginya? Siapa tau selain Rinka kau akan menemukan seseorang di sana. Atau mungkin kau akan menemukan wanita werewolf juga di sana." ucapnya sedikit antusias.

«¤»

Waktu berlalu begitu cepat, Tak terasa Roby sudah berumur 90 tahun.

Sebuah anugerah, manusia dapat melewati usia 70 Tahun. Itu yang ku baca dari buku sejarah.

Akupun bertanya-tanya, apakah Rinka masih hidup? Jika ya, apakah dia sehat seperti Roby yang masih gemar berjalan menikmati kota?

Aku memang pengecut, tak berani mencarinya walau sudah tau keberadaannya 50 tahun silam.

"Rolend, aku ingin serius mengatakan ini padamu," ucap Roby sembari menyeruput teh hangat di teras rumahnya denganku. Aku menatap Roby penasaran.

"Bahkan anakku sendiri akan menjadi seorang Nenek. Dan kau masih belum memiliki pendamping hidup. Tidak, kau mungkin sudah sangat bosan dengan ucapanku hahaha! Astaga, kita berteman 75 tahun tapi aku merasa sedang berbicara dengan anak muda. Lihatlah, kau terlihat seperti masih 23 tahun!"

"Hahaha, jadilah werewolf di kehidupan selanjutnya ya." candaku lalu menyeruput teh santai.

"Aku ingin mengatakan setidaknya pergilah, hampiri Rinka. Ingat ucapanku, kau akan menyesal saat kau tak dapat melihat wajahnya lagi sampai akhir hidupmu." ucapnya.

Lalu tak lama kemudian, keluarga Daisy datang ke rumah Roby, bersama dengan anaknya yang tengah mengandung tua. Roby akan menjadi seorang buyut.

Roby benar, setidaknya aku harus pergi melihat Rinka. Bagaimanapun dialah cinta pertamaku.

Aku belajar dari manusia. Jika kau tidak bisa mendapatkan apa yang kau inginkan, setidaknya abadikanlah dalam memory mu. Biarkanlah memory itu membuatmu bahagia dalam mimpi dan angan mu.

«¤»

Maaf ya, kalo humornya receh dan terkesan dipaksa buat end. Karena author ga punya ide buat kisah Roby dan Rolend

Rabu, 17 Juli 2019

15 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang