IV. Serangan Serigala

204 26 1
                                    

Kejadian semalam benar-benar membuatku malu dan kesal. Pasalnya Nenek Oliv mempermalukanku secara halus. Tapi itu tak mengubah kegiatan rutinitas ku. Mengunjungi rumahnya hanya untuk meminta makan dan membantunya bila dia memintaku atau dia sedang kesulitan.

Tok tok tok
Aku mengetuk pintu gubuknya. Nenek Oliv pernah bilang bahwa aku harus menganggap gubuknya adalah gubukku juga. Tapi tetap saja aku sadar, bahwa ini masih gubuknya walaupun aku juga membantu membangun gubuk ini.

"Huh?" aku bingung, karena yang membuka pintu adalah gadis apel. Aku dilanda rasa canggung lagi. "Eumm.. Nenek Oliv mana?" tanyaku mencari alasan yang sebenarnya memang sedang mencari Nenek Oliv.

Ternyata gadis ini tak bersahabat, dia langsung menutup pintunya dan menjawab dari dalam.
"Nenek sedang pergi sebentar, memanen buah di kebunnya. Tunggulah di luar sampai Nenek datang." huh! Cantik-cantik kok dingin sih? Ingin rasanya aku menjahilinya.

Aku langsung menghampiri Nenek Oliv di kebunnya dan menceritakan kejadian tadi. Nenek Oliv hanya tertawa mendengar kelakuan Cucunya, aku hanya mendengus kesal. Tidak Nenek tidak Cucunya, sama-sama menyebalkan. Aku pun memutuskan untuk membantu Nenek Oliv agar rasa kesalku berkurang.

Saat kegiatan memanen kami selesai, kami kembali ke gubuk Nenek Oliv yang letaknya tak terlalu jauh tapi juga tak terlihat gubuknya jika dari kebun. Saat memasuki gubuk, Nenek Oliv terlihat panik dan keranjang berisi buahnya terjatuh.

"Rinka!! Kau dimana Rinka!?" histeris Nenek Oliv. Tak perlu mencari ke seluruh ruangan, karena semua ruangan di gubuk ini menjadi satu mulai dari kamar tidur, dapur, ruang makan, ruang tamu, dan lain-lain. Kecuali kamar mandi, tapi saat ini pintu kamar mandi terbuka.

Tak perlu diragukan lagi indra penciuman werewolf. Bahkan serigala biasapun yang 'katanya' sejenis dengan kami memiliki indra penciuman yang tajam.

"Tenanglah. Aku akan mencarinya." ucapku dan memberi janji padanya. Nenek Oliv menganggukan kepalanya.

"Cari dia secepatnya Rolend, aku takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya!" Ucap Nenek Oliv, kali ini air terjun sudah membasahi pipinya. Aku mengangguk mantap dan langsung melesat secepatnya, mengikuti aroma tubuh gadis apel itu.

Sudah sekitar 7 menit aku berlari dan mencarinya, sampai aku mendengar sesuatu yang keras terjatuh di tanah. Situasi ini?

Aku mendengar lagi suara yang bergesekan dengan daun kering dan tanah, kali ini aku yakin itu pasti si gadis apel. Aku langsung mengikuti arah suara dan arahku benar, tebukti dari aromanya yang masih tercium di hidungku. Saat sudah mendekati suara itu, aku dapat mendengar suara menggeram. Aku tak tau, gadis itu yang sial atau hutan ini memang berbahaya?

"R-Rolend tolong aku," ucap gadis apel saat melihatku. Dapat kulihat 6 ekor serigala sedang mengepungnya. Ayolah.. aku tak ingin melawan yang masih satu spesies denganku.

Aku menerjang ke arah depannya gadis apel dan mengaum kearah serigala-serigala itu. Kami saling mengaum cukup lama sampai salah satunya menerjang ke arahku dan dapat ku lawan dengan mudah, lalu aku mengaum lagi lebih keras. Memberi peringatan pada mereka. Setelah mendengar aumanku yang terbaik itu, mereka pun mundur.

"T-terima kasih telah menolongku," ucap gadis apel sambil menunduk dan memandang arah lain. Astaga dia imut sekali.

"Kau bodoh!! Apa yang kau lakukan di sini!? Kalau tadi aku tak datang kau pasti sudah di dalam perut mereka!!" bentakku menghinanya, untuk mengurangi rasa gugupku. Dapat kudengar, dia menangis kecil. Pasti aku sudah salah bertindak, dia membuatku merasa bersalah saja.

"Sudahlah, ayo kembali. Nenekmu sedang khawatir menunggumu," ucapku menenangkannya dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Dia memandang tanganku yang berbulu dan berkuku panjang ini dengan ragu. "Buluku tak beracun dan kuku-ku tak akan merobek kulitmu." hardikku seolah tau apa yang difikirkannya.

Lalu dia meraih tanganku, dapat kurasakan dia sedikit bergetar setelah memegang tanganku. Setelah dia berdiri aku melepaskan tangannya dan kami pun kembali ke gubuk Nenek Oliv dalam keadaan canggung.

«¤»

Jumat, 22 Maret 2019

15 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang