V. Pertengkaran Kecil

177 24 0
                                    

Saat sudah sampai Nenek Oliv pun berhambur memeluk Cucunya tersedu, begitupun sebaliknya. Aku hanya memandang mereka datar.

"Kau dari mana saja Rinka!? Aku hampir jantungan dibuat olehmu!!" Nenek Oliv mengomel dan masih menangis serta memeluk gadis apel.

"Maafkan aku Nek! Aku tak bermaksud membuatmu khawatir!" jawab gadis apel itu tersedu.

"Dia tadi dikepung oleh kawanan serigala, untung aku segera datang." jawabku memberitahukan kebenarannya. Mata Nenek Oliv langsung membulat memandang Cucunya.

"Astaga! Kau tak terluka kan?" pekik Nenek Oliv lalu memeriksa tubuh Cucunya. Selain menyebalkan dan sombong ternyata dia ini bergelar 'kesayangan'.

"A-aku tak apa-apa. R-Rolend, terima kasih telah menyelamatkanku," ucapnya tergagap.

"Ya, jangan ulangi kesalahanmu itu. Kalau Nenek Oliv tiba-tiba saja terkapar kan aku juga yang repot," aku mengomel dan membuat Nenek Oliv tersinggung.

"Kau menyinggungku. Jangan salahkan aku jika aku akan memasak brokoli selama seminggu." ancam Nenek Oliv, dan itu berhasil membuatku bersujud meminta maaf.

***

3 hari setelah kejadian gadis apel diserang serigala itu, dia sudah mulai akrab dan tak takut padaku. Walaupun dia agak kesal denganku karena aku sempat menjahilinya.

Waktu itu aku menjahilinya dengan menaruh cacing tanah pada tumpukan baju bersihnya, sehingga dia tidak mau memakai baju yang terkena cacing tanah itu lagi. Tentu aku sangat puas karena berhasil menjahilinya, tetapi melihatnya terus marah membuatku merasa bersalah dan meminta maaf padanya. Sejak itu aku tak pernah menjahilinya lagi.

"Heii Serigala! Kenapa kau melamun saja sedari tadi? Bantulah kami!" gadis apel menyadarkanku dari lamunanku.

Saat ini kami sedang menanam bibit di kebun Nenek Oliv, dan aku sedang duduk di bawah pohon rindang karena lelah membawa peralatan mereka.

"Berhentilah memanggilku Serigala! Namaku Rolend. Ingat ROLEND." hardikku dengan penekanan pada namaku.

"Tidak mau. Kau juga sering memanggilku Gadis Apel, padahal kan namaku sudah jelas, Rinka!" jawabnya sambil berkacak pinggang.

Aku tak ingin melanjutkan perdebatan kecil ini dan langsung melesat membantu Nenek Oliv menggali lubang untuk bibit.

"Kau paham tidak? Kalau tak ingin aku memanggilmu Serigala, maka berhentilah memanggilku gadis apel. Lagipula darimana kau dapat julukan itu hah?" omel gadis apel sambil melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, menggali lubang.

"Baiklah ga- ralat, maksudku Nona Rinka," ucapku dengan nada seperti pelayan yang menyebutkan nama seorang lady. Oh, satu lagi yang ku tau dari gadis apel. Ehermm maksudku Rinka. Yaitu dia selalu serius dengan ucapannya.

"Jika kalian bertengkar terus, kapan kegiatan ini akan selesai?" kali ini Nenek Oliv terlihat terusik dengan perdebatanku dan Rinka.

"Ya Nenek Oliv, aku akan membantumu dengan hati paliiiing tulus," jawabku sembari menunjukan telunjukku. Nenek Oliv hanya terkekeh geli melihat kelakuanku sedangkan Rinka memutar bola matanya malas.

"Kurasa seleramu itu terlalu tua Rolend." ucap Rinka yang masih fokus dengan kegiatannya. Aku mengernyit heran.

"Nee~nee~ Rinka sudah berani memberi kode yahh~?" Tanyaku menggoda dan dapat dilihat, wajah Rinka memerah.

"Hentikan! Kau menyebalkan, mana mau aku berhubungan denganmu!" hardiknya tak terima.

"Benarkah? Lalu kenapa kau cemburu saat aku memperlakukan Nenek Oliv seperti tadi?" tanyaku menggoda lebih lanjut.

"I-itu..," jawab Rinka menggantung.
Nenek Oliv yang memperhatikan, hanya berdehem kecil menyadarkan kelakuanku tadi.

Kalau boleh jujur, ini pertama kalinya aku menggoda gadis manusia. Karena biasanya aku menggoda Nenek Oliv untuk mengerjainya.

"Itu bukan urusanmu! Lagian kita cukup menjadi teman saja!" ucap Rinka yang wajahnya masih memerah. Aku terkekeh melihat tingkahnya. "Sudalah! Aku mau buat teh untuk istirahat!" lanjutnya lalu beranjak ke tempat awal tadi aku istirahat.

«¤»

Maaf jeda update ya, karena kemarin fokus UN

Kamis, 28 Maret 2019

15 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang