|1| Senbazuru

312 32 10
                                    

Jika jatuh cinta berhak tak mempunyai alasan, apa putus cinta juga harus tanpa alasan pula? 
-Devano Raditya Jordan-

"Kita putus" ungkap Kendra akhirnya setelah bungkam cukup lama.

Devan tercekat, "Kenapa? Kita lagi gak ada masalah , Ken"

"Memang, tapi kita udah gak bisa lanjut"  Jawab nya enteng.

Devan hanya bisa diam. Jika ia mampu mematahkan kaki lawan, maka ia tak kan mampu mematahkan kemauan gadis di depannya ini. Kendra sumber kelemahannya. Devan, si master karate sekolah yang tahun lalu menjuarai perlombaan karate bergengsi lemah terhadap perempuan, Kendra namanya.

"Gara-gara aku gak nemenin kamu kemarin kita putus?" Devan berucap sinis. Ini pertama kalinya.

"Kamu bahkan gak pernah ngertiin aku, Van. Kamu lebih milih nemenin sepupu kamu itu daripada nemenin aku nonton film Korea" Kendra beranjak dari duduknya. Menatap Devan tajam dengan mata berkaca-kaca.

Tatapan pengunjung caffe teralihkan kepada mereka berdua. Mungkin perdebatan pasangan remaja itu lebih menarik ketimbang menu ala Korea yang ada di hadapannya.

Merasa menjadi pusat perhatian, Kendra berlalu meninggalkan caffe bernuansa negri ginseng itu. Status mereka berubah. Dari yang saling mencintai menjadi saling membenci. Dari yang saling melindungi menjadi saling menjatuhkan. Dan itu hanya karena satu alasan, Kendra yang selalu ingin dimengerti merasa bosan dengan Devan yang sudah lelah dengan perhatiannya. Mereka selesai, kandas.

***

Sebuah tepukan di pundak menyadarkan lamunan Devan akan kejadian beberapa hari lalu.

"Masih galau, Nyet? Udahlah lupain aja, cari yang lain" ucap seorang cowok di samping Devan.

"Sok tahu lo. Gue lagi males pelajarannya Bu Fitri" jawabnya malas.

"Tumben, bolos yuk!" cowok itu memberi penawaran.

"Ke kantin aja, Gas. males pulang, Bunda marah biasanya kalau tahu gue bolos" kini Devan sudah beranjak dari duduknya. Meninggalkan Bagas yang kemudian menyusul.

Melihat Devan murung adalah hal langka yang baru-baru ini Bagas lihat. Cowok itu tak pernah sekalipun terlihat malas dan tidak bersemangat. Bahkan candaan Bagas tadi pagi tak dihiraukannya. Devan memang lemah dengan perempuan terutama Kendra dan Bundanya.

"Van, ada Kendra tuh!" tunjuk Bagas antusias pada seorang perempuan berseragam olahraga yang sedang tertawa bersama temannya. Secepat itukah ia melupakan Devan?

Seperti biasa, cowok itu akan diam dan pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain. Pura-pura baik-baik saja padahal hatinya tersiksa. Bagas menahan tawa terlebih ketika Kendra mulai berjalan mendekatinya.

"Hai--Van" sapa Kendra gugup saat mereka berpapasan. Ia buru-buru meninggalkan Devan yang menatapnya cengo.

"Hahahahaha.. gimana rasanya disapa mantan?" tawa Bagas akhirnya meledak ketika raut wajah Devan memerah.

"Bisa diem gak?" bentaknya sebal pada Bagas.

Belum sampai perdebatan mereka berlanjut, telefon genggam Devan berdering pendek menandakan ada pesan masuk. Ia menggeser lockscreen handphonenya. Sebuah pesan dari seorang yang tak terduga. Isi nya pun membuat Devan ketar-ketir. Dia gagal move on.

From: Ex Girlfriend

Kita selesai bukan berarti kita berjauhan, Van. Kita masih bisa sahabatan kan?

Devan bungkam. Enggan membalas barang satu kata sekalipun. Ia bingung, kenapa perempuan selabil ini. Kemarin marah-marah sekarang manja-manjaan, maunya apa?

Ia melirik malas kearah Bagas yang tawanya tak kunjung reda. Devan memilih pergi. Tujuannya satu, menuju loker yang terletak di koridor sekolah. Mengambil headseat dan memakainya di perpustakaan atau kantin yang mungkin sedang sepi.

Devan membuka lokernya yang memang sengaja tidak ia kunci. Memang tak ada barang-barang penting di situ. Mungkin headseat dan kaos kaki buluk yang menjadi penghuni tetap loker Devan. Tapi tatapannya tertuju pada sebuah benda asing yang mendadak ada di lokernya. Sebuah origami bangau yang dibuat dari kertas lipat warna kuning. Devan menatapnya lekat-lekat. Terlihat ada goresan tinta hitam yang menyembul dari kertas itu. Sepertinya ada sebuah pesan di dalamnya.

Apaan? Gumamnya.

To Be Continue

Senbazuru Tegami (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang