|14|Tegami

117 22 2
                                        

8 Juli 2017

Hai Devano
Senang rasanya bisa mendengar banyak cerita darimu. Kamu beruntung punya keluarga yang hangat, tak sepertiku. Asal kamu tahu, Mama dan Papa berpisah sejak aku masih SD. Entah apa yang ada dipikiran mereka hingga tega membiarkanku tumbuh dengan orangtua tunggal di usia semuda itu. Aku menganggap ini salah Papa, dia yang terlebih dulu meninggalkan Mama tanpa kabar hingga mereka tiba-tiba memutuskan untuk berpisah.

Sejak kejadian itu, aku takut menaruh hati kepada laki-laki. Menurutku semua laki-laki sama saja, mereka hanya baik diawal hubungan. Namun tidak setelahnya. Aku terus beranggapan begitu hingga kita bertemu. Apa kamu ingat waktu kita masih kelas dua SMP? waktu itu ada mata pelajaran olahraga bab berenang. Aku takut tenggelam, maka dari itu aku bersembunyi di gudang sekolah.

Disaat semua tengah sibuk latihan berenang karena akan ada tes, kamu justru malah sibuk mencariku. Katanya jika sampai aku tidak mendapat nilai mapel olahraga, kamu yang disalahkan karena jabatan sebagai ketua kelas menuntutmu untuk bertanggung jawab terhadap semua teman-teman sekelas. Kamu berhasil menemukanku yang tengah bersembunyi di gudang. Aku tetap bersembunyi waktu itu, kamu tidak marah. Justru tersenyum dan menatapku ramah sambil membujuk agar aku mau berlatih berenang. Kamu juga mengatakan bahwa aku tidak perlu takut tenggelam karena akan ada yang menolongku.

Kamu, Van. Kamu yang berjanji akan menolongku. Aku luluh waktu itu. Dan juga ada perasaan aneh yang tumbuh perlahan hingga sekarang. Aku tahu ini aneh dan sepele, ingin aku menghilangkan perasaan ini, Van. Tapi tidak bisa, aku tenggelam dalam ilusi yang ku ciptakan sendiri. Aku tahu kamu hanya menatapku sebatas teman sekelas yang mudah dilupakan, namun aku tidak. Aku menganggapmu lebih dari itu. Van, apa kamu sudah ingat siapa aku? Apa namaku tak pernah terselip sedikit pun dalam ingatanmu?

Aku ingin kamu mengingat namaku lagi. Entah kamu anggap sebagai apa. Seperti yang kamu inginkan kemarin, aku mau kita bertemu. Sekedar mengenang nostalgia aneh di gudang sekolah. Aku sudah tidak ragu, jika kamu terpaksa mencintaiku karena kasihan, aku sudah siap. Aku tidak akan menangis. Karena kamu, aku berubah menjadi seorang yang tidak rapuh lagi. Terimakasih, Van.

Tertanda,

Avicenna yang menunggumu besok sore di taman kota.

Senbazuru Tegami (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang