6 Juli 2017
Hai juga Devano
Apa aku mimpi? Terima kasih sudah membalas suratku. Entah ini inisiatifmu sendiri atau saran dari Bagas, aku tetap merasa senang. Baru saja kemarin aku bilang akan berhenti berharap padamu, tapi nyatanya perasaan itu tumbuh lagi dan kebiasaan mengirim surat untukmu hadir kembali. Melupakanmu ternyata tak semudah mencintaimu.Van, terimakasih atas kebaikanmu. Mungkin ini yang membuat banyak perempuan mengincarmu sekalipun masih ada beberapa kekurangan yang kamu miliki. Sudah ku katakan bukan bahwa kamu memang baik? Bahkan orang asing sepertiku masih kamu tanggapi dengan baik.
Beruntungnya Kendra bisa menempati posisi ter istimewa di hati kamu. Dan betapa menyesalnya ia pernah melepaskan seorang sebaik Devano. Kalau kamu mengatakan perempuan itu labil, maka aku akan menyetujuinya sekalipun aku juga perempuan. Hatiku masih sering meragu, Van. Sisi egoisku menginginkan kamu melupakan Kendra dan belajar mencintaiku perlahan.
Namun mengetahui dia seperti bintang mu maka aku enggan berharap demikian. Pernah aku mengatakan bahwa kamu perlu memerjuangkan Kendra? Pernah aku mengatakan bahwa kamu perlu melupakan Kendra? Iya, itu merupakan gambaran kebimbanganku. Aku bimbang. Kadang harapan itu muncul, harapan dimana akulah yang menjadi pemilik senyummu seutuhnya. Namun sering kali pula harapan itu tenggelam, menyisakan pemikiran-pemikiran yang membuat aku perlu bersiap bahwa suatu saat nanti harapan itu tak terwujud.
Anehnya, ketika harapanku itu sudah di depan mata. Maka saat itu pula keraguanku datang kembali. Aku senang membaca kalimat mu yang menyatakan bahwa kamu tertarik padaku, namun sekali lagi ku katakan aku masih meragu. Bukan karena rasa ini hilang, tapi karena ketakutan akan rasa tertarik yang berlandaskan kasihan.
Aku senang kamu mau berbagi kisah denganku, tapi sekali lagi ku katakan aku meragu.Dan perihal permintaan pertama mu yang menyatakan bahwa aku tak perlu berharap pada seribu origami bangau. Aku menyetujuinya. Aku senang kamu berkata demikian, entah kenapa. Permintaan yang ketiga sudah ku laksanakan cowok manis. Lucu saja membaca panggilan itu darimu. Lucu melihat permintaanmu yang tergolong sepele. Namun maaf, perihal permintaanmu yang kedua aku belum bisa menepati. Entah kenapa aku belum siap. Aku ingin kita berada di posisi ini. Dimana kamu belum mengetahui siapa aku yang sebenarnya.
Van, aku menunggu waktu yang tepat untuk kita saling bertemu. Aku menunggu ragu ini hilang. Bisakah kamu menghilangkannya tanpa membuat aku berharap lagi akan keajaiban Senbazuru?
Tertanda,
Avicenna
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru Tegami (END)
Short StoryPuluhan surat berbentuk origami bangau terlihat memenuhi loker Devan minggu-minggu ini. Semenjak hubungannya dengan Kendra kandas, surat itu datang seolah berusaha menghilangkan luka lama. Ingin ia membalas dan bertanya banyak hal. Tapi si pengirim...