Sudah hampir 1 minggu rachel bolos bekerja. Dia merasa tak sanggup untuk pergi ke tempat itu lagi. Selalu saja dia mengingat kejadian dimana pria tampan tapi bajingan itu merenggut mahkota nya yang selalu dia jaga.
Dia sadar kalau dia terlalu bodoh, dia selalu merutuki dirinya sendiri karna tak melawan saat itu karna dirinya pelayan dan pria itu direktur. Namun kalau tau akan terjadi seperti ini rachel akan lari dari tempat itu dan takkan kembali.
Dia duduk di taman depan rumah megah milik tuan muda. Sendiri. Menikmati setiap hembusan angin yang terasa menusuk hingga ketulang.
"Kau sedang apa rachel? Udara sangat dingin disini, masuk lah nanti kau demam"
"Key. Tak perlu khawatir seperti itu. Aku hanya bosan saja"
Ting
Suara hp keynan berdenting. Tapi seperti nya rachel tak mendengar karna terlalu menikmati udara ini.
"Rachel"
"Hmm"
"Besok kau datang bersamaku ke kantor. Atasan ku memanggil mu"
"Apakah aku di terima?" Kata nya dengan perasaan yang senang bukan main
"Entahlah. Bisa iya bisa tidak. Tergantung wawancara dan test yang di berikan besok"
Rachel hanya mengangguk dan tersenyum lalu dia menyandarkan kepala nya di pundak keynan dan keynan merangkul nya.
"Kau ngantuk?" Tanya keynan setelah beberapa kali melihat rachel menguap
"Lumayan"
"Tidurlah"
"Kalau aku sudah tidur aku akan susah bangun key"
"Aku akan menggendong mu. Kapan lagi kau akan di gendong pria tampan seperti ku?" Godanya membuat rachel terkekeh.
----
"Rachel ku dengar kau di panggil atasan nya keynan. Itu benar?"
"Iya bi. Doakan aku semoga aku bisa di terima"
"Pasti rachel. Bibi selalu mendoakan mu" kata bibi nya dengan mengelus rambut rachel.
"Ayo rachel" kata keynan. Setelah berpamitan pada sang bibi mereka pun berangkat.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di kantor, karna jalanan tak begitu macet hari ini.
Rachel mengenakan rok pensil warna hitam yang jatuh sedikit di bawah lutut, dengan blouse warna putih dan blazer warna biru muda sepatu heels warna hitam senada, dengan rambut yang di urai nya. Sederhana tapi rachel selalu terlihat cantik kapan pun.
"Rachel aku hanya bisa mengantar sampai disini. Didalam itu atasan ku namanya mr. Kim. Jangan buat kesalahan saat kau interview nanti. Mengerti?"
"Baiklah. Terima kasih telah membantu key. Aku tidak kelihatan aneh kan?"
"Tentu tidak kau sangat cantik, masuklah. Aku tunggu di depan" kata keynan dengan mengelus rambut ku. Lalu aku masuk kedalam ruangan itu.
Andai kita bukan saudara rachel. Pasti aku akan menjadikan mu milikku ku -keynan.
----
"Selamat siang miss finale, silahkan duduk" sambut lelaki berkacamata yang di ketahui bernama mr. Kim itu.
"Selamat siang juga mr. Kim" kata rachel dengan menjabat tangan lelaki itu lalu duduk.
"Well. Keynan merekomendasikan mu untuk jadi asisten manager di perusahaan ini. Kemarin lusa aku sudah bicara dengan CEO perusahaan. Dan biodata mu sudah kuserahkan padanya. Tapi ini diluar dugaan kemarin malam tiba tiba saja tuan glidden ingin kau datang kemari. Lalu aku langsung menghubungi keynan"
Rachel seperti pernah mendengar nama itu. Tapi dia lupa dimana. Tapi sekarang dia tak mau ambil pusing dulu. Dia harus fokus pada hari ini.
"Apakah aku akan bertemu dengan nya?"
"Tentu. Kau akan interview dengan nya nanti tapi sekitar 10 menit lagi. Dia sedang ada meeting"
"Oh baiklah"
"Tunggu saja di sini. Sekretaris ku akan memberitahu mu jika tuan glidden sudah selesai meeting"
"Baiklah terimakasih banyak mr. Kim telah membantu" kata rachel dan mr. Kim mengangguk lalu dia keluar dari ruangan nya.
15 menit kemudian.
Kenapa sekretaris mr. Kim belum memanggil ku? - batin rachel.
"Miss finale. Tuan glidden sudah selesai meeting. Mari aku antar ke ruangan nya" kata perempuan cantik itu yang sudah rachel duga adalah sekretaris mr. Kim.
Lift itu membawa rachel ke lt 12 tempat sang CEO berada.
"Selamat siang sir. Ini miss finale yang kemarin di rekomendasikan mr. Kim" kata perempuan itu.
"Masuklah, tuan glidden sudah menunggu mu" kata perempuan itu membuat jantung rachel berpacu lebih cepat.
"Apa aku sudah kelihatan rapi?" Tanyanya
"Sudah. Kau terlihat sangat cantik miss. Finale"
"Terima kasih"
"Good luck" kata perempuan itu memberi semangat. Lalu perempuan itu pergi meninggalkan nya. Dan akhirnya rachel sendiri di depan ruangan sang CEO.
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't be the one!
RomanceKetika seorang perempuan harus memilih pada 2 pilihan. Dan tidak ada di antara satu pilihan itu yang baik untuknya. Baginya kedua pilihan itu sama sama merugikan dirinya. Tentang seorang Rachel Finale dan masalah yang hadir di hidupnya.