Part 13.

69 0 0
                                    

Sean menyerahkan sebuah map berwarna hitam pada rachel yang berada di hadapannya.

Rachel membuka map itu dan membacanya. Matanya terbelalak menandakan kalau perempuan itu shock.

Bagaimana tidak, karna Sean dengan blak-blakan meminta nya untuk menjadi Submissive dengan  menyodorkan konsep surat perjanjian yang berisi hak dan kewajiban kedua belah pihak, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan Submissive. Submissive juga punya hak untuk  meminta apapun, dalam berbagai hal. Selain hak dan kewajiban, perihal sanksi juga dijabarkan. Submissive dilarang melanggar isi kontrak, karena ada hukuman yang akan ditimpakan kepadanya. Jenis hukuman ditentukan sepenuhnya oleh Dominant.
Poin-poin dalam perjanjian tersebut, selain membahas hal-hal terkait kegiatan ketika berhubungan seks, juga memuat kehendak Dominant untuk memastikan bahwa Submissive selalu berada dalam kondisi prima. Untuk itu, Submissive berkewajiban menjaga kesehatan dengan memakan hanya makanan yang telah ditentukan, tidur minimal 8 jam sehari, olahraga rutin empat kali seminggu, pemeriksaan kesehatan secara rutin, dan sebagainya dan dalam jangka waktu yang di tentukan oleh Dominant

"Oh my god!" Kata rachel bergumam, saat membaca surat perjanjian itu.

"Ku rasa kau telah membacanya berulang kali"

Rachel mengalihkan pandangannya pada sean yang sedang tersenyum tipis.

"Kau gila!" Kata rachel sarkatis.

"Kau tidak perlu berkomentar, dan sok tau tentang ku. Kau hanya perlu tanda tangan di atas hitam putih."

Rachel menelan saliva nya berat. Bagaimana bisa dia bertemu dengan pria sepeeti ini?.

"Aku sudah tanda tangan. Tinggal kau"

Aku juga melihat kau sudah tanda tangan bodoh! Kau kira aku ini buta?! Dasar tidak waras - batin rachel kesal.

"Aku tidak mau!" Kata rachel dengan menyerah kan kembali map di depan nya itu pada sean.

"Baiklah. Tapi bersiaplah kau dan keluarga mu akan menjadi gembel" kata sean.

Ya Tuhan, kenapa lelaki itu selalu saja membawa bawa keluarganya? Jika hanya rachel maka tak mengapa jika perempuan itu menjadi gembel. Tapi pria itu membawa keluarga nya. Bibi nya, keynan nya.

"Kau sangat menyebalkan" kata rachel lalu meraih bolpoin di sisi meja nya dan menandatangani nya.

"Puas kau!" Kata rachel dengan menyerahkan kertas itu dengan kasar. Lelaki itu menyunggingkan senyum.

"Aku akan menyerahkan pada komisaris ku agar di buat salinan nya"

Rachel meneguk segelas red wine yang berada di atas meja.

"Naiklah ke atas meja" perintah lelaki di hadapan nya. Rachel menatap nya bingung

"Apa maksud mu?"

"Naiklah ke atas meja" perintah nya sekali lagi

"Kau gila! Yang benar saja, itu sangat tidak penting. Aku ingin pulang" kata rachel memutuska sepihak

"Naik ke atas meja, atau kau akan berakhir meringkuk di atas meja resepsionist dengan milikku terpendam di dalam dirimu" kata nya datar tapi tajam.

Membuat rachel membelalakan matanya.

Lalu susah payah rachel naik ke atas meja yang cukup tinggi.

"Lalu aku harus apa?" Tanya nya bingung setelah dia duduk di atas meja, dengan tangannya menutupi paha nya yang terbuka karna dress yang dia pakai cukup pendek.

"Merangkak lah kesini"  perintah nya.

"WHAT?!"

"Jangan bicara lebih tinggi dari suara ku, atau kau akan mendapatkan hukuman." Katanya.

Membuat rachel mau tak mau merangkak di atas meja yang lumayan panjang yang memisahkan dirinya dengan pria itu.

Perlahan rachel merangkak kearah pria itu. Hingga wajah rachel berada tepat dengan wajah sean. Rachel baru menyadari kalau pria itu punya mata berwarna cokelat yang indah tapi bisa menekam mangsanya beberapa detik saja.

"Puas melihat mata ku finale?" Tanyanya membuat rachel tersadar.

Sean mengelus wajah rachel lembut. Dari pipi lalu berpindah ke bibir rachel dan mengusapnya dengan ibu jari nya. Rachel merasakan adanya desiran yang rachel sendiri tak tau.

"Aku sangat benci bibir ini, ini membuat ku candu" keluh nya tanpa melepas ibu jari nya yang mengelus bibir rachel.

"Kalau kau benci jangan menyen-" sebelum rachel menyelesaikan katakata nya sean telah menutup bibir itu dengan bibir nya. Di kecup nya lembut seakan dia benar benar menikmati setiap sudut dari bibir rachel.

"Jangan menyuruhku untuk tidak mencium bibir ini, karna ini milik ku" katanya. Tak bisa di pungkiri kalau rachel merasa ada yang hilang saat pria itu mengakhiri ciuman nya.

"Apa yang kau lakukan?!" Pekik rachel saat tangan sean telah menjalar ke bagian tengah dadanya yang memang terbuka karna dress yang dia pakai

"Sstt.. Apa kau tidak bisa diam?"

Won't be the one!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang