Alea putri Lady Moura

83 13 0
                                    

Sebagai putri dari Ratu Klan Angelfort, aku dianugerahi banyak kekuatan alamiah yang bersifat turun temurun dari leluhurku. Namun, pada setiap generasi memiliki kekuatan tertentu yang tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya. Ibuku memiliki kekuatan berubah wujud. Dirinya memancarkan keanggunan luar biasa. Perdana menteri Cherubic tak pernah mampu menatap mata Lady Moura. Itu sebabnya dia selalu berbicara melalui utusan untuk menghadap ke Ratu Klan Angelfort. Keagungannya membuat Cherubic semakin enggan berurusan dengan klan kami. Beberapa petinggi dari planet sembilan juga tak mampu menahan serangan aura yang dipancarkan oleh tubuh Lady Moura. Dalam jarak satu lompatan planet, musuh selalu berpikir untuk mundur begitu merasakan bulu kuduknya yang merinding menatap dari kejauhan gerbang Angel Metropolis.

Aku memiliki kekuatan yang baru aku sadari saat aku terlempar dan tertimbun reruntuhan. Aku berteriak marah dan tiba-tiba saja aku kembali ke lima menit sebelum ledakan besar terjadi di bangunan suci Lady Moura. Aku tak dapat banyak berpikir mengingat bahwa aku telah mengetahui bahwa akan ada ledakan hebat yang memporakporandakan seluruh isi kota dan kemungkinan pula diriku tak akan pernah selamat. Aku memutuskan untuk pergi ke ruang kendali di mana kapsul luar angkasa tersedia. Dalam keadaan panik, aku hanya mampu menangis dan merelakan seluruh keluarga dan klanku gugur menghadapi kekejaman Cherubic. Aku meninggalkan Angel Metropolis tepat satu menit sebelum ledakan. Dan saat ledakan terjadi, aku sudah melesat menuju salah satu dari sembilan planet. Dan jariku menekan tombol bertuliskan planet "E-487".

Jika saja aku manusia biasa seperti Ric, mungkin aku sudah merasakan sesak tak tertahankan dan tak memiliki kekuatan untuk pergi. Melihat seluruh kota beserta klan Angelfort yang dibunuh dengan keji. Tapi aku adalah Alea putri Lady Moura. Aku tak boleh gugur. Aku harus memaksimalkan kekuatanku dan bersembunyi dari Cherubic hingga perhitunganku untuk balas dendam sudah tepat.

"Lea, kemarin ada lowongan kerja untuk jadi sekretaris di kantor teman saya. Kamu beneran nggak mau pindah dari Boo Florist?"

Aku menggeleng saat Ric tiba-tiba duduk di depanku.

"Apa enaknya kerja di sana? Bahkan kamu nggak suka bunga," ucap Ric sedikit kesal.

"Ya seenggaknya di sana nggak terlalu ramai."

"Tapi gaji kamu kecil. Dan kamu nggak membantu banyak keuangan di rumah."

Aku menatap Ric dengan lembut. Meski rasanya ingin menggerakkan jari telunjukku dan meninju wajahnya dengan pukulan tak kasat mata. Aku mulai mampu beradaptasi dengan cara bergaul manusia. Aku memasang wajah memelas.

"Ric... ayolah. Aku ini yatim piatu yang kamu temuin di jalan. Kelaparan. Nggak punya siapa-siapa. Kamu bilang kalau kamu bakal menjaga aku sampai aku menemukan kehidupan yang lebih baik," celotehku selirih mungkin sembari memainkan ujung rambutku. Ric tertawa dan melemparku dengan bantal sofa yang ada di ruang tv.

"Tidur cepet sana. Saya mau kencan sama Sarah di sini."

"Cari kamar aja deh sana. Ngapain kencan di ruang tv?!"
Perutku mulai mual. Membayangkan kalau nantinya aku mendengar mereka bersenda gurau sampai larut malam.

"Kamar saya kan kamu pake. Udah dua bulan. Segitu Sarah untungnya percaya kalau kamu sepupu saya."

"Cari kamar, Ric. I mean, jangan di sini. Aku nanti nggak bisa tidur."

"Makanya cari pacar dan pergi dari rumah saya. Kamu tuh cantik. Bisa dapet CEO di perusahaan-perusahaan besar."

Aku benarbenar mual. Tak mampu lagi menyunggingkan senyum, aku bangkit dan segera masuk ke dalam kamar.

"Lea!!!" Ric memanggilku. Aku langsung menutup pintu.

BRAK!
Lupakan!

Aku kesulitan hidup di tengah-tengah manusia. Aku merindukan Angelfort. Aku merindukan Dave.

***

Dark Angel; The AngelfortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang