What?!

60 8 2
                                    

Aku mengerjapkan mataku. Mencoba menggerakkan jemari tangan dan kakiku. Bagian kanan kakiku masih sangat sakit. Aku menguap panjang dan berniat untuk bangun hingga kemudian aku menemukan sosok Ric tidur di sampingku.

"Ric! What the hell are you doing?"

Ric membuka matanya dengan susah payah karena aku mengguncang tubuhnya. Dia langsung duduk dan menjitak kepalaku.

"Aw!"

Aku buruburu bangun dan menghindar darinya.

"Jangan mikir yang aneh-aneh deh. Semaleman kamu ngigo dan melukin saya terus. Jadi saya nggak bisa ke manamana," jelas Ric dengan wajah menggoda.

"What?! No. Nggak mungkin aku kayak gitu."

"Beneran. Kamu bilang, Ric... jangan tinggalin aku, Ric."

"What?!"

Aku melempar wajah menyebalkannya dengan bantal.

"Pergi dari kamar aku sekarang!" Teriakku. Ric diam saja dan mengangkat bahu.

"Pergi! Aku nggak mau liat kamu."

"Lea, ini kamar saya. Kamu aja yang pergi!"

"Kalau begitu aku ulang. PERGI DARI KAMAR KAMU SEKARANG JUGA!" Usirku tegas. Bagaimana bisa aku memeluknya dan mengigau yang tidak aku sadari? Sebesar apa pengaruh aura Gerald terhadap tubuhku sampai aku merasakan sakit yang jarang aku rasakan. Aku adalah Alea. Putri Lady Moura. Pejuang Angelfort. Tapi aku jatuh sakit di hadapan manusia. Aku akan menghapus bagian ini jika nantinya aku harus menyampaikan pidato di depan seluruh klan Angelfort tentang bagaimana aku bertahan di bumi.

Ric tertawa dan bangkit untuk keluar dari kamar. Aku dapat mendengar suara tawanya samar. Napasku memburu karena kesal. Aku tidur dengan manusia yang rendah dan tidak steril. Kemarahanku memuncak. Sebagai Angelfort, aku tidak pernah mendapatkan hinaan serendah ini. Jangankan untuk tidur bersampingan, aku bahkan tidak pernah ingin bersentuhan tangan dan lain sebagainya. Harus serumah dengannya saja sudah merupakan penghinaan besar untukku.

"Alea..."

DEG.

Aku kembali mendengar suara Gerald. Sial! Aku barusan mengeluarkan Aura Angelfortku karena terpancing emosi. Gerald pasti sudah tahu keberadaanku. Aku berlari keluar kamar dan mencari Ric.

"Ric, ayo pergi sekarang."

"Ke mana? Ada apa?"

"Nanti aja di jalan aku jelasin."

Aku langsung menarik tangan Ric dan membawanya menembus ruang. Kemudian kami berdua sudah berada di keramaian kota. Ric terengah dan menatapku dengan tatapan ketakutan.

"Shit! Apa barusan?"

"Tunggu."

Aku memusatkan pikiranmu. Mencoba mendeteksi aura Gerald untuk mengetahui keberadaannya. Ric terlihat sangat linglung mengikuti langkahku yang tergesa.

"Alea... tolong berhenti. Saya mau kita bicara," ucap Gerald. Suaranya kembali terdengar nyaring di kepalaku. Aku berhenti melangkah.

"Ric... pergi dari sini. Datang ke rumah Sarah dan cari sesuatu di ruang kerja Ayahnya Sarah. Bentuknya dokumen atau apapun dengan lambang seperti ini," ucapku sembari memperlihatkan tanda sayap dark angel di bahuku. Ric tergagap.

"Saya butuh penjelasan, Lea."

"Nggak ada waktu. Aku jelasin nanti. Waspada. Aku nunggu kamu di High Square satu jam lagi."

Aku langsung menghilang dari hadapan Ric. Berteleportasi mengikuti Aura Gerald Cherubic. Aku merasakan sesuatu di hatiku. Entah perasaan apa. Aku hanya merasa gelisah harus meninggalkan Ric begitu saja. Gerald sedang menungguku. Aku sudah tidak ingin berlari.

***

Waaaaaah.
Bang Ric bingung.
Sini sama ade aja Baaang.😘😍

Salam,
Sekarbiru

Dark Angel; The AngelfortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang