"Smileee!"
Ric mengajak aku menghabiskan weekend bersamanya di sepanjang jalanan kota yang ramah pejalan kaki. Dia mengatakan bahwa dirinya mulai khawatir melihatku yang hanya mampu menjalin pertemanan bersamanya. Padahal aku baik-baik saja. Akhir pekan selalu aku gunakan untuk mencoba memusatkan pikiran dan mencari aura keberadaan Angelfort yang masih hidup.
Minggu kemarin aku merasakan aura Bob. Dia adalah utusan klan kami yang sering berkelana ke sembilan planet untuk menyampaikan pesan ke seluruh alam semesta. Tapi masih samar. Sepertinya dia tidak berada di bumi."Kamu nggak tau caranya berteman?"
"Bukan, Ric. Cuma males aja. Ngapain sih harus berteman sama manusia?"
Ric mengerutkan keningnya. Aku seketika tersadar.
"Maksudnya, manusia kayak mereka. Yang belum ngomong aja udah kerasa nyebelin."
"Kalau saya gimana?"
"Apanya?"
"Ya yang kamu rasain ke saya gimana? Kok ke saya malah ngerepotin terus?"
Aku menghela napas dan menguncir rambutku sembarang.
"Nggak tahu kenapa aku malah lebih tertarik ngerepotin kamu daripada nyari temen baru."
"Tapi sampe kapan, Lea? Kamu harus punya kehidupan sendiri. Udah dua bulan kita tinggal bareng tapi kamu masih belum cerita apapun soal keluarga kamu."
"Kenapa? Kamu mau lebih deket ke mereka? Terus modus biar bisa deketin aku?"
Ric memukul kepalaku menggunakan kunci mobil yang sedang dipegangnya.
"Aw! RIC!" Teriakku. Beberapa pejalan kaki lain langsung menengok ke arahku dan Ric.
"Deketin kamu gimana? Ini tiap hari bareng aja ngerepotinnya minta ampun. Kamu banyak nggak taunya. Kamu hampir ngebakar apartemen aku, inget?"
Aku meringis.
Memang begitu sampai ke bumi, aku merasa aneh akan banyak hal. Angelfort tidak memiliki api kecil di dalam sebuah benda yang dia sebut kompor. Kami hanya memakan buah-buahan dan itu pun memiliki kebun sendiri yang bebas ingin seberapa banyaknya aku makan. Sampai sekarang pun aku hanya mampu mencerna buah-buahan. Bila terpaksa makan bersama Ric, dengan menu spagethi atau steak, aku akan menggunakan kekuatanku untuk menjeda waktu dan membuang sedikit makanannya. Begitu Ric tersadar, aku akan mengatakan bahwa aku sudah kenyang.
"Sadar?"
"Ya maaf. Bukannya aku belum pernah liat kompor. Tapi waktu itu ya bingung aja."
"Semuanya juga kamu bingungin, Lea. Pintu kamar saya yang harusnya kamu tarik aja, malah kamu dorong. Saya sempet curiga kalau kamu alien."
"Iya. Memang alien."
"Hah?" Ric terkejut.
"Alien cantik berwajah bidadari," jawabku dengan melemparkan senyum semanis mungkin. Semampu yang aku bisa.
Ric terlihat ingin muntah. Aku tertawa dan kemudian tertegun. Aku tak terbiasa memiliki emosi seperti itu. Apapun yang aku rasakan, biasanya aku hanya mampu mengekspresikannya biasa aja. Seperti saat Dave memegang tanganku untuk yang pertama kali, aku hanya tersenyum dan mengangguk.
"Kamu ketawa?"
"Enggak."
"Kamu barusan ketawa, Lea. Ya Tuhan... saya ngeliat kamu ketawa berasa pengen langsung ngerekam ketawa kamu dan saya bawa ke museum."
Aku mencoba kembali tersenyum.
"Ric, pulang yuk?"
"Kenapa? Pengen berduaan aja di rumah sama saya?"
Yuck.
Aku berharap segera menemukan banyak Angelfort lainnya. Dan terbebas dari Ric.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel; The Angelfort
FantasyFANTASY-ROMANCE Aku adalah Alea Angelfort dari Klan Angelfort. Saat kehancuran terjadi di seluruh Angel Metropolis karena pertempuran antara Angelfort dan Cherubic, aku terlempar hampir lima kilometer dari tempat meledaknya bangunan suci milik Klan...