Gerald Cherubic

48 9 0
                                    

Aku menggunakan kekuatanku terlalu banyak. Menyelinap dan menembus ruang untuk menemukan ayah Sarah yang katanya dibawa paksa oleh Badan Intelejen Bumi. Aku merasakan sakit di kaki kananku. Saat aku selamat, aku memang dapat kembali ke lima menit sebelum ledakan, tapi rasa sakit karena kaki kananku patah dan tertimbun reruntuhan tetap tidak hilang. Aku bersandar ke tembok. Mengatur napasku. Dan membiarkan beberapa agen intelegen bumi mondar-mandir. Aku tetap menyembunyikan diriku. Saat kemudian aku melangkah, aku mendengarkan teriakkan dari belakangku.

"Hei!" Seseorang memergokiku dan langsung mengangkat pistolnya. Sial! Aku langsung mengayunkan jari telunjukku dan memberi pukulan keras di wajahnya berkalikali. Lantas dengan langkah cepat dan ringan, aku menendangnya kemudian mengambil pistol yang dia pegang. Harusnya aku sudah menembus ruangan tertentu untuk menemukan pria separuh baya yang sedang disekap di penjara Badan Intelejen. Tapi tubuhku terlalu lemas.

"Berhenti! Apa yang sedang kau lakukan di sini?!" Agen lainnya bergerombol mengejarku. Mereka membunyikan alarm yang sepertinya menandakan bahwa ada penyusup yang masuk. Aku tak boleh tertangkap. Saat aku akan melompat menembus ruang, salah satu agen yang muncul tibatiba, menendang perutku membuatku terjerembab. Aku langsung berdiri dan menendang wajahnya. Perkelahian pun tak dapat aku hindari.

"Turunkan pistolmu, Nona."

"Yayaya, tapi cukup jangan pake kekerasan lagi. Kalian nggak malu ngeroyok perempuan?" Ucapku mengelus perutku. Aku tidak merasakan sakit. Tapi harga diriku ternoda. Bagaimana bisa manusia yang rendah mendaratkan tendangannya di perutku. Aku mendengus. Dan melemparkan pistol ke arah agen yang memiliki wajah paling menyebalkan.

"Alea?"

Aku tertegun mendengar suara tanpa wujud. Itu adalah suara Gerald yang agung sang Perdana Menteri Cherubic. Bulu kudukku meremang. Aku masih belum siap untuk membalaskan dendam. Aku terdiam dan berencana untuk mengalihkan perhatian para agen yang mengepungku.

"Alea Angelfort?"
Aku tahu itu adalah suara yang Gerald buat di dalam kepalaku dan hanya aku yang dapat mendengarnya. Aku menjawab panggilannya tanpa mengeluarkan suara. Karena pikiranku yang berbicara.

"Hahaha. Alea. Saya ada di ruangan bawah tanah. Jauh di bawah kamu berdiri sekarang. Kamu mau kabur lagi atau datang ke sini buat ketemu saya?"

"Sayangnya, saya nggak berencana buat ketemu kamu." Aku masih dalam keadaan siaga di mana para agen menodongkan pistolnya ke kepalaku. Kebencian seketika meluap. Aku sangat marah jika ingat bagaimana Cherubic menghancurkan seluruh Angelfort. Sial! Aku terpaksa mengeluarkan kekuatanku yang seharusnya aku gunakan jika sudah siap. Persetan. Aku harus pergi dari tempat ini terlebih dahulu. Aku membayangkan sedang memasak bersama Ric dan memejamkan mataku untuk memusatkan pikiranku.

BRUK!!!

Aku terjatuh tepat di hadapan Ric.

"Alea!!!"

Aku mendengar suaranya namun tak dapat bergerak. Aku berhasil kembali ke dua jam sebelumnya. Ini benar-benar kemajuan. Aku berhasil. Ric mengangkat tubuhku dan menidurkanku di sofa.

"Lea! Kamu pusing? Kenapa? Saya selesein masak omeletnya terus kamu makan ya?"

Aku hanya menggumam. Rasanya masih merinding mendengar suara Gerald di kepalaku. Aku menggigil. Ric meletakkan tangannya di dahiku.

"Ya Tuhan! Badan kamu panas banget. Kita ke rumah sakit ya?"

Aku menarik tangan Ric. Aku tidak ingin ke manamana. Tibatiba bel rumah Ric berbunyi. Itu pasti Sarah. Aku harus bangun dan pindah ke dalam kamar. Sarah akan bercerita tentang ayahnya yang dibawa paksa oleh Badan Intelejen Bumi. Tapi kemudian gelap. Aku tak dapat merasakan apapun lagi.

***

Semoga kalian suka yaaa. 😁

Salam hangat,
Sekarbiru.

Dark Angel; The AngelfortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang