Semua anggota klub cheerleader sudah berkumpul di ruangan itu . Pak Budi yang ingin bicara pun datang .
" Kalian , klub cheerleader harus latihan keras , terutama Belinda sebagai anggota baru " kata Pak Budi . "Tim basket akan memulai liganya bulan depan dan kalian akan ikut menjadi penyemangatnya"
Aku terkesiap . Aku harus menjalani latihan yang serius . Patricia , sang ketua merangkulku sambil tersenyum ,"Kami akan melakukan yang terbaik, Pak "
" Mulai sekarang, kalian latihan setiap hari " kata Pak Budi ," Maria,pulang sekolah nanti kamu ikut rapat dengan OSIS untuk membicarakan anggaran klub" tambah Pak Budi. Maria merupakan bendahara kami , dia yang mengurus anggaran klub .
" Hari apa ya hari ini, kok bisa jadi hari sialku " pikirku saat masuk kelas (teringat insiden di ruang microphone tadi)
***
Hari Selasa sekolah tampak lengang, meski bel masuk sudah berbunyi setengah jam lalu, tak nampak tanda tanda munculnya seorang guru.
Suasana kelas langsung riuh. Tampak semua anak kegirangan atas free time yang tak terduga. Para cowok mulai rusuh. Cewek-cewek bergerombol membentuk kelompok lalu menggosip .
" Lo ada rencana mau ngapain,Bell? " tanya Maria sambil mengeluarkan HPnya, earphone sudah terpasang di telinganya.
"Kita boleh keluar kelas?"
Maria mengangguk, matanya masih menatap layar HP.
" Gue mau ngabisin Novel gue , nanti mau dibahas sama klub buku . Tapi kayaknya gue mau keluar deh, nyari suasana yang gak berisik " jawabku sambil melambaikan novelku.
Masih 3 jam lagi sebelum jam sekolah bubar. Kuputuskan untuk membawa serta pensil dan buku sketsaku. Siapa tahu di luar nanti aku dapat inspirasi. Sudah seminggu buku sketsaku menganggur karena *art-block. Kupilih jalan setapak dari taman menuju ke arah belakang kantin.
*keadaan dimana seseorang ingin menggambar tapi kehabisan inspirasi
"Rasain lo ya.."
Terdengar suara cowok-cowok berteriak disertai suara pukulan dan tendangan.
Aku terkesiap. "Hei ! HENTIKAN!" reflek aku berteriak melihat tiga cowok sedang mengeroyok seseorang.
Cepat-cepat aku berlari mendekati mereka.
"Hei! Jangan kabur, beraninya main keroyok aja.. Ntar gue laporin ke kepala sekolah baru tahu rasa kalian" ancamku melihat mereka melarikan diri.
Lebih kaget lagi aku saat melihat cowok yang dikeroyok tadi ternyata...
"Aldo...? Aldo! Kamu gak apa apa? Kenapa ini? Kenapa berkelahi?"
Aku cepat-cepat membantunya berdiri. Aldo masih menunduk memegangi perutnya namun Ia tidak mengatakan apa-apa.
" Aldo ?! Apa ada yang luka ?! " seruku panik saat melihat mukanya memar bekas ditonjok .
" Kok kamu gak lawan balik sih ? Percuma dong latihan taekwondo kita waktu TK. Ayo ikut aku ke uks " ujarku tak tahu harus berbuat apa lagi. Aldo mengusap hidungnya yang berdarah dengan punggung tangannya.
" Udah Bell, aku nggak papa. Kamu pergi aja, nggak perlu repot ngurusin aku." jawabnya sambil meringis.
" Tapi...tapi.... " aku menatapnya putus asa, "Kamu nggak mau kasih tahu aku apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sih mereka? Harusnya kamu laporin mereka ke Kepsek "
Aldo menggeleng "Nggak perlu. Ingat ya Bell, jangan ikut campur,nanti kamu malah ikutan terluka" lalu ia pergi begitu saja melewatiku .
Perasaanku saat ini campuran antara marah, sedih dan kecewa. Semua bercampur aduk . Seperti adonan , namun adonan yang ini kebanyakan tepung . Keras jadinya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Know ...
Teen Fiction[Tamat] started JULY 2017 Di usiaku yang ke 15, aku baru menyadari bahwa keluargaku tidaklah seperti yang aku bayangkan. Namun jika di balik rahasia terdapat hikmah..kurasa kami semua akan mampu bertahan. Saat ini aku gak butuh tambahan bahan pikira...