Bab 34 - Truly, Madly, Deeply? (2)

35 13 0
                                    

-(2/3 Madly)-

Fearless is falling madly in love again,even though you've been hurt before

(Taylor Swift)

_________________________

Apa yang harus kulakukan untuk meminta maaf pada seorang gadis?

Mudah! ucapkan kata 'maaf'.

Nggak segampang itu.. karna uughh kesalahanku agak fatal.

Oke... beri dia hadiah atau ajak makan malam.

Dia pasti menolak

Oh ya? Aku harus bertemu dengannya karna Yoww Keren!..dia menolak Juandika Abiwangsa!

Serius lah!

Hahahahah.. oke oke. Beritahu aku kenapa dia menolak?

Karena sangat marah mungkin ?

Hmmm.. sebenarnya apa kesalahanmu itu persisnya ?

Aku.. ini rumit..anggapkah aku telah menghinanya..

Ouch! You're in big trouble man!

Yeah?

Yap. Untuk kasus ini yang bisa kuusulkan adalah melakukan tindakan extrem. Sesuatu yang gila.. sesuatu yang.. ah pokoknya buat gadis itu nggak bisa menolaknya!

Apa cara ini akan berhasil ?

Yeah,Juan. Kalau ada laki-laki yang MENGHINAKU ..jalan satu-satunya bagi dia untuk kumaafkan hanyalah kalau dia melakukan sesuatu yang gila.. benar benar gila..
Oke, jangan salah paham! Maksudku gila dalam artian yang romantis. Kau paham?
Seperti Rose yang melompat dari sekoci untuk tetap bersama Jack dalam Titanic. Itu gila yang romantis!
Atau seperti....

Mon? Ok, I'll got it. Thanks...

Weittt..... kau belum memberitahuku..apa ini tentang gadis bergaun hijau itu....karena kalau benar....

Klik! Juan mematikan skype nya , tak tahan mendengar ocehan Monica lebih lama lagi.
Tapi tampaknya usul gadis itu masuk akal.
Hanya saja.. sesuatu yang gila? Apa yang tepatnya harus Juan lakukan!

Sembari membaca beberapa email, mata Juan tiba-tiba menemukan undangan pada attachment emailnya. Dari auntie Inggrid.

Yah! Kenapa tidak? Ini mungkin bisa jadi sesuatu yang cukup gila! Pikir Juan.

Sebaiknya cowok itu mulai menelpon beberapa orang.

***

" Satu menit lagi " suara serak Pak Herwan memperingati anak-anak kelas X IPS-C untuk bergegas.

Bell memeriksa ulang jawabannya. Hari ini memang jadwal tes Bahasa Indonesia pertama untuk semester dua. Dan Pak Herwan sudah mengancam agar anak-anak belajar sungguh-sungguh karena tidak akan ada tes susulan ataupun tes perbaikan untuk kali ini.

" Silakan dikumpul sekarang " perintahnya.

Bunyi kursi-kursi bergeser, satu persatu anak anak maju mengumpulkan kertas ulangan.

Seseorang mengetuk pintu kelas. Tampak Bu Ratih, guru piket hari ini berbicara serius dengan Pak Herwan.

" Belinda, bawa barang-barang kamu. Kamu boleh pulang " Pak Herwan memberi tanda agar Bell mengikuti Bu Ratih.

Let Me Know ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang