Bab 26 - Let Me Know or Let Me Go?

46 12 4
                                    

HALO READER! Terlalu lama tidak update.. sudah hampir lupa bagaimana rasanya menulis! Sibuk..sibuk urusan lain yang tiada habisnya hingga lupa untuk menulis. Sampai suatu hari
sorang teman mengatakan kalau Dia Baper sama Juan!
Dan itu ..sungguh sebuah support bagi kami untuk tetap semangat melanjutkan kisah ini.
DOAKAN ya..agar kami nggak malas lagi untuk menulis.hehe :)

***
Apa yang biasa diharapkan orang pada awal tahun baru? Suatu perubahan dalam hidup. Mungkin sebuah mimpi atau misi baru.

Aku bertekad untuk merasa optimis menghadapi tahun baru sekaligus semester baru ini.

Sama seperti tekadku untuk mengundurkan diri dari klub Cheerleaders. Doris, Leslie dan yang lainnya merasa keberatan. Aku memilih alasan kesehatan (kakiku yang tempo hari terkilir) dan alasan ingin "banting setir" ke bidang lain yang menarik minatku, yakni menggambar atau melukis.

Itu sebuah kebohongan kecil . Yang sebenarnya.. aku merasa tidak sanggup jika setiap hari harus melihat sang Don Juan, berada di lapangan yang sama dengannya. Otakku mengirimkan sinyal peringatan untuk tidak memupuk harapan terhadap cowok itu.

Sangat disayangkan!

Kupikir kami bisa berteman lagi ..suatu saat nanti, tapi untuk sekarang.. aku harus membuat jarak.

Aku ingat peristiwa di danau belakang sekolah tempo hari.

Saat itu jam terakhir kosong karena guru mendadak ada rapat, namun kami tidak diizinkan pulang sebelum waktunya. Seperti biasa kupilih untuk menyepi. Kubawa novel Juan yang belum sempat kukembalikan bersama sketchbook -ku.

Sejak gagal nonton konser tempo hari, aku dan dia belum berkomunikasi. Aku masih mencari cara untuk mengembalikan novel ini.

Ada beberapa opsi : kutitipkan pada Angga  atau Steven , kukirimkan ke rumahnya, atau sebaiknya aku mengembalikannya secara langsung.

Tugas akhir semester yang Juan katakan padaku tak lain hanya omong kosong belaka. Ini kuketahui setelah aku mengadakan "wawancara" secara diam-diam kepada beberapa teman sekelasnya. Jadi, yang menjadi pertanyaan : apa motif cowok itu sebenarnya ?

Apakah cowok itu tahu soal "catatan kaki" yang ditulis Melisa pada halaman novel itu?

Dari bawah pohon tempatku bernaung, aku memandang ke arah danau. Mencoba memahami hubungan Melisa dan Juan pada tahun-tahun yang telah berlalu.

Gadis itu sakit. Ia menjauh dari Juan. Tak heran Juan begitu benci pada yang namanya penyakit dan kematian. Hatinya masih getir – cintanya dikalahkan oleh kedua hal itu.

Tiba-tiba pandanganku jatuh pada sesuatu yang menggelepar di atas permukaan air danau. Air danau sedikit beriak karenanya. Apa itu? Aku berdiri , mencoba memicingkan mata untuk melihat lebih jelas.

Seekor anak kucing berwarna hitam! Makhluk malang itu mencoba berenang ke tepian, tapi tampaknya sesuatu memerangkap kakinya.

Mataku mencari-cari sesuatu yang bisa kujadikan titian agar anak kucing itu bisa meraihnya. Kuraih sebuah ranting. Buru-buru aku berjalan ke tepi danau.

Oh, ayolah!! Sebisa mungkin kujulurkan tanganku agar ranting tadi bisa sampai ke tempatnya. Tapi tampaknya makhluk itu tidak mengerti tujuanku. Ia mengabaikan ranting itu, dan mulai mengeong lirih.

Duh, kasihan! Ragu-ragu kucelupkan ranting tadi ke air danau untuk mengukur ketinggiannya. Dangkal. Tingginya cuma selututku. Masih dengan perasaan bimbang - kulepas sepatu dan kaos kakiku.

Kira-kira makhluk apa yang ada di bawah air sana ya? Aku bergidik ngeri memikirkannya.

Air di tepian berwarna hijau lumut. Satu kakiku sudah masuk. Dingin! Hati-hati aku melangkah kembali. Tenang .. tidak ada rumor tentang buaya atau ikan di danau ini – pikirku mencoba positive thinking.

Let Me Know ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang