Selama beberapa detik yang mencekam, aku hanya bisa terpaku, tapi tak berani mengalihkan pandanganku dari sosok Juan. Cowok itu memandangku tajam, saking tajamnya kurasa mukaku mulai terasa sakit.
Terus terang, aku takut sekali dengan apa yang ada dipikirannya.
Belinda diam-diam mengagumiku?
Atau versi yang lebih parah :
Belinda diam-diam terobsesi padaku?
Aku bergidik ngeri membayangkannya.
Perlahan - dengan gaya malas-malasan yang kukenal jelas sekarang , Juan memakai kacamata hitamnya kembali. Kemudian berjalan lurus ke arahku.
Aku menahan nafas , namun tak mampu berpaling. Berusaha menebak apa yang akan dikatakannya padaku.
Namun.. seperti biasa aku salah besar.
Cowok itu mengacuhkanku - melewatiku seakan aku tak berdiri di sana.
Sial!
Kepalaku menoleh mengikuti arah perginya.
"Tunggu..." Aku memanggilnya dengan suara lemah yang hampir tak terdengar.
"Eh.. tunggu ! Juan..!!" Aku mulai melangkah cepat untuk mengejarnya.
Ia telah sampai di pintu depan, tapi sepertinya tak berniat berhenti.
"Ihhhh .. Apa -apaan sih!"
"DON JUAN...!!" panggilku dengan suara menggelegar , membuat orang -orang menoleh ke arahku.
Aku tak perduli, masih berusaha mengejarnya.
Ketika tiba di belakangnya, cowok itu mendadak berbalik menghadapku.
Upss! Wajahku menubruk dada bidangnya.. Aku mundur dua langkah. Kaget! Novelku pun terjatuh ke lantai.
"Apa?" semburnya galak.
"Eh.. itu tadi..Eh..g..gue.." Nah..nah.. setelah berhasil menghentikannya, aku malah bingung mau ngomong apa.
Juan masih menungguku dengan kesabaran yang jelas dipaksakan. Kedua tangannya sudah dalam 'posisi wajib' - berkacak pinggang!
"Eh.. nggak papa.. nggak jadi.." aku berdalih.
Oke! Kalau cowok ini tidak mau mengungkit apa yang dilihatnya tadi, lebih baik aku juga tidak membicarakannya.
Tiba-tiba Juan menunduk, memungut Novelku. Dibacanya sepintas judul yang tertera.
"Lo tau... " ucapannya mengagetkanku, diserahkannya Novel itu padaku .
" Augustus Walter seharusnya nggak usah sok jadi pahlawan"
Hah? Ap..Apa? Sejenak aku bengong memikirkan perkataannya.
"Lo baca ini?" Aku menunjuk novel "The Fault in Our Stars" -nya John Green di tanganku.
"Apa tampang gue, keliatan kayak orang yang betah melototin tulisan ?"
"Jadi..? Lo nonton filmnya?" aku dengan cepat berasumsi.
"Kenapa? Kenapa lo bisa gak suka dengan Walter?" tanyaku tiba-tiba merasa tak senang.
Bagaimanapun.. aku telah membaca novel ini dengan penuh perasaan dan linangan air mata (Baper!!). Seenaknya saja dia mengkritik!
Juan berdiri kaku di hadapanku. Rahangnya mengeras.
"Mungkin Hazel gak butuh pahlawan.." tukasnya dingin.
"Mungkin orang sekarat gak butuh pahlawan buat nyelametin dirinya"
Aku menatapnya antara kaget dan tak percaya. Beda banget perpektifnya denganku!
"Hei! Augustus Walter dan Hazel berteman....apa salahnya jika mereka saling mencintai, orang sekarat juga berhak jatuh cinta" sanggahku.
"Yeahh... Tapi pada akhirnya tu cowok dead juga kan " balasnya sinis.
"Yeahh.. tapi setidaknya Novel ini jadi best seller dan udah difilm-kan.. semakin baper semakin berkesan, tau!" cetusku kesal.
Juan memandangku lalu mengelus-elus dagunya seakan sedang berpikir.
"Berapa lama waktu yang lo butuhin buat ngabisin sebuah novel?"
"Ap..Apa ?" Pertanyaan yang aneh.
"Gue nanya, berapa lama waktu yang lo butuhin buat ngebaca abis sebuah novel setebal itu" ulangnya.
"Kenapa emangnya?"
"Gue punya misi buat lo"
"Misi?"
"Ya.. gue akan kasih lo sebuah buku buat lo baca, waktu lo satu minggu!"
What? Maksudnya apa sihhh? Aku mengerutkan alis - memandangnya penuh tanya.
"dck.." Juan mendecak tak sabar. "Anggaplah hari ini lo berhutang budi sama gue"
"Jadi, lo harus bantuin tugas bahasa Indonesia gue" tandasnya tanpa tendeng aling-aling.
"Lo nggak rugi apa-apa, sebab.. lo kan emang demen baca"
" Abis baca, lo cuma harus ngeringkas isi buku itu termasuk nulisin amanat yang ada dalam cerita"
Wait! Enak aja nyuruh-nyuruh orang!
"Nggak bisa, minggu depan udah UTS" tolakku cemberut.
"Oke, kalau gitu dua minggu" - Ia masih ngotot.
"Buku apaan sih? Gue bacanya novel, kalo buku pengetahuan gak fokus... pasti ketiduran"
"Ya..iyalah.. ini Novel!"
" Dan.. ingat..ini jadi rahasia kita! Gue nggak mau orang-orang pada tau kalo lo yang ngerjain tugas gue" ancamnya.
"Besok lo temui gue di belakang gedung olahraga, pas istirahat pertama! Jangan nggak dateng!" Duh, arogan banget ni cowok.
Juan siap-siap berbalik meninggalkanku.
"Eh.. tunggu" panggilku.
"Gue kan belum bilang setuju"
"Lo nggak punya pilihan, lo harus ! Lo kan hutang budi sama gue"
"Eh, bukannya tadi lo ngomong kalo itu buah karma baek gue? Kok sekarang jadi hutang budi sih?!"
"Yah.. buat ngasih makan ke lo itu buah karma.. "
"kalo buat nganterin lo kesini..itu ADA HARGANYA!! " balasnya tak mau kalah.
"Pokoknya awas kalo lo nggak datang besok!"
"Gue nggak mau!"
"Nggak mau apa? "
"Nggak mau datang"
Juan melotot padaku, rahangnya mengeras menahan amarah ." Kenapa nggak mau datang?"
"Sebab..." Aku balas melotot dan mencibir .
"SEBAB BESOK HARI SABTU, DAN SEKOLAH LIBURR..TAU!"
Kujulurkan lidah mengejeknya, lalu cepat-cepat berbalik masuk kembali ke dalam gedung.
RASAIN LO!! DASAR COWOK SOMBONG!!
-----------------------------------------------------------
Don Juan itu apa sih? Liat di wikipedia hehe .. :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Know ...
Teen Fiction[Tamat] started JULY 2017 Di usiaku yang ke 15, aku baru menyadari bahwa keluargaku tidaklah seperti yang aku bayangkan. Namun jika di balik rahasia terdapat hikmah..kurasa kami semua akan mampu bertahan. Saat ini aku gak butuh tambahan bahan pikira...