Bab 8 - Kok marah sih?

57 16 0
                                    

Kompetisi basket se -SMU kota telah berlangsung 1 minggu. Sejauh ini sekolah Esa cukup memimpin angka hingga mengantarkan tim basket kami ke babak final. Dan hari ini adalah Big Day, Final!!

ESA akan berhadapan kembali dengan runner up tahun lalu yakni SMU Nusa Bangsa.

"Gawat.."

Ribut-ribut di ruang ganti tim basket menarik perhatian kami, para cheerleader.

"Ada apa sih? " bisik Doris. Kami berjejalan mengintip dari pintu kaca depan ruang ganti.

Brakk!! Pintu terbuka lebar. Angga, salah satu dari anggota tim basket bergegas keluar dengan gusar, " Ini sabotase namanya! Ayo kita lapor ke panitia"

Mengikuti cepat di belakangnya ada Steven. Keduanya bergegas menuruni tangga menuju ruang rehat panitia.

Dari pintu yang terbuka tampak para anggota tim basket lain yang belum juga berganti pakaian. Kulirik jam tanganku - 1 jam tepat sebelum pertandingan final dimulai.

"Ada apa sih?" kali ini Maria angkat bicara.

Wajah cowok-cowok itu tampak muram dan jengkel. Kulihat Juan berdiri di sudut ruangan sambil berkacak pinggang, kepalanya menunduk menatap lantai di bawahnya.

"Hei.. ini tidak terlalu buruk, kita masih bisa tetap memakainya..Jangan biarkan mereka menang dengan cara ini" Faris berusaha optimis.

Di bangku panjang ruang ganti itu kulihat kaos dan celana -seragam tim basket ESA yang berwarna hitam lis putih tampak bertebaran. Kaos hitam itu tampak kusam penuh debu-debu kecil yang menempel.

"Kostum kita kotor. Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan penyusup dari tim lawan! Dasar banci !!" Ando bersungut-sungut.

Nora, Hanna dan Klara berusaha membersihkan debu itu dengan cara menepuk-nepuknya.

"Ini terlalu nempel. Nggak bisa lepas, Kita perlu sikat baju atau penyedot debu" keluh Klara.

"Dan dimana kita bisa dapetin barang-barang itu sekarang?" Maria melotot.

Angga dan Steven kembali, muka mereka merah padam menahan emosi.

"Panitia bilang, kejadian ini bukan tanggung jawab mereka. Kenapa tidak ada tim kita yang berjaga di ruang ganti tadi? Huh! Siapa sangka mereka demikian liciknya"

Saat ini pertandingan dilaksanakan di gedung olahraga Balai Kota. Masing-masing tim diberikan ruang ganti terpisah.

Tiba-tiba aku punya ide. "Hei, apakah disekitar sini ada lakban atau..isolasi ?"

Semua kepala menoleh menatapku, termasuk Juan.

"Please.. Doris, Klara, apa kalian tau ..di dekat sini ada toko ATK nggak?" tanyaku.

Leslie dengan cepat berdiri "Biar gue tanyain ke kantor Panitia di bawah" Doris dan Klara segera mengikutinya.

"Lo punya rencana apa, Bell?" Maria memandangku penuh tanya.

"Liat aja.. mungkin bisa berhasil.." bisikku tak berani menjamin.

Lima menit kemudian ketiga cewek tadi kembali membawa dua gulung lakban transparan yang diameternya cukup lebar sekitar 5 cm.

"Begini.." Aku berlutut ke bangku, Kaos hitam itu kubentangkan. Lakban itu kurekatkan pada satu sisinya. Pelan kutarik lepas kembali..

Yeah.. berhasil!! Lihat semua debu-debu kecil itu menempel ke bagian lakban yang lengket.

"Wahhh.. hebat Bell" Leslie meraih kaos hitamku tadi - mengamati dengan antusias.

"Debunya lepas dengan mudah.."

Let Me Know ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang