Chapter 12

4.6K 246 0
                                    

Author’s PoV

            Perasaan itu selalu mengganjal di hati. Mampu mengganggu setiap detik waktu dalam kehidupan orang yang merasakannya. Walaupun telah ada sebuah kektuatan yang menyakinkan tak akan terjadi apa-apa dalam suatu hubungan yang sedang dialani. Namun, tetap saja, gadis manapun yang merasakan hal yang dialami Lea tak akan begitu saja melupakan hal yang akan menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih. Menghancurkan kebahagiaan yang sudah lama ia tunggu.

Its funny how promises

Can’t make me feel better now

When you come with millions hope

But still can’t make me smile

And maybe now, people oit there laughing at me

Cause they already know

That we never can be a couple

Cause they know that we never match ech other in thousand ways

            “Lea!” Neva yang duduk di samping Lea menepuk pundak Lea bersemangat ketika mendapati dua orang senior berjalan melewati koridor kelasnya.

            Dengan malas Lea mengalihkan pandangan dari ponselnya menuju Neva yang ada di sampingnya. Seakan bisa membaca pikiran Lea, Neva hanya menunjuk keluar kelas untuk menjawab tatapan malas dari Lea.

            Wajah di luar kelas yang ditunjuk Neva sangat familiar bagi Lea. Wajah yang satu minggu lamanya tak menginjakkan kaki di sekolah karena harus mengalami masa pemulihan dari patah tulang ringan di kakinya. Dan sekarang, semua orang yang merindukannya untuk berada di sekolah—termasuk Lea yang amat sangat merindukan orang itu—bisa kembali bersenang karena melihat sang senior pujaan hati berada di sekolah kembali. Dengan penampilan yang sedikit berubah. Tak ada langkah angkuh. Yang ada adalah langkah pelan yang terbata karena bantuan tongkat yang menyulitkannya untuk berjalan. Untung saja temannya yang bernama Bagus setia menemaninya berjalan dengan lambat menuju kelas.

            “Lagi marahan sama Kak Candra?” tanya Neva yang melihat Lea seperti tak tertarik untuk terus memandang Candra atau menghampiri kekasihnya itu seperti biasanya.

            “Nggak kok. Cuma nggak pengen kalo aku ada di deket dia jadi tambah garang. Kau tau lah, aku ini seperti apa.” Jawab Lea dengan tak bersemangat.

            Hari ini Lea terlihat lesu sejak pertama kali masuk ke dalam kelas. Membuat banyak teman kelasnya bertanya-tanya ada apa dengan gadis si pembuat heboh kelas yang mendadak diam tanpa kata. Semua temannya tau, pasti ada yang tidak beres dengan Lea yang diseliuti senyum kepalsuan hari ini.

            “Istirahat nanti, temani aku ke kelasnya Kak Candra dong?” pinta Lea yang segera di setujui dengan anggukan oleh Neva.

            “Thats you. Never can mad him at all.” Sindir Neva dengan senyuman jahil yang mampu membuat Lea memikirkan kalimatnya yang sebenarnya selalu dilakukan oleh Lea tanpa diadarinya.

            Karena Neva tau, bagaimanapun kemarahan Lea kepada Candra. Lea tak akan pernah bisa lama untuk mendiami kekasihnya, cause you’re harmony to every song I sing. Hanya senyuman dibibir yang sering dipalsukan oleh Lea untuk menyembunnyikan semua rasa perih dan pahit yang ia rasakan.

            Pikiran untuk melabrak Candra setiap melihat sahabatnya termenung dan menangis selalu ingin dilakukan oleh Neva. Namun ia selalu ingat, Lea tak akan menyukai tindakannya yang terkesan gegabah. Dan juga, Lea tak ingin Neva untuk ikut campur urusan mengenai hubungannya dengan Candra. Disisi lain, Lea tak ingin dicap sebagai gadis pencari senssasi oleh senior-seniornya.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang