Chapter 10

4.8K 233 0
                                    

Is that an accident? Or his fault?

            Entahlah aku masih tak mengerti bagaimana kejadian yang sebenarnya sampai menyebabkan jatuhnya Kka Candra yang tertimpa oleh ring basket. Bayangkan saja, kaki Kak Candra tertimpa besi dari ring basket sampai menyebabkan kayu yang ada di sekeliling rin patah.. oh god. How bad his condition?

            Perjalanan ke rumah sakit tempat Kak Candra dirawat terasa sangat lama bagiku. Setelah menghubungi Mama jika aku tak bisa pulang langsung, aku segera bergegas menyuruh supir pribadiku untuk mengantarku menuju rumah sakit tempat Kak Candra dirawat.

            “Moo?” Panggilan itu menyentuh lubuk hatiku ketika ku buka salah satu pintu kamar di rumah sakit. Suaranya terdengar payau ditelingaku. Seperti menahan rasa sakit.

“Hai.” Sapaku balik. Kukulum bibirku membentuk sebuah senyuman saat aku berada di dekatnya. Kak Candra terlihat lebih berantakan dari biasanya.

            “Eh? Ada Lea rupanya.” Tante Selvi tiba-tiba sudah berada di belakangku. Sepertinya ia berada dari kamar mandi yang ada di samping tempatnya berdiri saat ini.

            Dengan rasa hormat, aku menyalami tangan tante Selvi dan menciumnya. Namun ternyata tante Selvi menahanku, ia membawaku ke dalam pelukannya.“Candra menanyakan tentangmu sedari tadi.” Bisik Tante Selvi yang mampu membuatku tertawa geli.

Bayangkan saja, baru beberapa jam yang lalu Kak Candra dibawa ke rumah sakit. Dan ia sudah menayakan tentangku. Memangnya seberapa lama ia tak sadarkan diri? Seingatku setelah Kak Bagus kembakli ke sekolah tadi, ia mengabariku jika Kak Candra baik-baik saja.

“Akhirnya, kamu dateng juga sayang.” Kalimat itu terdengar begitu manis ditelingaku. Membuatku ingin merekamnya agar aku bisa mendengarkannya setiap kali merindukan keberadaan Kak Candra disampingku.

Tante Selvi memegang kedua pundakku. Membawaku kepada Kak Candra yang telah mengulurkan tangannya untukku.

Ku kulum bibirku, menampakkan senyuman yang selalu aku berikan setiap kali bertemu dengannya.  “Feel better?” tanyaku seraya duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Kak Candra.

Dengan perlahan kugerakkan kedua tanganku kugerakkan untuk menggenggam tangan Kak Candra yang sedari tadi terulur. Dingin. Ku letakkan tangan kanan Kak Candra di depan wajahku dengan tetap menggenggamnya dengan kedua tanganku. Tangan yang baru saja melakukan kesalahan tersebar. Karena aku tak berada di dekat Kak Candra saat ia sedang terluka. Pacar macam apa aku ini?

Dan lihat, Kak Candra tak kunjung menjawab pertanyaanku. Ia hanya menatapku lurus dengan senyuman yang tak bisa aku artikan. Tak mau kalah, aku menatap kedua mata Kak Candra lekat seperti cara ia menatapku saat ini. Tatapan mata yang selalu bisa membuatku jatuh cinta kepadanya lagi dan lagi.

“Ehemm..”

Kualihkan tatapan mataku dari Kak Candra begitu dehaman yang seperti disengaja itu terdengar oleh telingaku. Begitu juga Kak Candra, ia mengalihkan pandangannya dariku. Kami menatap Tante Selvi yang berdiri di ujung tempat tidur Kak Candra.

“Maaf untuk menganggu. You guys just remind me bout my teenage.” Ucap tante Selvi dengan terkekeh. “Well, Lea tante bisa nitip Candra sama kamu kan? Soalnya tante harus ngurus administrasi dan pulang dulu. Bisa kan?”

Aku mengangguk, mengiyakan permintaan tante Selvi. Jikapun tante Selvi tak memintaku, aku akan berada di sini untuk menjaga Kak Candra. Walaupun sebenarnya aku juga letih karena pelajaran sekolah yang membosankan.

Setelah tante Selvi pergi dari ruangan Kak Candra, tak ada yang berbicara diantara aku dan Kak Candra. Ia juga tak kunjung menjawab pertanyaanku.

“You know what’s the reason I feel better for now?” ku angkat kepalaku yang baru saja menunduk untuk melihat wajah Kak Candra yang baru saja mengucapkan kalimat.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang