“Lea?” suara seorag membuatku mendongakkan kepala saat aku menuruni tangga panggung.
Kak Candra. Ia berada di depanku dengan tatapan yang tepat mengunci pandangan mataku. Ia menghalangi jalanku untuk menuruni tangga. Dengan sigap Kak Candra mengambil alih gitar yang aku bawa. Ia memberiku jalan dengan cara meminggirkan dirinya dari hadapanku.
Aku berjala begitu saja melewatinya dan tak menghiraukan gitarku yang saat ini berada di tangannya. Aku berjalan menuju kelasku. Tak memperdulikan Kak Candra yang ternyata berjalan di belakangku.
“Ada apa, Lea?” tanya Harry saat aku memasuki kelas.
Aku mendengus kesal, Harry pasti bisa menebak hatiku sedang hancur. Aku menunjuk Kak Candra yang ada di belakangku dengan menggunakan daguku agar aku tak perlu bersusah payah untuk menolehkan kepalaku.
Kemudian aku berjalan dan duduk di bangku pojok belakang. Tak menghiraukan Kak Candran dan Harry yang saat ini sedang mengobrol di depan kelas.
Sesekali aku melihat mereka. Dan saat itulah mereka terlihat seperti beradu argumen. Harry dengan wajahnya yang mulai memerah. Dan Kak Candra masih dengan wajah tenangnya. Aku rasa Kak Candra telah membuat Harry marah kepadanya.
Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan Kak Candra dan Harry mengobrol sambil berargumen, sampai akhirnya Harry berjalan memasuki kelas dan menghampiriku.
“Dimana gitarku?” tanyaku saat Harry telah duduk di kursi yanga da di sampingku.
Wajah Harry terlihat sangat kusut dan tak bersemangat. Jauh berbeda dari wajah Harry yang aku lihat sebelum meninggalkannya bersama Kak Candra.
“Dibawa Kak Candra tadi.” Jawab Harry akhirnya.
Aku menghembuskan nafas dengan berat. Gitar kesayanganku ada di tangan Kak Candra. Sedangkan aku tak ingin berbicara dengan, bahkan bertemu saja aku tak mau. Tapi bagaiamana aku bisa mendapatkan gitarku kembali jika tak bertemu dan berbicara dengannya.
“Kau harus mengambilkan gitarku, Harry.” Perintahku kepada Harry tanpa menoleh ke arahanya.
“Aku telah mencoba mengambil gitarmu darinya, Lea. Tapi genggaman tangan Kak Candra lebih kuat dari pada tangaku yang berusaha merebutnya.”
Kak Candra memanglah orang yang tak mau dengan mudah melepaskan barang yang telah berada di tangannya walaupun bukan miliknya sendiri. Dan sekarang gitar kesayanganku berada di tangannya.
“Aku bisa mengambilkan gitarmu,” aku menatap Harry setelah ia mengucapkan kalimat yang membuatku cukup senang. “Tapi kau harus datang bersamaku.” Lanjut Harry.
Sigh. Sama aja aku harus bertemu dengan Kak Candra.
Tanpa menunggu jawabku, Harry menggandeng tanganku, membawaku keluar dari kelas. Aku melangkah mengikuti tujuan Harry melangkahkan kakinya. Langkah kaki Harry berhenti tepat di depan panggung yang tadi aku dan Harry gunakan untuk tampil.
Dan Kak Candra bersama dengan teman band-nya yang lain berada di atas sana saat ini. Aku menghela nafas panjang dengan kasar saat menaydari gitarku berada di atas panggung. Diletakkan di tempat gitar yang ada di samping Kak Candra yang saat ini sedang mengecek bass yang sepertinya akan ia gunakan tampil bersama band-nya yang biasa disebut ‘District Five’.
Sebuah lagu dimainkan oleh Playboy Junior. Lagu yang tak begitu bisa aku tangkap dengan baik liriknya karena itu adalah lagu semi rock yang memang biasa dibawakan oleh District Five band. Jantungku ikut berdetak seiring dengan gebukan drum yang dilakukan oleh Kak Bagus di atas panggung. Sangat keras.
Tepuk tangan meriah aku dengar setelah suara musik berhenti. Pandanganku seketika berhenti pada Kak Candra yang meletakkan bass-nya dan menukarnya dengan gitarku. Aku tertegun, apa yang akan ia lakukan dengan gitarku?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
FanfictionTak ada yang tau bagaimana kehidupan membawaku pada kata hidup seperti yang selama ini aku impikan. Aku juga tak pernah menyangka, pertemuanku denganmu akan membawa sebuah perubahan yang berarti dalam hidupku. Kau berarti untukku. Kalimat itu begitu...