Chapter 8

6.3K 306 3
                                    

Lea’s PoV

            Lelucon demi lelucon dikatakan oleh Kak Candra kepadaku. Its not really funny what he talking about. Tapi karena hanya aku yang mendengarkan leluconnya, dan aku tak tertawa, ia tertawa sendiri seperti orang yang kehilangan kewarasannya. Yang aku lakukan adalah membaca novel dan sesekali mengemil kue kering yang disediakan, tanpa menggubris lelucon Kak Candra yang memang tak lucu.

“Dalam hidup, kita membutuhkan seorang yang bisa mendengarkan setiap cerita kita, dan percaya dengan kehidupan yang kita miliki. Jika tidak, hidup akan menjadi sepi dan menyakitkan.”

Aku tersenyum saat membaca bagian novel yang satu itu. Menggabungkan kalimat yang aku baca dengan kenyataan yang aku alami. Untung saja aku mempunyai Neva yang selalu mendengarkan setiap curahan hatiku dengan baik. Untung juga aku mempunyai Kak Candra dalam kehidupanku, walaupun dulu aku tak pernah menyangka jika ia akan benar-benar masuk ke dalam kehidupanku. Maksudku, berhubungan denganku secara langsung.

“Udah berhenti ngerokok, kak?” tanyaku begitu saja. Dengan hanya sekali menoleh ke arah orang yang kutanya, kemudian kembali menatap novel yang ada di tanganku.

“Nggak berhenti, tapi kalo ngerokok suka ngumpet sekarang.” Kata tante Selvi yang tiba-tiba sudah berada di ruang tamu kembali dengan nampan yang berisi dua gelas minuman. Segera aku berdiri dan tersenyum kepadda Mama kak Candra dan mengambil alih nampan yang ia bawa.

“Tante kok repot-repot? Kan aku Cuma main di sini, tan.” Ucapku sungkan.

“Cuma minuman, sayang. Nggak repot kan buatnya.” Elak tante Selvi yang sudah duduk di single sofa yang ada di depanku dan depan Kak Candra.

She just so beautiful. Dan aku rasa ketampanan yang dimiliki Kak Candra merupakan keturunan dari Mamanya. Tak terasa sejak kapan senyuman mengembang dibibirku saat memperhatikan ibu dan anak secara bergantian.

“Tuh kan, Ma. Lea serius banget baca novelnya.” Cibir Kak Candra yang mengadu kepada temennya.

“Candra banyak berubah, Lea.” Ucap tante Selvi tak menggubris aduan yang diberikan Kak Candra.

“Jadi?” tanyaku penasaran dengan maksud tante selvi yang mengatakan Kak Candra telah berubah.

“Candra sekarang sering pulang ke rumah dulu sebelum main setelah sekolah. Biasanya Cuma ngabari lewat sms kalo sempet ya telfon. Ngerokok juga uda nggak ngebut kayak dulu. Dia juga sering diluar kamar kalo tante ada di rumah, Candra juga..”

“Ma!” ucap Kak Candra seperti memberi peringatan kepada mamanya untuk diam dengan wajahnya yang terlihat malu karena perubahan yang terjadi pada dirinya diungkapkan oleh Mamanya kepadaku.

Well, aku merasa senang melihat kedekatan anatara Kak Candra dengan tante Selvi. Ya karena selama ini aku mengira jika cowok seperti Kak Candra lebih suka menghabiskan waktunya di kamar, dengan ‘dunia’nya dan tidak menghiraukan orang yang ada di rumahnya. Dan aku yang beraharap apa yang dikatakan tante Selvi benar adanya mengenai perubagan-perbuahan Kak Candra yang membuat tante Selvi senang. Well aku lebih senang karena tante Selvi mengatakan Kak Candra berubah sejak ada aku..

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang