Chapter 11

5.3K 231 0
                                    

Tak pernah aku mehyangka hal seperti ini akan terjadi menimpa hubunganku dengan dia. Dia, lelaki yang dikelilingi banyak gadis yang tiba-tiba menyatakan perasaannya kepadaku selang beberapa hri dari kandasnya hubungan yang ia jalin dengan mantan kekasihnya. Kisah cintaku dan Kak Candra terjadi begitu cepat. Aku tau itu. Tak ada masa pendekatan yang membuat kami saling mengenal satu sama lain.

Kali ini, aku sedang mengunjungi Kak Candra di rumahnya. Ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter tadi pagi karena memang tulang kakinya tak terlalu parah. Saat aku datang Kak Candra dibantu Mamanya untuk meminum obat. He looks cute. Ketika melihat seorang anak lelaki memadu kebersamaan dengan Mamanya yang katanya jarang ia dapatkan.

Dan sekarang, Kak Candra tertidur dengan tangan kananku berada dalam genggamannya. Genggaman tangan Kak Candra selalu bisa menghangatkan tubuhku walaupun tangan Kak Candra sebenarnya dingin.

Tatapan mataku tak pernah berhenti ataupun bosan untuk memandangi wajah Kak Candra yang sedang tidur dengan tenang. Wajah yang dulu sering kuharapkan untuk bisa kutatap walaupun dengan resiko aku mendapat cacian dari kekasihnya. Dan yang paling menyedihkan, aku tak akan mendapat balasan tatapan dari Kak Candra yang selalu kutatap, dulu.

Saat itu aku dalam perjalanan menuju kanrin bersama teman perempuan sekelasku. Beginilah cara kami menyatu. Makanan. Yap, satu hal itu mampu membuat aku dan teman perempuan sekelasku bersatu. Terdengar aneh memang, karena setiap gadis remaja kebanyakan disatukan oleh sesuatu yang berbau ‘shopping’. But its fine. Karena kita berbeda. Walaupun sebelumnya kami disibukkan dengan aktifitas yang berbeda, kami akan bersama saat ada satu di antara kami meneriaki kata ‘Kantin’. Membuat kami meninggalkan aktifitas untuk menuju kantin.

Dan lorong inilah yang selalu membuatku memperlambat langkah kakiku. Lorong yang mana samping kirinya adalah kelas Kak Candra. Kelas yang selalu aku lewati saat aku menuju kantin. Dengan penasaran, kuedarkan pandanganku untuk melihat isi kelas kak Candra melalui kaca yang sedikit gelap.

Oh itu dia! Seorang lelaki dengan kaca mata berframe yang dibuat lebih besar duduk di kursi paling belakang deretan kedua dari kiri meja guru. Aku tersenyum kecut mendapati orang yang kuperhatikan ternyata jika pelajaran di kelas duduk bersama seorang gadis yang cantik. Amat. Tapi aku tau, orang itu telah mempunyai kekasih dan hanya menganggap gadis yang duduk disampingnya sebagai teman tak lebih.

Aku tersenyum sendiri karena akhirnya hari ini aku bisa melihat Kak Candra lagi di dalam kelasnya. Bertemu dengan Kak Candra merupakan hal yang susah untuk didapatkan. Apalagi jika sudah bertemu dengannya, ia selalu dengan kekasihnya.

Selalu saja ini terjadi di antara aku dan teman gadis di kelasku. Kami akan bingung untuk memilih menu makanan. Setidaknya untuk saat ini aku harus menunggu lima belas menit untuk mendengarkan pesanan temanku. We used to talking in that minutes while we’re thinking bout what food we will eat. And its happen everyday. Dan biasanya lebih parah. Aku hanya memesan minuman dan menunggu teman-temanku untuk memutuskan makanan apa yang mereka pesan selama tiga puluh menit. Well, i used to wait them to order karena jika aku memesan makanan terlebih dahulu aku akan tergiur dengan makanan yang nantinya dipesan oleh temanku. So ya..

Kami bercanda gurau saat memakan makanan yang telah lama kami nanta. Dan setelah makanan selesai pun kami tak langsung meninggalkan kantin. Karena kami terbiasa dengan datang di saat kantin sedang sepi dan pergi di saat kantin sepi kembali. Haha its crazy i know.

“Pulang yuk?” ucap Nanda salah satu temanku. Dan kemudian semuanya pergi meninggalkanku dan Sasa yang masih asik di kantin. Karena apa, karena Sasa meminjam ponselku untuk men-stalking instagram artis Thailand yang baru saja ia suka.

Dan wow..... tak lama kemudian orang yang kuharapkan untuk kulihat lagi datang.. dengan karismanya dan tungguu...

“Duh.. enaknya yang lihat cowok idaman di depan mata tanpa dicari.” Goda Sasa dengan sesekali melihat Kak Candra yang duduk tak jauh dari meja yang kami tempati.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang