Gadisku yang indah di bawah hujan salju. Tiba-tiba aku merasa
menyukaimu.Seokjin berbohong. Hari ini dia tidak datang ke Rumah sakit. Hari ini dia memiliki jadwal berkunjung ke Psikiater. Seokjin masih enggan untuk membagi bebannya dengan Taehyung, karena itu dia berbohong. Dia tak ingin terlihat rapuh, karena itu dia berbohong. Dia sudah membangun karkater seorang kakak yang menurutnya di pandang kuat oleh Taehyung selama ini, jadi dia tak mau menunjukan sisi lemahnya. Untuk kali ini dia ingin menyelesaikan sendiri, melupakan fakta jika adiknya sudah tumbuh menjadi dewasa yang seharusnya bisa di ajak berbagi tentang sebuah beban.
Seharusnya begitu. Beban itu harus di bagi dengan orang terkasih. Bukan karena mereka harus merasakan beban itu juga, lebih tepatnya untuk menghargai jika mereka itu penting dalam hidup kita. Seokjin tahu itu, tapi hatinya mangkir. Hari ini dia cukup bahagia melihat Taehyung tersenyum seperti biasanya. Hal itu benar-benar membuat senyum kecilnya tak pernah lepas dari tadi, hingga getaran di saku celananya membuat Seokjin terpaksa mengalihkan fokus dari tangga kecil yang baru beberapa langkah dia pijaki untuk sampai ke gedung tempat dia berkosultasi dengan Psikiater. Seokjin kini menatap layar ponselnya.
Pandangannya kini berubah kosong. Kenapa? Bukanlah ini yang dia mau? Memang itu yang dia inginkan, namun mengingat senyum Taehyung tadi, kenapa hatinya malah sulit melepaskan. Dan juga Taehyung tahu, anak itu tahu Seokjin sakit.
Seketika Seokjin panik. Otaknya berputar menerka siapa yang memberi tahu hal ini pada Taehyung. Langkah setengah jalan itu urung dilanjutkan. Seokjin malah berbalik akan pergi, namun lagi-lagi langkahnya terhenti. Di depannya kini seorang wanita cantik tengah mengukir senyum untuk Seokjin. Senyum tulus yang selalu dia rindu dan dia cari.
"Jiho."
Wanita itu masih mengukir senyum pada sang kekasih kendati hatinya sakit melihat keadaan Seokjin yang begitu kacau. Dia ingin menenangkan Seokjin karena inilah yang Taehyung minta sebelum dia pergi.
Seokjin tak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis sembari menatap sangat kekasih dengan perasaan campur aduk. Bahagia karena melihat Jiho tersenyum juga sakit karena kepergian Taehyung. Seokjin menangkup wajahnya saat di rasa tangisnya menjadi. Bersamaan dengan itu dia merasa tubunya menghangat. Seokjin bisa merasakan wangi kekasihnya.
Jiho memeluknya erat. Mengusap punggung lebar Seokjin dengan lembut. Lelaki itu semakin membenamkan kepalanya. Sungguh, melihat Seokjin seperti ini Jiho mengutuk aksi marahnya beberapa hari yang lalu pada Seokjin. Dia benci melihat kekasihnya menangis.
"Biarkan dia pergi. Dia akan baik-baik saja. Yoongi pasti akan menjaganya dengan baik." Ucap Jiho lembut.
Entah kenapa pemikirannya seperti tertukar dengan Seokjin saat ini. Dulu dia tak rela melepas Taehyung pergi, namun sekarang malah dirinya yang harus menenangkan Seokjin agar merelakan Taehyung pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [√]
FanfictionTaehyung sangat frustasi tiba-tiba saja Seokjin mengirimnya ke sebuah kota kecil untuk tinggal dengan Yoongi. hampir separuh dari hidup Taehyung tak pernah melihat Yoongi, hal itu sudah menjadi alasan pasti jika dia sangat menolak untuk tinggal den...