Setiap detik mampu merubah semua hal di dunia ini. Bagaimana mobil berwarna hijau melintas dan terganti dengan mobil berwarna lain di jalanan. Tiap detiknya mampu menukar oksigen menjadi karbondioksida.
Jadi, jangan mengharapkan hal yang sama walau itu hanya terlewat satu detik.
-
Mata itu terus diam-diam memandang pada sosok lelaki yang tengah duduk mengukir goresan di kanvas tepat di depannya. Senyumnya yang merekah, seiring dengan jemarinya yang juga ikut menggores lekuk-lekuk wajah lelaki itu. Hatinya berdebar.
Gadis itu merasa gila. Bahkan lelaki itu tak melihatnya dan itu mampu mebuat kewarasannya semakin menipis. Setiap hari, selalu ada waktu yang sengaja dia sisihkan untuk sekedar datang ke ruang seni. Selain untuk menekuni hobi melukisnya, pemandangan yang bisa membuat hatinya berdebar dari laki-laki berkulit pucat itu, selalu menjadi candu tersendiri bagi Park Hyeji, mahasiswi tingkat 5 jurusan Seni di Universitas Daegu.
Dan ketika mata itu kembali akan melirik guna merekam lekuk model lukisanya, Hyeji mendapati bangku yang tadi di duduki lelaki berkulit pucat itu, kini telah kosong.
"Lukisanmu bagus."
Hyeji membeku. Bola mata yang tadi menjelajah mencari sosok lelaki berkulit pucat tadi kini beralih pada sosok yang telah berdiri di sampingnya.
Kim Yoongi.
Hyeji menelan ludahnya yang terasa kasar, mengerjapkan mata guna menetralisir kegugupan yang tiba-tiba merayap dihatinya saat menemukan sosok yang dia cari kini telah tegap, bediri di sampingnya. Hyeji merasa tertangkap basah.
"Aku bisa jelaskan ini. Sungguh...ak--"
"Aku tahu." Potong Yoongi.
Lelaki itu tersenyum menampilkan sisi manis sederhana yang hanya di tampilkan untuk orang-orang yang beruntung.
"Akhir minggu nanti, Ayo kita kencan."
"Hah?"
Mulut Hyeji menganga lebar, menatap Kim Yoongi penuh dengan ketidak percayaaan. Mungkin dia salah dengar, mungkin dia tengah bermimpi atau mungkin dia bukan Kim Yoongi? Otaknya semakin tidak waras.
Memang dia menyukai Kim Yoongi sejak mereka menjadi teman sekelas. Bagaimana lelaki itu terlihat indah di setiap kesendiriannya, bagaimana lelaki itu terlihat memukau saat berbicara di depan para anggota club fotografer, tapi dia juga tidak menyangka Yoongi mengajaknya berkencan.
Apa ini mimpi?
Namun saat bimbangnya begitu menguasai hati Hyejin, tiba-tiba sebuah kehangatan menyelinap begitu saja saat sebuah kecupan mampir pada bibirnya.
Kim Yoongi menciumnya, tepat di Bibir. Tak melumat namun penuh dengan keposesifan, saling bertukar napas di sela heningang romatis sore itu.
"Aku juga menyukaimu." Bisiknya lembut setelah melepas kecupan itu. Hyejin tak mampu berkata. Bahkan ketika sosok Yoongi berbalik pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [√]
FanfictionTaehyung sangat frustasi tiba-tiba saja Seokjin mengirimnya ke sebuah kota kecil untuk tinggal dengan Yoongi. hampir separuh dari hidup Taehyung tak pernah melihat Yoongi, hal itu sudah menjadi alasan pasti jika dia sangat menolak untuk tinggal den...