Tidak hanya bagi Seokjin dan semua orang yang ikut serta andil dalam memperjuangkan kesembuhan Taehyung yang merasakan jika bangunnya anak itu adalah sebuah keajaiban. Jauh dari mereka yang melihat, Taehyung yang merasakan itu secara nyata turut berpikir jika itu adalah kejaiban yang mutlak Tuhan berikan.
Taehyung pikir dia telah mati. Terperosok dalam lubang neraka yang memang pantas dia dapat saat itu. Taehyung yakin, dia tak pernah lupa walau beberapa bulan dinyatakan koma dengan peluru di kepalanya. Dia mengingat Seokjin lah yang dia lihat saat pertama kali membuka mata. dengan tangis dan riuh kata syukur, juga Jiho yang dia tangkap dengan tangis tak terbendung. saat benar-benar sepenuhnya sadar dia masih ada di dunia,saat itu dia yakin jika kejaiban itu ada.
Namun detik-detik berikutnya, dia merasa begitu kecil, merasa tak pantas mendapatkan semua ini. Jdi Taehyung berakhir membenci dirinya, bertanya-tanya pada Tuhan kenapa dia bangun dengan ingatan yang tuh bahkan tanpa memberi dia jeda sedikit pun. Taehyung merasa keajaiban dari Tuhan malah seperti hukuman karena bahkan dalam tidur panjangnya, dia terus di bawa kembali pada saat-saat menakutkan itu, seolah itu adalah konsekuensi atas segala sikap sembrononya.
Taehyung ingin lupa, lalu dia memutuskan untuk melupakan. Berpura-pura bertanya tentang siapa Seokjin saat dirinya mulai pandai bicara pasca koma. Dia terlalu malu, takut dan di rundung rasa bersalah yang begitu besar. Jika Tuhan telah memberi hidup kedua untunya, Taehyung ingin hidup menjadi dirinya yang baru, tak mau menyentuh masa lalunya sedikt pun.
Karena itu dia berbohong.
Kau yang telah menjual keselamatan hyung mu.
Dor!
Taehyung bangkit, napasnya tersegal hebat dengan air mata yang sudah turun. Dia meremat jemarinya kuat, lalu menarik dan memeluk kakinya. Butuh beberapa menit hingga napasnya membaik. Saat itu dia tersadar dengan kegelapan malam yang sudah menghuni kamarnya. Hanya remang lampu di atas nakas dan juga Seokjin yang tertidur dengan posisi terduduk di sampingnya. Pemuda itu ingat saat terakhir kali dia membuka mata, dia mengamuk dan Jiho menenangkannya.
Pandangannya kembali pada Seokjin. Sendu dengan rasa bersalah yang kental di mimiknya. Pemuda itu lantas mendekat lalu menyandarkan tubuhnya pada dada bidang sang kakak. ibarat sebuah labuhan, air mata Taehyung langsung mengalir deras di sana. hal itu jelas mengusik tidur Seokjin.
"Taehyung?" Seokjin sudah akan bangun namun Taehyung langsung menggelengkan kepala seolah menolah tubuh yang tengah di dekapnya bangkit. "Kau ingin kita seperti ini saja?"
Taehyung mengangguk,"Aku sedang jelek. jangan melihat wajahku."
Seokjin terkekeh kecil. cukup merasa lega karena Taehyung terlihat jauh lebih baik karena sudah bisa melucu. Lelaki itu pun kembali menyandarkan tubuhnya lalu mengelus rambut Taehyung lembut. dia memutuskan untuk tidak bertanya pada Taehyung walapun perasaan khawatirnya sangat besar. dia ingin memeri ruang pada adiknya untuk bersedih dan menangis. jadi dia memutuskan untuk bertanya besok saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [√]
FanfictionTaehyung sangat frustasi tiba-tiba saja Seokjin mengirimnya ke sebuah kota kecil untuk tinggal dengan Yoongi. hampir separuh dari hidup Taehyung tak pernah melihat Yoongi, hal itu sudah menjadi alasan pasti jika dia sangat menolak untuk tinggal den...