Air mata sudah mengering dari wajahnya, menyisakan merah di kelopak mata dan rasa sakit di dadanya. Dalam ketidak berdayaan, Taehyung menciptakan ruang hening dalam pikirannya, membayangkan sebuah jalanan cerah menyambut dirinya, Sohyun dan Yoongi. Tentang kebahagiaan dari sebuah kebersamaan, keinginan untuk memulai semua dari awal, tidak butuh warna-warni, dia hanya ingin keluarga kecilnya kembali dan bisa berpegangan tangan hingga akhir, meskipun dalam pikiran warasnya menertawakan khayalan itu. Pemuda itu mengeratkan pelukannya pada Yoongi yang semakin melemah, pegangan tangannya mulai tak terbalas, tapi dia tahu sang kakak masih bertahan.
"Hyung.." Mata yang sudah begitu berat itu menatap Taehyung."Berjanjilah, kau harus bertahan"
Bisikannya tak mendapat jawaban, tapi dia merasakan tangan yang dia genggam bergerak, memberikan jawaban tanpa suara, Yoongi akan bertahan, dan dia berjanji akan membuatnya bertahan.
BRAK!
Keheningan itu hancur begitu pintu yang terkunci menjeblak terbuka. Taehyung tidak bisa menyembunyikan kepanikan saat dua orang besar masuk dengan senyum miring dan langsung berjalan ke arahnya, dengan kasar mereka menariknya dan Yoongi keluar dari ruangan itu. Hanya untuk membuat keduanya melihat pemandangan menyedihkan yang sudah mereka ciptakan.
Air mata itu kembali membanjir saat dilihatnya sosok Sohyun di seberang ruangan, terkapar dengan air mata pilu dan tubuh penuh luka. Laki-laki tua itu bahkan tidak mau repot-repot menutup tubuh kekasihnya, berniat menghancurkan sisa kehormatan itu berkeping-keping. Sohyun menatapnya, bukan tatapan memohon ataupun berharap, tatapan mata itu kosong penuh keputusasaan. Taehyung hanya bisa mengepalkan tangannya, memaki dirinya sendiri yang tak mampu melakukan apapun untuk menyelamatkannya.
"Aku tidak menyangka reuni kita kali ini akan jadi sangat menyenangkan." Lelaki tua itu mengalihkan perhatiannya pada pasangan kakak-beradik yang baru diseret anak buahnya masuk, "Ditambah dengan sedikit kepuasan." tambahnya sembari melirik hina pada sosok Sohyun.
"Puas? Apa sekarang kau puas menghancurkan kami?" Suara Taehyung serak, ditambah air matanya yang tak berhenti mengalir, dia berusaha memaki sekaligus memohon "Sekarang lepaskan kami, lepaskan Sohyun"
"Dengan begitu kalian bisa melaporkanku ke polisi. Huh, aku bodoh kalau tidak belajar dari pengalaman masa lalu."
"Aku bersumpah tidak akan melakukan apapun. Aku akan menghilang bersama mereka, aku akan keluar dari kota ini dan tidak akan menampakkan diri di hadapanmu. Tapi tolong lepaskan kami." Taehyung tidak lagi peduli pada harga diri atau apapun itu, dia hanya berpikir bagaimana caranya keluar dari tempat ini hidup-hidup, dia ingin menebus kesalahannya pada dua orang yang dicintainya saat ini.
Tentu saja Taehyung tidak mengenalnya, laki-laki yang sudah menculik sang kakak 10 tahun yang lalu. Dengan dendamnya yang mendarah daging, permohonan itu bukannya menggetarkan nuraninya tapi malah menjadi hiburan lebih baginya. Buih di kepalanya meletuskan ide busuk lain, di tatapnya ketiga tawanan itu bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [√]
FanfictionTaehyung sangat frustasi tiba-tiba saja Seokjin mengirimnya ke sebuah kota kecil untuk tinggal dengan Yoongi. hampir separuh dari hidup Taehyung tak pernah melihat Yoongi, hal itu sudah menjadi alasan pasti jika dia sangat menolak untuk tinggal den...