TIGA

1.4K 70 1
                                    

Rasanya seperti Sang Mawar dan Sang Tangan di mana saat Sang Mawar sudah terlanjur senang digenggam oleh sebuah tangan nan hangat, Sang Mawar kemudian dilepaskan begitu saja tanpa alasan yang diketahui. Dan di lain sisi, Sang tangan menyembunyikan rasa sakitnya karena telah menggenggam duri Sang Mawar yang sebelumnya tidak diketahuinya. Tidak ingin Sang Mawar tau kalau ada bagian dari dirinya yang membuat Sang Tangan terluka, Sang Tangan berusaha untuk menyembunyikan semuanya dan memilih untuk menjauh walaupun selalu ada keinginan untuk kembali menggenggam Sang Mawar.

Ini sudah hari ke 3 sejak perginya El dari apart hari itu perubahan yang sangat mengejutkan terjadi padanya. Dia tidak lagi menyapaku atau pun tersenyum, dia bahkan terkesan tidak mengenalku kami kembali seperti sebelumnya tidak saling mengenal satu sama lain. Anehnya, aku merasa ada yang hilang entah apa. Aku selalu berpikir apa mungkin aku mulai bergantung padanya? Aku tidak pernah berharap hal itu terjadi yang jelas sejujurnya aku sangat marah padanya kenapa dia harus datang kalau akhirnya dia harus pergi juga? sudahlah, aku hanya berharap hikmah dari semua ini.

"Fimaa!!!" aah... itu Tyas, aku memperlambat jalanku agar dia dapat menyesuaikan dan setelah kami berjalan bersama, Tyas memulai sebuah percakapan.

"Mau ke mana lo?"

"Kelas Kimia"

"Hubungan lo dengan El gimana?"

"Kelas sudah mau dimulai, maaf Tyas tapi saya buru-buru"

Kulihat Tyas berhenti dan membiarkanku berjalan ke arah kelas. hhhh.... Maafkan aku Tyas hanya saja aku merasa belum siap untuk berbicara tentang putra pewaris itu.

...........

"Lo nggak pulang bareng El lagi?"

"Ada urusan apa aku dengannya?"

"Lo nggak papa kan Fim..?" aku hanya menghela nafas mendengar pertanyaan dari sahabat baikku ini. Sebenarnya aku juga bingung mau menjawab apa, apa benar aku baik-baik saja? Atau aku sedang berada dalam kondisi yang kurang baik? Entahlah, aku sendiri pun tidak tau apa jawabannya.

"Fima, dari tadi lo denger nggak sih gue ngomong apaan?"

"Aaa...eee... maaf Tyas aku sedang tidak konsentrasi sekarang"

"Lo harus cerita ke gue apa masalah lo"

Setelah berpikir, akhirnya aku mengajak Tyas ke apart untuk membicarakan apa yang membuat aku seperti ini sekarang.

ALENDRA PHOV

Akupun memutuskan untuk pulang dan menyiapkan segalanya tapi begitu aku baru membuka pintu, Papa langsung menghampiriku dan memberiku sebuah pukulan di pipi.

"Pergi!!! ambil tiket dan passport dan jangan pernah kembali sebelum kamu sukses!!!"

"Ada apa ini pa?"

"Kamu pikir papa bakalan tinggal diam melihat kamu dengan perempuan itu? apa di gereja tidak ada wanita El?"

"El udah nggak berurusan lagi sama dia Pa!! dia............." "kemasi barang-barang kamu, jadwal penerbangan ke Inggris sudah papa siapkan dan papa tidak menerima complain! Kalau tidak setuju, silahkan angkat kaki dari rumah ini"

................

Sejak perubahan itu ada, hidupku mulai tidak tenang. Aku seperti bukan Fatima Aisyah yang dulu. Terkadang aku menunggunya di tempat parkir, bahkan menunggunya di taman. Aku mulai merasakan betapa berharga kehadirannya di sisiku.

Pagi ini, aku berniat untuk mencarinya di kelas. kebetulan aku dan dia ada jadwal kelas bisnis.

5 menit lagi kelas selesai tapi aku belum melihat Dewa yunani itu. Apa hari ini dia tidak masuk?.

Ketika aku berjalan ke kantin, tidak sengaja aku bertemu dengan Tyas. Dia datang dengan membawa sebuah berita. Begitu aku mendengar berita itu jujur aku merasakan sesak yang berbeda dan ingin segera lari dari sekolah ini mengejar El yang sedang menunggu pesawatnya.

"Lo nggak papa kan Fim..?"

"Aa....? Apanya yang nggak papa Yas?"

"Lo jadi keliatan beda banget sekarang"

Aku hanya tersenyum tipis mendengar penuturan dari sahabatku ini. Sebenarnya aku juga bingung, kenapa aku seperti ini? Apa yang terjadi? Saat aku sedang bingung dengan pikiranku sendiri tiba-tiba Tyas berseru.

"Jangan-jangan lo berubah karena El... atau jangan-jangan lo suka sama dia?" Tyas berusaha menebak diriku. Jelas saja kalau aku kacau. Bagaimana bisa seperti itu sedangkan akupun tidak tau apa benar aku menyukainya atau tidak.

"Aku tidak....."

"Lo emang suka sama El"

"NGGAK!!!!!" tanpa sadar aku berteriak. Tentu saja Tyas kaget, ini pertama kalinya aku berteriak sekeras ini tanpa ada kelembutan sekalipun. Dan aku mulai mengambil langkah seribu berusaha menjauh.

Begitu aku merasa aman dari orang-orang, aku mulai menyendiri dan menelusuri bagian belakang sekolah ini. Berjalan perlahan menyusuri pikiranku sendiri. Pertanyaan yang selalu sama, apa benar aku menyukainya? Aku tidak ingin menyukai seseorang untuk saat ini Ya Allah, aku masih ingin dekat denganmu. Menumpahkan segalanya hanya kepada-Mu. Hanya focus pada pendidikanku semata. Aku tidak mau menyimpang dari ajaranmu Ya Allah. Tolonglah aku, bantu aku supaya bisa melupakannya Ya Allah, jauhkan dia dariku agar tidak ada lagi rasa sesak seperti ini.

Vote and komentarnya cans...

*Author Junior

Cek juga ceritaku yang lainnya "FUTURE" dengan kata kunci pencarian Mustika Palampanga

Dijamin seru


Assalamualaikum CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang