"Halo, assalamualaikum"
"..........."
"Ooh maaf ini bukan Fima. Saya kakaknya, ada keperluan apa yah? Mungkin bisa saya sampaikan kalau Fima selesai sholat nanti"
"............"
"Iya, akan saya sampaikan. Assalamualaikum"
"............."
Samar-samar aku mendengar Mbak Asha seperti menelpon. Tapi aku tidak curiga sama sekali, mungkin saja itu suaminya yang ingin mendengar suara sang istri.
"Fima, tadi ada yang nelpon katanya teman sekelas kamu. Dia nungguin kamu di taman sekarang"
"Haa? Siapa Mbak?"
"Mbak juga nggak tau. Tapi kayaknya nomornya nggak di save yah?"
"Nomor baru Mbak?"
"Iya"
Aah... itu pasti El. Sebenarnya ada tujuan apa dia terus menghubungiku? Jam segini di taman? Seperti tidak ada kerjaan saja. Lebih baik aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Setelah siap berangkat, Mbak Asha sempat menanyakan masalah 'teman' yang menelpon tadi dan aku hanya menjawabnya dengan "saya tidak tau dengan dia".
Hari ini aku ada jadwal kelas bahasa dan sastra itu berarti aku akan bertemu dengan Tyas.
Hhhh..... kelas yang melelahkan. Begitu kelas selesai, Tyas kemudian menghampiriku dan mengajakku untuk ke kantin. Tentu saja aku menyutujuinya mengingat kalau akupun mengalami krisis yang manusiawi 'kelaparan'.
"Maafin gue masalah yang kemarin ya Fim. Gue nggak tau kalau kemarin itu lo lagi nggak mood"
"Nggak usah dibahas lah Yas, aku juga nggak tau kenapa bisa seperti itu kemarin. Aku juga minta maaf"
"Iya.. eeh udah lama gue nggak main ke apart yah. Kira-kira kapan gue bisa main lagi kesana?"
"Terserah kamu saja Yas, kebetulan di apart ada Mbak Asha"
"Entar malam gue kesana deh"
"Iya. Aku tunggu"
Selesai kami menikmati jajanan kantin yang enak ini, kami berdua pun berjalan mencari tempat yang nyaman buat bercanda, sudah lama aku dan Tyas tidak seperti ini lagi. Kalau dipikir-pikir lagi kalau Tyas dan aku bisa tertawa seperti ini setiap hari, aku yakin tidak perlu waktu sebulan untuk melupakan Si Pewaris itu.
Pulang sekolah, aku masih menuju ke minimarket. Tadi Mbak Asha sempat pesan sesuatu katanya sih buat perawatan. Begitu sampai di tempat parkir tidak sengaja aku melihat segerombol pria muda yang berseragam sama denganku. Tiba-tiba saja aku teringat bagaimana El melihatku dulu saat dia ada di sana. Bayangan itu mulai menggangguku, sebenarnya apa aku butuh psikiater untuk menghilangkan dia dari pikiranku?.
...........
"Ooh.. jadi Mbak belum ada rencana punya anak?" saat ini, Tyas lagi berlagak mewawancarai Mbak Asha mengenai kehidupan keluarganya. Katanya sih dia pengen tau tentang kehidupan pasangan yang masih muda heh.... Dasar Tyas hehehhe.
"Mbak masih mau pacaran halal sama Mas Radit Yas, masih mau romantis gitu hahhaa"
"Pengen kayak Mbak deh nantinya. Nikah sama orang yang emang beneran disayang"
"Memangnya kamu nggak bisa kayak gitu?"
"Perusahaan nggak kasih izin"
"Maksudnya?"
"Tyas sudah dijodohkan dengan pilihan orang tuanya" aku mengambil alih menjelaskan karena melihat Tyas sepertinya berat untuk bercerita.
"Ooh.. maaf Mbak tidak tau. Maafkan Mbak, Tyas"
"Nggak papa Mbak. Sebenarnya Tyas juga pengen cerita sama Mbak, Tyas mau denger sebenarnya bagaimana tanggapan Mbak tentang masalah Tyas ini"
Dan kemudian terjadilah aksi saling curhat di antara mereka berdua. Bukan aksi damai 212 seperti yang ramai diberitakan di tv-tv hehehe.... Aku hanya asyik mendengarkan mereka berdua. Pikiranku kembali menyusuri sesuatu yang sering dinamakan 'pacaran' sebegitu pentingnya hal itu sekarang? Jika dua anak manusia sudah saling menyukai apa mereka harus terikat dengan suatu hubungan yang dinamakan pacaran? Banyak orang yang berpacaran bahkan sampai bertahun-tahun namun pada akhirnya putus dan kembali seperti saling tidak mengenal. Mengapa mereka hanya berani berpacaran? Kenapa tidak mengajak untuk saling berkomitmen. Tidak perlu terikat dalam satu hubungan yang khusus, cukup berkomitmen untuk saling menjaga kepercayaan tanpa perlu saling hangout bareng, pegang-pegang tangan, atau semacamnya.
Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh pamitan Tyas. Ternyata dia sudah mau pulang, mungkin karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00, setelah Tyas tidak terlihat lagi aku dan Mbak Asha saling pandang. Sepertinya ada yang dia ingin tanyakan.
"Ada apa Mbak?"
"Aah.. tidak apa-apa. Sebaiknya kita tidur saja, besok kamu harus ke sekolah"
Vote and komentarnya cans.........
updatenya sedikit untuk chapter ini, maklum yah saay
Love you guys.....
*Author Junior
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Cinta
Teen Fiction"Ini cinta Aisyah! kelak kalau kamu sudah mau membuka hati untuk pria lain, kamu akan merasakan apa yang aku rasakan tapi semoga kamu hanya menyukai yang seiman denganmu"