DONGENG

1.2K 60 0
                                    

Pagi ini, kutemukan Mbak Asha tidak ada di tempat tidur. Tadi, waktu aku ingin sholat subuh berapa kali aku membangunkannya tapi dia tidak juga bangun sampai akhirnya kuputuskan untuk sholat sendirian. Tapi, selesai sholat aku kembali ke kamar dan Mbak Asha tidak ada disana. Sudah kucari ke seluruh bagian apart tapi hasilnya sama dengan nol. Yang terakhir kulihat sebelum ke sekolah, handphone dan sepatunya masih ada di apart, mungkin saja dia hanya berjalan keliling sekedar melihat dunia. Semoga saja seperti itu.

Ya Allah jangan kau uji aku dengan asmaraku. Jangan kau biarkan cinta yang seharusnya indah menjadi sesuatu yang malah akan menyiksa dan menjauhkanku dari-Mu. Kuatkan hatiku untuk tetap berada dijalan-Mu, tunjukkanlah apa sebenarnya tujuan-Mu mempertemukan aku dan dia yang jelas tidak bisa bersama denganku Ya Allah. Mungkin dia bukanlah yang terbaik bagiku tetapi sesungguhnya hanya Engkau yang tau siapa yang baik dan siapa yang buruk. Maka aku mengharapkan Engkau tidaklah sedang mengujiku malah Engkau sedang memberikan yang terbaik Amin Amin Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Lama aku berdiam diri di taman belakang sekolah sampai akhirnya aku mencium sebuah wangi yang tidak asing bagiku. Begitu aku mengangkat wajahku untuk melihat siapa yang memiliki wangi ini, kaget luar biasa kaget! Itu dia Si Pewaris. Orang yang belakangan ini membuatku kacau dengan berbagai macam pemikiran.

Dengan senyum khasnya dia melihatku dan duduk disampingku.

"Apa kamu sudah gila?"

"Tenang saja, tidak ada yang akan melihat. Di sini sangat sepi, entah kenapa lo suka diam-diam di sini sendirian"

"Aku senang mendengarkan pikiranku sendiri. Kamu sedang apa disini?"

"Gue lagi rindu seseorang"

Aku tidak perlu bertanya siapa itu, mungkin saja itu adalah Tyas atau gadis-gadisnya yang ada diluar sana.

"Ooh.."

"Itu saja?"

"Apa yang kamu harapkan?"

"Lo nggak penasaran siapa dia?"

"Tidak ada urusannya denganku"

"Fatimah Aisyah...." Begitu El memanggilku akupun menoleh. Lama dia menatapku tapi tidak kupandangi matanya yang indah itu. Aku biarkan dia menatapku sementara aku menatap lurus kedepan. Pikiranku kacau, apa aku harus lari? Atau membiarkan diriku berdiam diri disini dengannya?. Sekali saja Fima.... Sekali saja duduk dengannya, agar pikiranmu tidak kacau seperti sebelumnya. Bisik suara hatiku.

"Ada apa memanggilku seperti itu?"

"Maafin gue"

"Untuk?"

"Gue punya pengakuan! Tapi tolong dengar, dengar saja dan jangan ditanggapi supaya gue bisa pergi dengan tenang" setelah menarik napas, El pun memulai pengakuannya.

"Maafin gue karena nggak bisa bareng sama lo dari sekarang. Nemenin lo usaha dari nol sampai sukses. Kalo suatu saat lo denger gue punya pacar please jangan berpikir gue nggak serius sama lo! Gue sayang sama elo, gue sayang banget. Hanya saja gue bakalan menghindar dari elo supaya kita berdua punya masa depan bersama. Gue......"

"Masa depan bersama? Heh... apanya yang bersama El?"

"Dengerin gue dulu Fim! Gue janji gue bakalan balik kalau bekal gue udah siap. Gue harus usaha dulu supaya bisa sama-sama dengan elo"

"Kita beda El"

"Gue tau itu. Bokap gue nggak setuju kalau gue harus bareng dengan elo, tapi elo perlu tau kalau cinta sama sayang gue ke elo itu nggak bisa dibandingin dengan apapun! Gue bakalan lakuin segala cara buat elo jadi milik gue yang sah nantinya. Gue sayang sama elo, nggak ada gantinya. Elo nafas gue! Hanya elo yang sempurna bagi gue"

"Jangan diteruskan El! Jangan mengatakan sesuatu yang tidak bisa kamu jamin nantinya. Kamu bicara tentang masa depan bersama? Apanya yang bersama? Kita berdua sangat berbeda! Lalu apa yang ada dalam pikiranmu? Kita berdua akan berada dalam satu rumah dengan dua ruang ibadah yang berbeda apa itu mungkin bagi pikiranmu? Jangan meletakkan harapan padaku. Jangan karena kau berpikir aku juga mencintaimu sehingga kau bisa merancang masa depan seperti itu! ingat El! Sampai nafasku hanya tinggal berada di tenggorokan tidak akan kutinggalkan agama dan juga Tuhanku!!" setelah mengatakan itu, akupun berpikir harus pergi. tidak mau aku mendengar segala bualan dan juga harapan yang dia berikan padaku. Tapi begitu aku beranjak ingin pergi, dengan tegasnya El menahan tanganku. Dia menatapku sangat dalam dan kemudian membujukku untuk duduk kembali mendengarkan dia. Dengan berat hatipun akhirnya aku menuruti kemauannya untuk kembali duduk dan mendengarkan 'dongeng'nya itu.

"Lo akan liat apa usaha gue yang paling nyata buat dapetin elo. Lo hanya perlu jaga hati dan terus percaya kalau gue bakalan datang jemput lo"

"Satu pertanyaanku untuk memastikan kalau kamu serius dengan saya"
"Apa itu?"

"Kamu yakin bisa menjawabnya?"

"Tanyalah dulu"

"Maukah kau pindah dan belajar tentang agamaku?"

...................

Vote and komentarnya cans.........

Wahaaaa ceritanya sudah mau selesai nih, jangan lupa baca "FUTURE" juga yah dengan kata kunci pencarian "Mustika Palampanga"

Love you guys.....

*Author Junior


Assalamualaikum CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang