BEFORE THE END

1.3K 56 0
                                    

"El!?" teriak Revan.

"Siapa dia?" sahut Mbak Asha

"Ada apa kesini?" kataku takut.

Seperti tidak mendengar pertanyaan kami bertiga, El mendekat kearah Revan dan memberinya satu pukulan tepat di wajahnya.

"Gue gak bakal biarin lo nyakitin Fima"

.............

Sekarang kami berempat duduk berhadapan di sofa. Tidak ada yang berani memulai percakapan mungkin karena masih merasa canggung seakan masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Ada apa kesini?" Mbak Asha membuka suara.

"Hmm..." hanya itu yang terdengar dari dua pria ini.

"Siapa kamu?" kali ini Mbak Asha focus kepada El.

"Ed tau siapa saya"

"Ed? Siapa yang kamu sebut Ed dalam ruangan ini?"

El berpaling pada Revan dan Revan hanya menunduk. Susana kembali hening.

"Aisyah" Revan memanggilku

El langsung memberikan tatapan tajam, dan berkata "jangan memanggilnya seperti itu"

Dengan gerakan lambat Revan berjalan mendekatiku, seketika mata El membesar dan berusaha menggapaiku tapi tak kalah sigap Mbak Asha langsung mengambil tempat di depanku berusaha melindungiku dan Revan yang langsung mencengkeram lengan El. Heh... atmosfir dalam ruangan ini dipenuhi ketegangan aku tidak menyangka hanya karena sebuah panggilan semua orang jadi seperti ini.

"Jangan lanjutkan pembicaraan kalian Fima" tegur El dengan intonasi yang serius.

"Siapa kamu berani memerintah adikku seperti itu?" balas Mbak Asha tak kalah cepat.

"Bisa tolong tenang? Kita akan meluruskan semuanya malam ini juga" mungkin Revan merasa kacau dengan kondisi kita berempat sehingga dia berusaha menenangkan semuanya.

"Apa yang perlu diluruskan? Aku tidak tau denganmu Revan tapi kamu El Kamu tidak punya urusan apa-apa disini!" jawabku lantang.

Perlahan-lahan, El mulai mundur hal ini membuat Mbak Asha juga menjauh dariku dan Revan mulai melepaskan cengkeramannya. Suasana kembali seperti semula.

"Sekali lagi saya tanya Siapa kamu?" pertanyaan Mbak Asha kepada El membuka percakapan di malam yang sudah mulai larut ini.

"Saya El"

"Kamu tau kalau bukan itu maksud pertanyaan saya kan? Ada hubungan apa kamu dengan Fima?"

"Saya teman Fima"

"Apa yang membuat kamu ke sini?"

"Jujur saya mengintai kehidupan Fima, dan malam ini saya melihat kakak saya menyiksa Fima, tentu saja saya langsung ke sini"

"kakak? Apa maksud kamu?"

"Dia ada di sini, kenapa tidak bertanya langsung?" jawab El.

"Jadi, kamu Ed? Revan, kamu........."

"Dengarkan aku dulu Asha, aku..."

"Tidak! Aku sangat bersyukur karena tidak bersama kamu! Tapi kenapa? Kenapa adik kamu?"

"Kamu ingat pertemuan terakhir kita di Bali? Saat itu kamu membawa Aisyah dan aku membawa El. Di sana mereka berdua bertemu untuk yang pertama kalinya. Akibat malam itu, El merasa penasaran dengan Aisyah dan selalu ingin bertemu dengan adik kamu. Asha, aku tau kamu masih sangat mencintaiku kan? Kita berdua akan keluar negeri. Ikut aku Asha, aku harus bersamamu tolong....."

"Aku sudah bersuami! Walau aku mengaku, aku tetap tidak akan meninggalkan Tuhanku! Pergilah! Kamu sudah tau jawabanku bertahun-tahun lalu"

"Aku tau kalau kamu tidak pernah serius dengan apa yang kamu katakan"

"Aku selalu serius Revan, aku selalu serius bahkan saat aku mengatakan aku tidak mencintaimu LAGI!!"

Malam ini, aku melihat sebuah cinta besar yang mengalami kegagalan. Apa aku akan mengalaminya juga? apa aku akan merasakan kegagalannya malam ini juga? karena sejak ketegangan tadi dimulai aku pun sadar kalau aku menyukai El dan hal itu tidak bisa dipungkiri lagi. Dan sekarang aku harus memilih, bersama dengan El atau mengikuti jejak kakakku yang melepaskan cinta pertamanya.

Yah.... Ada sebuah pepatah yang mengatakan : cinta pertama tidak akan pernah berhasil.

"Kamu harus tau Asha, aku tidak pernah bisa melepasmu bahkan saat kamu berubah menjadi wanita jahat pun aku tetap mencintaimu. Kenapa Asha? Kenapa kita bertemu? Kenapa aku harus melihatmu hari itu? Kenapa aku harus tertarik pada senyummu hari itu? padahal aku sudah diperingati, aku tidak akan pernah bisa menggapaimu.. akuu... sangat.. mencintaimu Asha" Revan kemudian duduk terdiam. Kekuatan cinta sudah membuatnya rapuh sehingga untuk menatap Mbak Asha saja dia tidak mampu.

"Maafkan aku Revan, tapi kamu juga harus tau kalau aku tidak pernah sekalipun memintamu untuk menyukaiku. Tapi kamu terlalu egois menganggap semuanya bisa kamu dapatkan dengan uang. Jangan seperti ini Revan" Mbak Asha terlihat sangat terpukul, cintanya ada di depan tapi ternyata sangat jauh.

Aku dan El yang menyaksikan kejadian ini hanya diam kami berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sampai Revan mulai berkata lagi.

"Ya.. kamu benar Asha aku yang terlalu egois. Sekarang El dan Aisyah sedang jatuh cinta sama seperti kita berdua dulu. Aku hanya ingin memperingatkanmu Asha ini kisah mereka berdua jangan sekalipun kita berdua ikut campur dengan urusan mereka. Biarkan mereka berdua menentukan jalannya masing-masing. Aisyah sangat mencintai El karena malam itu, saat perjamuan Aisyah mau menjadi pacar El walau sebenarnya dia hanya ingin menolong sahabatnya tapi kini dia sudah menyukai El. Aku benar kan Aisyah?"

Aku hanya diam. Yah, mungkin Revan benar aku MENCINTAI EL. Mbak Asha hanya melihatku dengan pandangan yang sulit kuartikan tapi aku tau dia sangat terluka, dia pun sangat menyayangi dan mencintai Revan. Dia pernah bercerita kepadaku tentang impian masa depannya bersama Revan tapi sayang, itu hanya menjadi impiannya saja. Mbak Asha kemudian masuk ke kamar bersamaan dengan Revan yang mulai keluar meninggalkan apartemen.

Kini, hanya ada aku dan El. Malu-malu aku melihat wajahnya. Wajah yang sangat sempurna, dari wajahnya saja orang pasti tau kalau dia adalah sosok yang keras kepala. Aku sangat merindukan wajahnya, caranya menggodaku, merayuku, bahkan aku merindukan paksaan darinya.

Vote and komentarnya cans.........

Yuhuuuuuuu sudah ada kata The End yeeey.....

Love you guys.....

*Author Junior

Assalamualaikum CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang