Part 15

6.8K 276 14
                                    

Flashback

Marcell POV

"Sayang kamu kenapa?" Berulang ulang Clarissa melambaikan tangannya didepanku. "Kamu nggak suka sama makanannya? Biasanya kamu paling antusias kalo kita makan disini"

Tanpa sadar ia sudah didepanku dengan nampan berisi steak rendah lemak ditambah milkshake melon disebuah restoran favorit kami di tengah kota Semarang.

Sebuah restoran menengah dengan aksen eropa menjadi pilihan kami tiap ada waktu untuk melepas rindu. Alunan musik Jazz menambah ketenangan bagi pasangan muda mudi untuk bertukar kasih.

Letaknya tak jauh dari simpang lima dan pemandangan lampu lampu perumahan yang disuguhkan cukup menambah suasana menjadi romantis. Ditambah keadaan kafe yang cukup sepi semakin menambahkan kesan hangat pada setiap pengunjung.

"Ehh gapapa kok pil. Yaudah kita makan yuk" aku berusaha menghindari permasalahan tanpa akhir.

Kami menyantap makanan dalam hening. Clarissa yang biasanya cerewet pun tak mengeluarkan canda tawanya. Ia hanya makan dan sesekali melihat kearahku. Kuperhatikan cara dia makan agak sedikit terkesan tak bernafsu dan tak selera. Aku cukup hafal bahwa ada sesuatu yang ingin dibicarakannya.

Kugenggam tangannya, lalu ia menatapku. Tatapan sendu ada disana.

"Kenapa?"

"Kakak kapan kita akan tunangan?" Jawabnya. Saat ia memanggilku 'kakak' aku tau bahwa ia tak main main dan ingin bicara serius padaku.

"Kan aku sudah janji sama orang tua kamu kalo kita akan menikah setelah kamu lulus kuliah nanti" aku mencoba meyakinkannya dan mengusap punggung tangannya.

"Aku ingin kita segera tunangan, sebelum eyang memilihkanku jodoh sesuai keinginannya" Clarisaa menunduk.

Ahh aku lupa kalau aku belum menerima restu dari eyang putrinya. Eyang putrinya bersikukuh menolak hubunganku dengan Clarissa dengan alasan Clarissa anak ketiga sedangkan aku anak pertama. Eyang yakin jika kami menikah maka malapetaka akan muncul dikemudian hari.

Aku terdiam membayangkan betapa murkanya eyang saat aku bertandang ke rumahnya pada lebaran tahun lalu. Eyang Clarissa tinggal di Solo. Jadi aku ikut bersama keluarga larissa berkunjung kesana sebelum akhirnya aku diusir dan pulang memakai bus antar kota.

Pada awalnya eyang masih menerimaku, namun saat aku bercerita tentang keluargaku dan statusku sebagai anak barep (pertama) barulah ekspresi eyang berubah dan meneriakiku untuk segera menjauhi cucu kesayangannya. Dengan berat hati aku pergi setelah berpamitan dengan yang lain.

"Tahun depan aku akan kerumahmu untuk meminangmu" ucapku sambil mengusap rambutnya. "Lalu kita akan menikah dan pindah ke jakarta"

Namu tak kulihat ekspresi senang disana. Ia menatapku tajam dan aku berhenti membelai rambutnya.

"Tahun depan?" Ucapnya tajam. "Kamu baru akan meminangku tahun depan sedangkan eyang akan menjodohkanku lebaran tahun ini. Sebisa mungkin kamu meminangku sebelum lebaran" ucapnya setengah emosi dan kulihat genangan air mata siap meluncur dari kedua matanya.

"Pil, mana bisa aku meminangmu sebelum lebaran sedangkan lebaran akan tiba sebulan lagi. Aku belum mempersiapkan hantaran, dan ayahku masih ada di kalimantan. Mana mungkin.."

"Kalo gitu, kita udahan aja" potongnya dingin lalu pergi meninggalkanku yang masih merenungi kejadian yang terjadi hari ini.

Semua terlalu tiba tiba. Bahkan saat aku masih bimbang dan bingung untuk memilih hati mana yang akan kutuju.

Apa aku harus berhenti?

I'm Falling In Love With My Teacher! Damn!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang