Part 11

8.3K 267 3
                                    

Flashback

     "Cinta....
    Siapa dia? Hadirnya penuh tanya
    Membawa sesuatu yang baru dalam hidupku
    Sebuah rasa yang tak bisa ku jelaskan padamu

    Cinta...
    Manakala hati merasakan sebuah sentuhan itu
    Tersenyum ku dalam sebuah renungan
    Dapat ku dengar suara hati kecilku
    Bernyanyi menyenandungkan irama degup jantungku
    Menari ku dalam hamparan impian"

Selesai membacakan kalimat terakhir di puisi itu. Terdengar riuh tepuk tangan menggema memenuhi aula sekolah yang bisa tegolong cukup luas itu.

Bahkan tak jarang ada yang berdiri dan memberi pujian kepada orang yang baru saja selesai membacakan puisinya.

Entah tersentuh isi puisi atau tersentuh karena penjiwaan sang penyair. Entahlah.

Saat orang tersebut turun dari panggung setelah memberikan salam hormat, terlihat seorang gadis bertubuh pendek dan kecil tengah berlari kecil kearahnya. Rambut hitam sebahunya tampak menari mengikuti langkah kecilnya.

Lalu gadis itu memeluk orang yang barusaja turun dari panggung. Tampak ditangan kirinya membawa setangkai bunga mawar putih yang telah dipersiapkan sejak dirumah.

"Gempil..." ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap berisi dengan rambut agak gondrong bergelombang itu sambil mengusap punggung kekasihnya.

"Sayang aku terharu sama puisi kamu. Ini aku bawain bunga buat kamu" Kata Clarisa sambil menyerahkan bunga tadi kepada Marcell.

"Makasih ya pil" balas Marcell sambil membelai rambut hitam Clarissa.

Dua sejoli itu akhirnya melangkah menuju kantin sekolah. Memesan bakso langganan mereka saat sedang berduaan dikantin. Tempat duduknya pun masih sama sejak mereka baru PDKT waktu itu.

Tak terasa sudah hampir 2 tahun meraka pacaran semenjak Marcell bertugas untuk mengorientasi Clarisa waktu MOS dulu.

Sekarang Marcell sudah kelas 3 dan sebentar lagi ia akan melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Bukan apa apa, itu karena Marcell mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya dibidang komputer setelah ia menang juara 1 dalam perlombaan merakit komputer sampai ketingkat nasional.

"Pil, nanti kan aku kuliah di Jakarta, trus kamu mau kuliah dimana?" Tanya Marcell pada kekasihnya.

"Nanti aku mau ke Bandung biar agak deket sama kamu. Aku mau ngambil hukum di Unpad. Trus nanti kalo udah lulus, aku bakal nyusul kamu ke Jakarta" Balasnya setelah menelan bakso yang tadi dikunyahnya.

Marcell pun mencubit pipi Clarisa karena gemas.

"Yaudah nanti setelah kamu lulus kuliah, kita langsung nikah dan tinggal di Jakarta ya. Kira kira masih 5 tahun dari sekarang dengan syarat kamu bisa lulus tepat 4 tahun" kata Marcell.

"Iya iya, meskipun aku kecil tapi otakku nggak kecil kok. Percaya deh kalo aku pinter. Dijamin aku pasti bisa lulus dengan predikat Cumlaude" kata Clarisa percaya diri.

"Nah itu baru calon ibu yang baik" Marcell tersenyum melihat tingkah lucu kekasihnya.

Mereka pun menghabiskan bakso mereka dalam canda. Sesekali Marcell mengusap dan mencubit pipi Clarisa. Ia sangat bersyukur bisa mendapatkan gadis itu sebagai kekasihnya. Bahkan kedua orang tua mereka telah menyetujui hubungan keduanya. Ia berjanji akan terus melindungi gadis itu dan berusaha untuk tidak menyakitinya. Clarisa bagaikan malaikat kecil yang dikirimkan khusus untuk dirinya. Bahkan Clarisa lah cinta pertamanya.

Ia sangat berharap bisa menikahi cinta pertamanya. Dan hidup bahagia bersama.

***
Kyle POV

"Kamu pasti bisa" ucap Mona menyemangatiku sebelum akhirnya aku benar benar melangkah ke panggung itu.

Kutatap semua penonton yang memenuhi lapangan pagi ini. Untung saja hari masih pagi sehingga masih banyak yang mau menghabiskan waktu untuk menonton perlombaan. Karena jika udah siang banyak yang sudah kabur entah kemana, gue pun kadang kabur ke kelas demi merasakan sejuknya AC saat matahari sangat terik.

Kutarik napas panjang sebelum akhirnya membacakan puisi yang kuambil dari salah satu catatanku, lebih tepatnya curhatan.

"Aku tak tau harus bagaimana...
Hati yang kunanti sudah berpenghuni...
Pria yang kucinta sudah ada yang punya...
Oh cinta...
Aku harus bagaimana..."

Puisi yang sangat amat singkat dan gue gatau cara baca puisi yang baik dan benar. Kulihat penonton banyak yang bengong tak tak berkutik.

Tanpa pikir panjang gue langsung nyelonong turun sebelum mereka menyorakiku dan melempar botol kearahku.

Tapi baru selangkah gue pergi, terdengar teriakan dari para penonton namun tidak disertai lemparan botol melainkan suara riuh tepuk tangan.

Gue hanya tertegun dan berdiri kikuk sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal. Lalu gue memberikan salam dan melangkah turun dari panggung.

Saat gue turun gue tak melihat Mona padahal gue berharap mendapatkan pelukan darinya. Kulihat kesana kemari tapi tak menemukannya.

Barulah gue sadar saat ada nyolek gue dari belakang. Ternyata Mona datang dengan sebotol teh dingin. Ahh dia memang tau saja kalau aku haus.

"Kamu gimana sih Kyle, mana ada puisi sependek itu. Tapi aku tau kok kalo puisi itu kamu tunjukin ke pak Marcell kan?" Ucap Mona jahil.

Gue hampir saja tersedak kalo Mona tak segera menarik botol teh dari mulutku. Segera gue pukul kepalanya. Dan dia hanya nyengir kuda.

"Lagian siapa suruh milih gue ikut lomba puisi. Ya mana gue tau mana puisi yang baik atau tidak" kata gue santai. "Oh iya, pengumuman lomba nyanyi lo kapan? Gue gak sabar dengerin hasilnya"

"Kata Amanda sih besok waktu upacara ambil rapot"

"Ooooohhhh"

Bersambung...

I'm Falling In Love With My Teacher! Damn!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang