•
•
•Setelah berkutat dengan PR fisikanya yang hanya membuat kepalanya semakin panas, gadis itu menutup buku-buku yag berserakan di atas meja belajarnya.
Verica mengesah pelan. Bukanlah rumus-rumus yang sedari tadi memenuhi kepalanya, melainkan justru kejadian-kejadian yang seolah bertubi-tubi menghampirinya. Verica menyandarkan tubuhnya di kursi belajarnya. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya. Entah kenapa memori di kepalanya justru menampilkan wajah Gino. Wajah laki-laki yang mulanya mati-matian memintanya tak mengusik sedikitpun. Namun wajah laki-laki itu pula yang justru menariknya dari kegelapan. Wajah laki-laki yang meredam tangisnya. Wajah laki-laki yang hampir menyerupai Derfin, tapi... itu Gino.
"Wah...apa lagi yang dilakukan semesta untuk mengerjaiku?" gumam Verica pada dirinya sendiri.
Bersamaan dengan itu tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk. Verica segera menghampiri pintu cokelat itu dan segera memutar kenopnya. Dibalik pintu itu, ada Derfin yang berdiri sembari memasukkan salah satu tangan ke saku celana pendeknya.
"Ver, lo lagi sibuk?" tanya laki-laki itu membuka percakapan.
"Enggak kok, kenapa?" Verica menaikkan satu alisnya.
"Gue boleh tanya sesuatu?" tanya Derfin yang terlihat rikuh.
"Tanya apa? Kok kayanya serius banget," balas Verica.
"Lo lagi ada masalah ya? Kok gue ngerasa akhir-akhir ini lo... beda," ucap Gino akhirnya.
Sorot mata Verica sedikit redup. Ia meneguk ludahnya.
"Enggak kok, gue gapapa," balas Verica sembari memaksakan senyum di bibirnya.
Tanpa ia duga tiba-tiba saja Derfin memeluknya. Verica sedikit tersentak, bahkan ia sempat menahan napasnya. Bola matanya bergerak rikuh dalam dekapan laki-laki itu.
"Lo kalau ada masalah cerita ya sama gue. Jangan ngejauh, gue takut lo justru salah arah,"bisik Derfin pelan sembari membelai rambut panjang Verica.
Verica meneguk ludahnya. Apa ini? Kenapa... ia tak merasakan apapun...
“Am I disturbing?” celetuk salah seorang lain setelah berdehem.
Menyadari kehadiran Alen yang secara tiba-tiba muncul membuat Derfin segera melepaskan pelukannya.
Derfim menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kenapa Al?" tanyanya rikuh.
"Oh itu, kamu dicariin Tante," ucap gadis itu.
"Oh gitu. Yaudah, gue kebawah dulu ya Ver. Good night." Kemudian Derfin segera melangkah menuruni tangga, anehnya Alen masih berdiri di hadapan Verica.
"Eung sorry, apa kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Alen sembari mata birunya menelisik wajah Verica.
Sementara Verica mengeratkan rahangnya, berusaha menahan agar tak meluapkan emosinya malam itu juga. "Gak. Perasaan kamu aja kali," balas Verica sembari memohon agar gadis itu segera enyah dari hadapannya.
"Oh... soalnya muka kamu kaya familiar, hehe. Yaudah aku turun dulu, bye."
Tanpa membalas Alen yang sudah melangkah menyusul Derfin, Verica langsung menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charming Twin Boy
Teen Fiction[COMPLETED] Apa yang kamu pikirkan pertama kali saat melihat Gino Zeoland Wiratmaja? - Nakal? - Urakan? - Playboy? - Ganteng? Dan bagaimana pendapatmu pertama kali saat melihat sosok Derfin Zeoland Wiratmaja? - Pinter? - Baik? - Rajin? - Ganteng? Da...