•
•
•Malam semakin larut, tapi bukannya semakin sepi wilayah itu justru semakin padat oleh populasi manusia. Suara deru knalpot saling bersahut-sahutan ikut menyemarakan malam ini. Beragam motor yang dimodifikasi juga ikut unjuk gigi, saling berlomba memamerkan diri pada semua orang tentang berapa banyak uang yang mereka gelontorkan demi memiliki motor seperti itu.
Posisi Gino saat ini adalah duduk-duduk di sebuah semenan di pinggir jalan. Setelah jam menunjukkan pukul 22:15, segera ia mengganti pakaiannya: menyabet jaket dan celana jeans hitam. Kemudian dengan sigap tangannya menyambar kunci motor di atas nakas dekat tempat tidurnya.
Melihat isyarat yang diberikan Ervan diseberang sana membuat Gino segera bangkit dari duduknya. Segera ia jatuhkan puntung rokok miliknya sebelum akhirnya menginjak hingga menyisakan sedikit kepulan yang mengambang bersama debu. Ya, keempat temannya saat ini ikut hadir disana. Setidaknya berjaga-jaga agar sesuatu hal yang tak diinginkan menimpa Gino.
Rupanya waktu pertandingan dirinya dengan Bimo akan segera dimulai. Gino mengeluarkan senyum miring dari wajahnya yang sudah tertutupi helm. Laki-laki itu sepertinya menginginkan menelan kekalahan untuk kedua kalinya. Orang-orang yang semula tersebar diberbagai titik segera mengerumun, seperti sebuah ikan yang baru saja ditebari makanan.
Suara gonggongan knalpot antara motor Gino dengan Bimo memberi permulaan sengit pada pertandingan kali ini. "Sekarang gue bakal bikin lo gak bisa ngeluarin muka sok sombong lo itu," gertak Bimo dari dalam wajah yang tertutupi helm-nya. Iris mata hitamnya menyorotkan emosi terpendam pada Gino di sebelahnya.
Gino menyengir. "In your dream," gumam Gino sebelum menutup kaca helm-nya sempurna.
Salah seorang gadis dengan rambut merah menyala segera ambil posisi ditengah-tengah mereka sambil salah satu tangannya mengangkat sebuah slayer tinggi-tinggi. "Are you ready, guys?" ucapnya basa-basi dengan suara yang sok dibuat-buat menggoda.
"Okay. One." Gonggongan knalpot semakin sahut menyahut. Membuat arena pertandingan semakin panas.
"Two." Pandangan Gino dan Bimo semakin mencengkeram jalanan dihadapannya. Tangan kanannya sedari tadi sudah tak sabar untuk segera menancap gas.
"Three. Go!!!" Gadis berambut merah itu langsung mengibaskan sapu tangannya kebawah, yang hanya berselang sekian mili detik langsung disambut dengan dua motor yang melaju kencang melewatinya.
Kerumunan yang tadinya membelah langsung mengumpul ditengah-tengah. Mengantar kepergian dua orang tersebut dengan sahut-sahutan suara dari mulut mereka beserta gemuruh dari tepuk tangan. Menyemangati keduanya untuk memperoleh juara.
Speedometer milik Gino menukik semakin naik. Angin malam yang berusaha menerobos jaketnya seakan sudah menjadi kawan lamanya. Dari ujung matanya ia melirik orang disebelahnya yang sudah tertinggal beberapa centi darinya.
Detak jantung Gino semakin bergemuruh, didalam dirinya seakan ada sebuah perasaan yang membuncah tiap kali dihadapkan dengan jalanan. Deru mesin motor, speedometer, garis finish, semua itu serasa otot bagi diri Gino yang tak bisa dipisahkan. Karena dengan ini didalam hatinya, ia merasa seolah-olah berhasil meninggalkan masalahnya di belakang dan memenangkan garis finish. Tapi maupun dirinya menang, mau tidak mau masalah itu nantinya akan menyusulnya tiba di garis finish juga, kan?
Setengah rute perjalanan sudah mereka berdua lewati. Dan Bimo makin lama justru makin tertinggal. Gino melirik Bimo di belakangnya melalu spion kanannya, senyum kemenangan tersungging di bibirnya. Namun tanpa Gino sangka-sangka ia justru melihat senyum miring dari balik wajah Bimo. Kernyitan muncul di dahinya. Konsenstrasi Gino saat ini terbagi antara jalanan dengan Bimo yang ia awasi dari spionnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charming Twin Boy
Novela Juvenil[COMPLETED] Apa yang kamu pikirkan pertama kali saat melihat Gino Zeoland Wiratmaja? - Nakal? - Urakan? - Playboy? - Ganteng? Dan bagaimana pendapatmu pertama kali saat melihat sosok Derfin Zeoland Wiratmaja? - Pinter? - Baik? - Rajin? - Ganteng? Da...