•
•
•Disesapnnya kembali cangkir yang berisikan mocha latte oleh gadis beriris coklat tersebut demi mencari secuil rasa ketenangan disana. Sudah lebih dari lima belas menit ia habiskan duduk dalam kafe tersebut. Dan selama itu pula dirinya mencoba menekan kecamuk yang berada dalam dirinya. Bola matanya menerobos dinding kaca kearah kerumunan orang yang lalu lalang dihadapannya. Namun, yang ia dapati selanjutnya hanyalah ego dalam dirinya yang kembali merutuki perbuatannya.
See? Itu sudah jelas. Jangan berlagak bodoh dan membuat harapan semu untuk menutupi kebenaran yang sudah jelas berada di depan mata lagi.
Gadis yang rambutnya dicepol itu memejamkan matanya. Hidungnya memasukkan pasokkan oksigen dari tempat itu sebanyak-banyaknya. Kelopak matanya kembali terbuka, langsung terarah pada jarum jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Sebentar lagi akan tiba gilirannya. Ia mengembuskan napas cepat seraya membentuk sebuah senyuman, senyum masam guna meyakinkan dirinya bahwa keputusan yang ia buat memang sudah benar.
Tangannya segera mencangklong tas di pundaknya dan menderek koper keluar dari ruangan ber-AC yang menyeruakkan aroma kopi dan roti sehabis dipanggang. Segera tubuhnya disambut udara hangat yang sangat kontras dengan udara didalam kafe. Sambil menderek kopernya menuju tempat keberangkatan bandara, matanya kembali menelisik kearah kerumunan untuk memastikan yang terakhir kalinya. Senja mulai menunjukkan eksistensinya disana, dan sebuah jawaban pasti sudah dipegang oleh gadis itu.
Mendengar pemberitahuan yang dikumandangkan seputar pesawatnya, gadis itu segera mempercepat langkahnya menuju tempat keberangkatan. Dan hal pertama yang diyakininya saat itu adalah ia hanya buang-buang waktu untuk harapan bodoh seperti itu.
Saat antrian dihadapannya habis, segera ia serahkan tiket yang ia miliki kepada petugas disana. Setelahnya yang ia tahu hanyalah tubuhnya yang sudah terduduk didalam badan pesawat. Menanti benda besi itu untuk segera lepas landas. Membawanya pulang, kembali ketempat yang seharusnya seperti keinginannya.
Harapan-harapan yang sempat ia kembangkan perlahan-lahan sirna seiring desingan mesin pesawat yang mulai bergerak, bersiap meninggalkan tempat itu. Dan sudah sepatutnya hatinya juga bersiap untuk segera lepas landas meninggalkan kenangan rumit yang belakangan ini mendera hatinya.Dan bersamaan matahari yang mulai tenggelam, pesawat naik mengudara mengantarkan orang-orang didalamnya untuk bertemu ataupun berpisah dengan orang terpenting dihidupnya. Lucunya, gadis itu merasakan keduanya saat ini. Ia mengarahkan matanya pada semburat senja dan lampu-lampu yang mulai dihidupkan bak ribuan bintang dibawah sana.
I'll be back. Ketempat yang sudah seharusnya aku berada, as you say it. But, may I miss you?——
KAMU SEDANG MEMBACA
Charming Twin Boy
Novela Juvenil[COMPLETED] Apa yang kamu pikirkan pertama kali saat melihat Gino Zeoland Wiratmaja? - Nakal? - Urakan? - Playboy? - Ganteng? Dan bagaimana pendapatmu pertama kali saat melihat sosok Derfin Zeoland Wiratmaja? - Pinter? - Baik? - Rajin? - Ganteng? Da...