An Anime Fanfiction
Naruto © Masashi Kishimoto
KnB © Fujimaki Tadatoshi
YnKM © LovelyLavender2712Rasa Cinta
Akashi termenung, matanya tak lepas dari wajah manis Hinata yang terlelap. Gadis itu belum sadar semenjak pemakaman enam gadis pembully dan Uchiha Sasuke tiga hari lalu. Akashi iba pada Hinata, apalagi menyadari fakta bahwa gadis itu belum makan sama sekali.
Akashi menghembuskan nafas. Terdengar suara ketukan pada pintu ruangan yang ia diami bersama Hinata tiga hari ini.
Pintu terayun membuka, seorang pelayan membungkuk sopan pada Akashi.
“Dokter Shin telah tiba,” ucap pelayan tersebut sopan.
Akashi mengangguk, “Langsung suruh dia kemari.”
Pelayan tersebut mengangguk, keluar dari ruangan kemudian kembali dengan seorang pria berjas putih.
“Apa yang terjadi padanya, Akashi?” tanya Dokter tersebut.
Akashi mengangkat bahu asal, “Aku hanya menceritakan tentang masa lalu.”
Dokter Shin hanya menghela nafas, ia kemudian mendekati Hinata yang terbaring.
“Aku harus memeriksa---“
“Aku akan tetap di sini,” potong Akashi mutlak, “Kau hanya tinggal memeriksa saja.”
“Baiklah, kupikir kau terlalu membebaninya,” ucap Ayah teman semasa SMP Akashi itu setelah selesai memeriksa Hinata.
“Dengan apa?”
“Masa lalunya. Jangan paksa dia mengingat. Ia akan ingat dengan perlahan, kau hanya perlu menunggu,” ucap Dokter Shin, “Aku harus pamit. Pastikan kau membelikan obat di apotek untuk Hyuuga-san,” ia kemudian keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan Akashi yang diam dan memilih menatap ke tubuh Hinata.
***
Hanya suara denting peralatan makan yang terdengar dari ruang makan itu. Akashi menelan potongan terakhir dari tofu yang menjadi menu makan malamnya kali ini. Ia meletakkan sumpit ke samping piringnya dan bertopang dagu.
Ia masih bingung harus melakukan apa pada Hinata. Gadis itu sudah tahu bahwa ia dibalik semua kematian orang-orang yang gadis itu sayangi. Rasa-rasanya Hinata tidak akan menerima Akashi di sisinya.
Akashi menghembuskan nafas. Tetiba sebuah kepanikan melanda mansion besar itu. Seorang maiden menyampaikan hal yang membuat seorang Akashi Seijuuro kelabakan.
Dengan tidak sabarnya Seijuuro mendobrak pintu ruangan yang sudah dipersiapkan khusus bagi Hinata itu. Matanya membulat, dan sekejap bakal air mata memenuhi kedua mata dengan manik hetero itu.
Gadis itu kini duduk di atas ranjang dengan tangan memegang pelipisnya.
Hinata Hyuuga telah sadar!
***
Akashi sekali lagi menyodorkan sesendok sup tofu kepada Hinata. Dan sekali lagi pula Hinata menolak. Pemuda bersurai merah itu menghela nafas,
“Kau harus makan, Hime, tiga hari kau tidak makan,” ucap Akashi, ia memberi jeda sebelum akhirnya mengatakan, “Ini perintah,” kata-kata mutlaknya.
Hinata tetap tidak bergeming, “Kau tidak berhak memerintahku,” jawabnya. Hinata memalingkan wajah dari Akashi yang masih setia menyodorkan sendok ke depan mulut mungil Hinata.
“Makan atau kubunuh adikmu,” ancam Seijuuro dengan nada tenang.
Hinata tersentak, “Aku bisa makan sendiri!” ketus Hinata. Merebut mangkuk di tangan Seijuuro kemudian berbalik agar pemuda itu tidak melihatnya makan.
Akashi terkekeh dalam hati, Hinata tidak bisa menang melawan Seijuuro terlebih yang menyandang nama belakang Akashi.
“Terimakasih!” Hinata menyodorkan mangkok kosong pada Akashi, kemudian berbaring memunggungi Akashi.
“Hime, jangan tidur dulu. Tunggu makanannya tercerna,” ucap Seijuuro saat kembali masuk.
Hinata tidak menjawab, masih bergelung dalam selimut tebal.
Akhirnya Seijuuro membuat kesimpulan bahwa Hinata tertidur. Maka, ia berbalik untuk keluar.
“Selamat istirahat, Istriku, aku mencintaimu,” ucap Seijuuro sebelum pintu benar-benar ditutupnya.
.~.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yandere-kun No Koi Monogatari [✓]
FanfictionSebuah hubungan rumit yang didasari nafsu membara Keinginan memiliki yang besar Termula dari sebuah obsesi akankah cinta rela datang dan mempersatukan mereka? ataukah membuat sepasang manusia bertolak belakang ini tercerai berai? Yandere-kun no Koi...