An Anime Fanfiction
Naruto © Masashi Kishimoto
KnB © Fujimaki Tadatoshi
YnKM © LovelyLavender2712Tekad
Sudah dua hari semenjak makan malam romantis di taman itu, Hinata sering kali merasakan hangat menjalar di pipinya saat mengingat Akashi Seijūro yang berlutut di hadapannya, dengan sebuah cincin bertahtakan permata ruby di tangannya.
“Jadilah milikku, Cintaku, dan akan kupastikan kau bahagia. Karena sesungguhnya tidak ada yang lebih absolut selain aku untuk bersanding denganmu, maka, ini perintah. Dan juga, mulai saat ini kau harus memanggilku... Sei-chan!”
Hinata terkikik pelan, membuat dua pelayan yang sedang membereskan kamarnya berjengit agak kaget.
Saat ini Hinata masih berada di kediaman pribadi Seijūro, sementara pemuda itu kini sedang menyelesaikan urusannya. Hinata sendiri tidak tahu apa urusan yang dimaksud oleh Seijūro ini, dan tampang Seijūro yang keras bagaikan granit membuat gadis itu mengurungkan niat untuk bertanya.
***
Dua hari, bukanlah waktu yang singkat. Dua hari yang sangat membosankan dan bisa membuat nyawa dan nama Akashi melayang dari hidup Seijūro.
Memang dua hari ini dia tidak menemani Hinata di kediaman priadinya, ia ke Kyoto. Menemui Ayahnya yang mengurusi cabang perusahaan di sana. Seijūro mencoba meyakinkan pada Ayahnya--Masaomi Akashi-- tentang kekasihnya--Hyuuga Hinata.
“Tidak, Seijūro, dia berstrata terlalu rendah. Kau harus meninggalkannya. Ini perintah!”
“Aku menolak!”
“Tidak ada penolakan! Dan kembalilah ke Tokyo, urusi perusahaan di sana. Jangan kembali kemari sebelum aku memanggilmu,” usir Masaomi. Mungkin dia terlalu sibuk hingga tidak bisa meluangkan waktu demi mengurusi bocah hasil cintanya dengan sang istri yang kian hari kian aneh.
Seijūro dengan kesal membalikkan badan, meninggalkan ruangan Ayahnya yang penuh sesak. Entah karena tempat dan benda-bendanya maupun atmosfer yang terkandung di dalamnya.
Tidak! Seijūro tidak akan melepaskan Hinata, tidak setelah semua yang telah ia lakukan untuk gadis itu!
***
“Selamat datang kembali, Seijūro-sama.”
Seijūro melepaskan jas yang membuatnya sesak dua hari ini, kemudian memberikannya pada seorang pelayan yang paling dekat dengannya berdiri saat ini.
“Dimana Istriku?” tanya Seijūro. Sembarangan menggunakan kata ‘Istri’ saat menyebut Hinata, padahal jadi kekasih saja belum.
Kepala pelayan rumah pribadi maju selangkah, “Ada di kamar, Tuan, apa perlu saya panggilkan?” tawar wanita bertubuh tinggi itu.
Seijūro mengibaskan tangannya, “Siapkan saja makan siang. Aku akan ke sana,” titah Seijūro.
Pelayan itu hanya mampu membungkuk kemudian melaksanakan perintah itu.
Ketika pintu terbuka, Hinata sontak menatap ke arah benda yang tidak pernah mengeluarkan bunyi semenjak pagi tadi itu. Melihat seorang pemuda bersurai crimson yang berdiri di sana. Tampak kelelahan walaupun bertopeng dengan wajah datarnya.
“Kenapa?” tanya Hinata pelan, menyadari Seijūro tak se-yandere ataupun sebahagia saat bersamanya tempo hari.
Seijūro tak menjawab, ia melangkah maju dan mengambil pelukan. Hinata yang tiba-tiba dipeluk begitu agak terkejut, sejujurnya. Ia menepuk-nepuk punggung tegap Seijūro yang bersandar pada tubuh mungilnya.
Setelah beberapa menit dalam posisi seperti itu, Seijūro akhirnya menjauhkan diri dari Hinata.
Hinata yang merasa Seijūro butuh sandaran menarik pemuda itu dengan lembut. Menyuruhnya duduk di atas ranjang.
“Jangan memasang wajah seperti itu seolah kau tidak memiliki masalah,” ucap Hinata, memberanikan diri menangkup wajah tegas Seijūro yang hanya menatapnya kosong.
Perlahan air mata menetes kedua manik heterokromnia yang selalu menatap penuh intimidasi itu. Dan kembali lagi, Seijūro merengkuh Hinata yang berdiri di hadapannya. Lebih tepatnya menenggelamkan wajahnya di dada lembut gadis itu sambil menangis tersedu-sedu.
“Aku sungguh mencintaimu, Hinata, sungguh. Aku tidak akan melepaskanmu. Siapapun yang menghalangi akan kubunuh,” gumam Seijūro di tengah tangisnya, lalu ia mendongak. Menatap Hinata yang membalas tatapan lemahnya, “Kau juga mencintaiku bukan? Kau akan tetap di sisiku, kan?”
Hinata mematung. Ia tidak tahu. Ia tidak bisa mencintai orang lain, setelah--- Ah sudahlah.
Hinata sekali lagi menatap Seijūro yang masih menatapnya penuh harap. Kemudian gadis itu mengangguk, “Aku akan belajar mencintaimu mulai sekarang, Sei-chan!”
Hinata tidak sedang menjawab pertanyaan Akashi Seijūro. Tidak pula membual. Tapi ia menetapkan sebuah tekad. Yang akan membawanya pada kebahagiaannya, mungkin /?
.~.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yandere-kun No Koi Monogatari [✓]
FanfictionSebuah hubungan rumit yang didasari nafsu membara Keinginan memiliki yang besar Termula dari sebuah obsesi akankah cinta rela datang dan mempersatukan mereka? ataukah membuat sepasang manusia bertolak belakang ini tercerai berai? Yandere-kun no Koi...