Side Story

442 30 0
                                    

Mansion Akashi yang-entah-dimana, di hari penuh kedamaian yang-entah-kapan

Hinata's Point of View

Sejujurnya, aku agak terkejut. Semua ini bermula dari kenangan masa kecilku, yang terkunci rapat bersama kenangan tentang keluarga bahagiaku.

Tak ada yang tahu, bahwa sesungguhnya Hyuuga sejaya ini karena bantuan dari Akashi.

Aku juga tak menyadari hal tersebut, belakangan aku mengerti, bahwa Ayahku dulunya kepala pelayan di keluarga Akashi. Hyuuga, keluarga kami, melayani keluarga Akashi semenjak beratus tahun lalu. Dan barulah semenjak kepemimpinan Ayahku beliau melepaskan diri dari belenggu Akashi dengan membawa sejumlah prestasi bagi Hyuuga. Mengukir kejayaan dari balik bayang-bayang Akashi, dan kemudian mulai melunjak. Lalu perlahan benar-benar berdiri sendiri, tanpa bayangan Akashi mendominasi.

Aku tak begitu ingat namun suatu ketika, di saat aku telah terjebak dalam pesona Akashi Seijūro, mimpi-mimpi bertebaran dan membentuk semacam puzzle untuk kuselesaikan.

Hanya mimpi buram dengan dua orang bocah kecil, dengan wajah yang buram pula, di tengah padang rumput yang indah namun suram dari sisi penglihatanku.

“Hei, kenapa kau menangis di sini? Kau bisa sakit, namamu siapa, nona?” suara dari sosok berambut lebih mencolok terdengar. Yang selalu terngiang semenjak aku terbangun.

Kemudian diikuti suara angin berkerosak yang menderakkan ranting dari kejauhan.

Tapi, aku tak mengerti. Setidaknya belum sepenuhnya paham sampai sosok berambut gelap pendek bersuara.

Namun mimpi itu pudar sepenuhnya saat aku terbangun karena rasa terkejut.

Dan kembali hadir dua sosok itu dalam mimpiku yang lainnya di malam selanjutnya. Begitu seterusnya. Menyambung bagaikan puzzle anak-anak. Hingga perlahan semuanya menjadi makin jelas.

Kedua sosok bocah menyadarkanku bahwa kedua bocah itu adalah bersi kecil aku dan Akashi Seijūro.

Lalu sampai pada sebuah mimpi, aku bisa melihat diriku sendiri versi kecil tengah berlarian mengejar sebuah mobil. Menyebrang tanpa mengindahkan keadaan sekitar dan tertabrak sebuah mobil.

Aku tersentak kala itu, dan sepenuhnya mengerti bahwa aku dan Seijūro adalah sahabat masa kecil yang sangat dekat, sebelum kecelakaan merenggut semua ingatanku.

Dan aku baru mengerti maksud ucapannya, mencintaimu lebih dulu, yang pernah ia ucapkan di Atap Sekolah beberapa bulan lalu.

Jadi, karena inikah Seijūro sampai melakukan hal seram begini? Hanya karena memoriku yang sepenuhnya menghilang. Aku mencoba mengingat sekali.

Dan berakhir aku malah merepotkannya.

Ayah memang tidak pernah menceritakan tentang keluarga Akashi. Hanya mengatakan bahwa dulunya Hyuuga sukses berkat keluarga tersebut.

Kupikir Ayahku keterlaluan. Dan semua kenangan yang membanjiri membuatku ingin dan selalu menjadi alasan senyum tulus Akashi Seijūro. Dan perlahan aku membuka hatiku untukku. Walau sulit, mencoba menggeserkan posisi Uzumaki Naruto-kun.

Namun rasanya aku ingin langsung bunuh diri saat Akashi dengan kasar melukaiku. Diikuti siksaan lain yang benar-benar menyakitkan.

Hingga akhirnya, Akashi Masaomi-sama datang.

“Kau jauhi Seijūro.”

Benar benar... Aku tau dia dulu majikan Ayahku, bahkan majikan seluruh Hyuuga, tapi strata kami sebagai manusia sama. Jangan berkata seolah aku adalah sampah yang patut disingkirkan.

Tekanan ini, semua tekanan ini, membuatku sangat terbebani. Hingga sebuah pisau buah yang ditinggal oleh pelayan dengan maksud agar kugunakan mengupas buah membuat rencana agak-bodoh terbesit di pikiranku.

Kuedarkan pandang, menemukan pulpen dan secarik kertas. Menorehkan segala curahan hatiku di sana. Setelahnya kulipat dan kuletakkan di dekat nakas. Tanganku meraih pisau buah di sana, mendekatkannya pada urat nadi di pergelangan tangan. Rasa perih menjalar dan aku bisa mihat darah begitu banyak mengalir. Kemudian kuarahkan lagi pisau yang telah berlumuran darahku itu ke urat nadi di leher. Memotongnya tanpa ragu.

Dan kurasakan darah perlahan merembes. Hangat dan indra pembauku menangkap bau tak mengenakan. Anyir darah.

Dan semuanya pun memburam.

Semoga kita bertemu lagi, Akashi Seijuro-kun... Naruto-kun, Tousama, Hanabi, Neji-nii, aku datang...

End

Yandere-kun No Koi Monogatari [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang