Januari, 2017.
kim jaehwan, pria berumur 25 tahun ini sedang berada dipekarangan belakang rumahnya sendiri. menatap rumah yang baru saja dibangun, yaitu rumah minimalis bertingkat dua. rumah perdana miliknya yang dia bangun dan dia cicil dari jerih payahnya sendiri.
sekarang, jaehwan sudah tumbuh menjadi pria yang sedikit tampan. karena semua anugrah yang jatuh jauh lebih banyak kepada kakaknya, daniel. jika sang kakak dan adik harus menggantungkan nyawa kepada kegantengan masing-masing. maka jaehwan lah yang akan mati lebih dulu.
hehehe
tidak lama setelah itu, sopir ibu kim yang bernama pak jisung datang menghampiri jaehwan.
"sini, kang, saya saja,"
"udah, pak jisung. saya bisa sendiri,"
"gak apa-apa, kang,"
"udah biarin, pak. pak jisung masuk aja, makan sama yang lain," jaehwan makin sibuk dengan tanaman menjalarnya.
pria paruh baya itu mengangguk sopan, kemudian masuk kedalam rumah. jaehwan pun mengamati pak jisung yang berlalu.
tiba-tiba, datang ibu kim yang menghampiri anaknya. si bungsu mendongak.
"rikuh ya, mah. setiap mamah dan dia kesini, dia pasti beres-beres. nyapu halaman lah, cuciin mobil lah, inilah, itulah,"
"jaehwan..." sang ibu memanggil nama anaknya lembut. "sopir mamah cuma berterimakasih aja. gaji dia, kamu yang bayarin. anak-anaknya, kamu yang sekolahin. kemarin istrinya sakit, kamu yang bayarin. ya jelas, dia ingin bantu,"
jaehwan mengangguk paham.
"ngomong-ngomong ustadz udah dateng. sodara juga udah pada nungguin didalem,"
"sebentar, mah,"
"kamu lagi ngapain?"
"ini baru beli tanaman menjalar. harus diikat supaya bisa tumbuh merambat. kemarin baru pasang rangkanya,"
"hm?"
"kalo pengen punya rumah yang teduh, ya nanemnya dari sekarang,"
"sama dengan anak, ya?" tambah sang ibu. jaehwan kebingungan.
"kalo nanti mau ada anak-anak yang manjat pohon rindang, kamu ya... cari pendamping,"
jaehwan hanya diam. ibu kim juga ikutan diam. beliau tahu kalau topik ini membuat anak bungsunya menjadi tidak nyaman.
"yuk ah, udah harus mulai. siap-siap aja ditanya rumah udah jadi, pendampingnya kapan? apa gak kebalik? panci cilok aja ada yang boncengin. masa jaehwan gak boncengin siapa-siapa? bla bla bla,"
"hahaha, yaudah, mah. hayuk!" jaehwan selesai menalikan tanaman rambat tersebut.
dan kemudian, jaehwan mengajak sang ibu masuk kedalam rumah.
▪▪▪
"pak ustadz, silakan, pak," seru jaehwan mempersilakan pak ustadz kenta untuk memimpin doa sebelum makan. karena sebelumnya, jaehwan sudah membuka acara dengan mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang sudah jauh-jauh datang dari bandung.
"terimakasih, kang jaehwan. mari kita sama-sama memanjatkan doa kepada Allah Swt," beliau mengangkat kedua tangan. seisi rumah mengikuti.
"ya allah, berikanlah kang jaehwan, jodoh secepatnya,"
"AAMIIN!"
"loh, pak ustadz? doanya tentang rumah ini aja," potong jaehwan.
"oh oke," pak ustadz mengangguk paham. "ya allah, jadikanlah rumah ini, tempat yang engkau restui. tempat barokahmu turun, ya allah..."
"AAMIIN!"
"berikanlah rumah ini, pendamping yang mengurusnya. istri untuk kang jaehwan,"
"AAMIIN!"
"loh? loh? loh? pak, coba gak usah ada apa-apanya tentang pendamping, pak. rumah ini aja,"
"oh, baik," lagi-lagi pak ustadz hanya mengangguk kepalanya. "ya allah, jadikanlah rumah ini tempat untuk anak-anak kang jaehwan nyaman bermain dan tetawa, serta ibu yang mengurus mereka,"
"AAMIIN!"
jaehwan mengacak rambutnya frustasi. "ah, sudahlah!
setelah doa dan makan-makan, jaehwan hampir saja menempuh tiga jam neraka jomblo. ini adalah hal yang paling ditakutkan bagi para seorang jomblo saat mereka berkumpul dengan sanak saudara. siksaan tersebut dikemas dalan beberapa pertanyaan, seperti
1. kapan menikah?
2. apakah sudah punya pacar?
3. kenapa belum punya pacar?
4. percayalah bahwa pertanyaan 1-3 itu sangatlah menyesakkan batin, jiwa, dan ragaakhirnya, jaehwan melarikan diri dari teror keluarga besarnya dengan cara pergi ke kamar hiburan.
▪▪▪
tidak terasa, acara selametan pun selesai. keluarga yang lain juga sudah kembali pulang kerumah masing-masing. sang ibu kebingungan mencari anaknya. beliau mendengar, ada suara orang berseru dikamar atas. dan itu membuatnya pergi kesumber suara.
ibu kim melongok kedalam ruang hiburan dan melihat jaehwan sedang bermain PS sendiri setelag mengantar para saudara ke gerbang.
"kirain suara apaan,"
wanita itu duduk di atas sofa, disamping anaknya. "kamu ih, masih main game aja. kapan mau cari pacar?"
"iya, jaehwan juga baru mulai nyari kok, mah,"
"mau mamah bantu?"
"yah... topik ini lagi,"
"beberapa temen mamah pengen ngenalin anak mereka sama kamu,"
"nggak deh, mah. risih dijodohin gitu,"
"mamah tau, setiap anak berhak cari dan dapat orang untuk saling mencintai,"
"..."
"kamu, kerjaan udah bagus. rumah udah punya. tapi punya kamar, dijadiin ruang game gini. jangankan anak atau istri, pacar aja belum punya. kalau kamu punya anak dan ngeliat dia kaya gini, menurut kamu, kamu bakal ngelakuin apa?"
jaehwan terdiam lama. dia mematikan PS, membersihkan mesinnya, kemudian menatap sang ibu dan berusaha menyusun kata-kata agar sang ibu tidak salah tangkap.
"mah, sebenernya ada kok alasan kenapa jaehwan sampai sekarang gak nikah. atau belum punya pacar,"
"..."
"jaehwan mau buktiin pada diri sendiri dulu kalau jaehwan siap lahir batin untuk jadi suami. makanya kejar karier dulu. nabung dulu. kalau jaehwan udah pede sama diri sendiri. jaehwan akan pede sama yang lainnya,"
"..."
"rumah ini adalah persiapan yang terakhir," ujar jaehwan. "dan jaehwan setuju, sekarang waktunya buat cari pacar," lanjutnya sambil nyengir.
"jae, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat,"
"iya, sih. tapi, mah, suami yang baik tidak akan tega mengajak istrinya melarat. mamah tau itu. bapak juga gitu dulu,"
sang ibu terdiam. si bungsu ini memang benar.
▪▪▪
aing ambil ceritanya dari novel sabtu bersama bapak 😂🔫
udah ada yang baca belum?dan disini, aku cuma mau fokusin jaehwan sama sewoon doang nanti
