Awal

609 105 83
                                    

Malam Bintang, apa kabarmu disana?
Aku rindu dengan rangkulan cahayamu
Apa kau juga rindu dengan ku?
Aku tak henti memohon pada awan, agar ia tidak menutupmu.
Aku juga selalu meminta agar langit menyingkirkan seluruh penghuninya
Namun, langit egois,
Ia menumpahkan meteor, komet, dan segala makhluk indah lainnya.
Lagi-lagi aku gagal melihatmu

Apa salah bila aku ingin bergantung bersamamu di bingkai langit?
Apa kau benci pada bulan yang hidup mengandalkan mentari?
Hanya mentari yang membuatku terlihat disampingmu.
Aku rela menepis sinar mentari dan meredupkan tubuhku, asal engkau ada didekatku.
Jika gelap kamu bisa melihatku, untuk apa menjadi terang?
Cukup dengan sinar kecilmu, aku bertahan dalam kegelapan.

Aku, kejora. Sevita Kejora Titania.
Aku sangat menyukai malam, waktu ketika langit menunjukkan keindahannya yang terpendam.
Kalian tau? Aku menunggu malam, karena aku ingin melihat cahaya bintang yang terpancar ketika malam datang.
Langit tetap bahagiaku yang sederhana.
Setiap keindahan yang ia pancarkan, seakan menjadi semesta baru untukku.
Membuatku, melupakan setiap luka dan hanya mensyukuri semua anugerah yang tuhan berikan.

Berbeda dari wanita wanita lain, aku sangat membenci coklat. Ketika sebagian orang sangat menyukai coklat, bahkan hampir setiap wanita yang ada di dunia ini menyukainya, Aku justru membencinya. Entah kenapa aku sangat membenci coklat. Mungkin aku membencinya karena ia memiliki rasa yang manis.
Tapi tunggu, aku tidak membenci semua yang berkaitan dengan rasa manis. Contoh nya ice cream, ini salah satu perubah moodku. Walaupun semua rasa yang dimiliki dari setiap warnanya hampir sama, aku tetap saja enggan memakan ice cream yang berwarna coklat.

Kalian ingin tau, mengapa aku begitu membenci coklat?






Kejora meluruskan diri dengan barisan di depannya, lalu berdiri dengan tertib. Diperiksanya rok dan baju seragamnya. Setelah yakin penampilannya rapih, perempuan itu tersenyum puas.


Ini upacaranya yang ketiga sebagai anak SMA, upacara ketiga dalam balutan seragam putih abu-abu. Jadi ia masih patuh dan tertib, juga masih bersemangat meskipun matahati terlihat akan lebih terik hari ini. Jam tujuh tepat bel berbunyi, tanda upacara akan di mulai.

....

Jam tujuh tepat!
Bintang melompat turun dari bus yang di tumpanginya. Sambil merutuki motornya yang sudah dua hari masuk bengkel, cowok itu berjalan dengan langkah cepat menuju gedung sekolah, meskipun ia tahu ia sudah terlambat. Upacara sudah dimulai. Tetapi masih ada waktu kira kira lima menit, sebelum Bu Indah - guru yang hobi banget patrol kebarisan belakang setiap kelas, yang kalau sudah ngomel seketika bikin kuping berdengung- sampai dikelas yang akan ditujunya. Tidak tahu kelas sepuluh berapa, yang pasti kelas itu berada tepat di depan pintu belakang sekolah yang memungkinkan untuk ia panjat.

Sebenarnya Bintang bisa saja menyelinap ke kelasnya, meskipun kelas duabelas berbaris tepat dibarisan para guru. Pasalnya, datang terlambar sudah mendarah daging di dirinya. Tapi pagi ini ia sedang malas mendangar ceramah Bu Indah, guru yang paling terobsesi pada tata tertib, kepatuhan, dan keteraturan.

Menjelang mendekati pagar sekolah, Bintang berjalan dengan punggung sedikit membungkuk dan berusaha tidak menimbulkan suara. Dengan cermat ia memandangi tembok besar yang menjadi penghalangnya untuk masuk, dan dengan cepat ia memanjat tembok itu. Suara gemerisik semak membuat siswi-siswi yang berada barisan belakang menoleh. Mereka tercengang mendapati seorang cowok yang sedang berusaha memanjat tembok, kemudia berhasil masuk kedalam halaman.

"Apa Liat-liat?!" Tanya Bintang, galak.

Cewek-cewek itu tersentak seketika memalingkan wajah mereka kembali kedepan. Bintang menahan senyum, kemudian ia menyembunyikan tasnya di dalam semak yang tumbuh di sepanjang tepi halaman.

Dengan cepat cowok itu menyelinap ketengah barisan, beusaha mencapai bagian depan tanpa kentara. Peraturan sekolah, cowok cowok harus berbaris pada barisan depan. Alasannya, cowok cowok suka bikin keributan. Alasan yang kontak membuat semua siswa cowok protes keras.

"Mundur dong!" bisik Bintang, ke cewek terdepan. Kejora, cewek blesteran indo-thai dengan rambut panjangnya, menoleh kaget dan langsung mundur selangkah. Nada otoritas dalam suara Bintang membuatnya patuh tanpa sadar. Cewek cewek yang berbaris dibelakangnya terpaksa mengikuti. Bintang segera mengisi tempat kosong itu.

"Thanks" sesaat Bintang menoleh kebelakang dan tersenyum Kejora membalasnya dengan ragu.

Sepertinya pagi hari ini, matahari sedang bersemangat melaksanakan tugasnya. Upacara baru barjalan kira kira duapuluh menit, tetapi setiap siswa yang sedang berbaris di lapangan merasa sedang berdiri persis di depan konpor. Bintang menoleh kebelakang, dilihatnya Kejora sedang menunduk dalam dalam, menghindari sengatan matahari sebisanya. Mukanya memerah, sementara buih buih keringat mengalir deras di kedua pelipisnya. Bintang mundur selangkah, dihalanginya sinar matahari itu dengan tubuhnya. Sekali lagi ia menoleh kebelakang, meyakinkan bahwa cewek di belakangnya telah terlindungi sepenuhnya. Terkejut, Kejora mengangkat muka. Ditatapnya Bintang dengan tatapan bertanya. Yang di tatap hanya tersenyum datar dan menaikkan kedua alisnya.

Jam delapan kurang sedikit, upacara sukses selesai. Pada cewek yang selama hampir satu jam ini ia lindungi dari panas matahari, Bintang menatapnya sesaat kemudian pergi.

Tubuh tinggi di balut kemeja yang kini basah kuyup. Karena keringat, yang telah melindunginya dari sinar matahari. Kejora terus menatap kepergiannya dalam ketersimaan.

....

Maaf ya ini cerita judul dan alurnya aku ubah lagi lagi. Semoga ini lebih baik dari sebelumnya. Kalau suka, jangan lupa add library dan reading list ya. Ditunggu ya vote dan komentarnya:) makasih yang sudah mau baca;)

Fyi, kalo ngerasa ngga sreg sama ceritanya, boleh tinggalkan. Jangan hanya boom vote tapi tidak di baca, itu lebih menyakitkan seperti berstatus pasangan namun pura-pura mencintai*asikwkw.

Kalau sudah membaca cerita ini, tolong sempatkan meng-klik tombol bintang di bagian bawah atau ketikkan pendapatmu dalam kolom komentar.

Bukan bermaksud mengemis, hanya sebagian harapan kecil dari penulis amatir seperti saya yang menunggu aliran semangat dari pembaca seperti kalian:) terimakasih untuk kalian yang sudah menyempatkan untuk membaca cerita amaatir ini! :)

BadCasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang