04 ¦ Terjebak

136 24 4
                                    

"HEH KALIAN BERDUA!" seorang guru melangkah cepat ke arah mereka.

"Ck, pas banget lagi!" desis Bintang sambil menoleh sesaat kearah sumber suara.

"Loncat cepetan!" cowok itu semakin merentangkan kedua tangannya lebar lebar.

Tanpa fikir panjang Kejora segera melompat dengan cepat. Dengan sigap Bintang menangkap tubuh yang melayang tanpa kestabilan untuk mendarat itu.

"Lari!" perintahnya sambil menarik satu tangan Kejora. "Itu pak Umar, guru anak IPS. Aman kalo dia sih, cilinder."

"Bintang!! Bapak tau itu kamu Bintang!! BERENTI!!" Seru pak Umar.

"IYA PAK! NTAR! TANGGUNG NIH!" Bintang menjawab tanpa rasa takut, dan tanpa menghentikan langkahnya.

"Tapi dia kenal kakak?" Tanya Kejora di sela sela nafasnya yang tersenggal.

"Siapa sih yang nggak kenal gue?" begitu mereka sampai di tempat sepi, dan pak Umar tertinggal di belakang, Bintang menghentikan larinya. Kejora mengikuti, ia menepuk nepuk dadanya yang terasa nyeri karena kehabisan nafas.

"Wali kelas lo siapa?"

"Bu Sri."

Bintang sontak bersiul.
"Kebetulan, dulu ibu guru cantik itu juga walikelas gue. Ntar gue yang ngomong."

"Kakak mau nganter sampe kelas?" Kejora tercengang.

"Terus lo mau ngomong apa? Masih bawa bawa tas gitu? Kalo bareng gue, pasti tuduhannya bakal kena ke gue, itu sih kecil."

"Ntar gue ngomong terus terang sama bu Sri deh, pasti dia ngerti." Kejora berusaha menolak dengan cara halus. Bukan apa apa, menurutnya nongol bersama Bintang malah membuat urusannya bertambah ribet.

"Udah ikutin aja. Jangan cerewet," Bintang tidak perduli penolakan Kejora, membuatnya menarik nafas panjang panjang.

"Bu Sri pasti udah kenal banget ya sama kakak."

"Yang lebih tepat, udah kapok!" Bintang menyeringai lalu terkekeh geli.

Mereka sampai, di depan kelas Kejora. Seisi kelas XIPA2 memberi tatapan terpana, ketika mendengar ketukan pintu dan terlihatlah Bintang dan Kejora, di ambang sana.

"Ada apa kamu kesini?" tanya Bu Sri dengan nada tajam.

"Nganterin anak ibu," balas Bintang dengan nada manis. Kejora melangkah masuk dengan kepala tertunduk dan wajah pucat.

"Maaf Bu, saya-"

"Duduk!" perintah Bu Sri dingin. Kejora langsung tutup mulut dan berjalan ke bangkunya dengan kepala yang tetap ia tundukkan. Bintang menatapnya dengan senyuman tipis.

"Ini salah saya Bu, bukan-"

"Ibu sudah tau, ini semua pasti ulah kamu Bintang!" Bu Sri memotong ucapan Bintang. Cowok itu meringis lebar.

"Ibu tuh emang yang paling tau saya banget ya? Jadi terharu, ibu kenapa gak ngajar kelas dua belas lagi sih? Kan bisa jadi walas saya lagi."

"Nanti kalau kamu sudah lulus!" jawab Bu Sri tegas. Bintang jadi terkekeh pelan.

"Kalo gitu saya nggak usah lulus deh. Ntar pas UN jawab nya ngasal aja. Biar ngulang setahun lagi, tapi janji ya ibu jadi wali kelas saya?" Bu Sri menatap Bintang dengan tatapan dingin yang mulai menyimpan amarah. Ia tersinggung karena merasa wibawanya sudah di lecehkan. Apalagi di depan murid murid yang belum genap satu bulan bergabung di sekolahnya, menyaksikan kejadian itu dengan ternganga-nganga.

Bintang menghentikan tawanya, melihat muka marah guru cantik di depannya itu. Bu Sri memang terkenal di kalangan murid cowok.

"Kalo gitu saya permisi Bu, selamat pagi," masih dengan tersenyum Bintang membungkukkan badannya, lalu berjalan keluar kelas dengan langkah tenang. Benar benar tipikal murid pembuat masalah.

"Teruskan catatan kalian!" perintah Bu Sri galak ketika dilihat murid murid didepannya masih ternganga-nganga. Satu setengah jam kemudian bel yang di nanti nanti berbunyi, pelajaran biologi itu berakhir.

"Akhirnyaaa!! Laper banget," ujar Kejora sambil menutup buku buku pelajarannya. Tapi impiannya melahap jajanan kantin yang sudah membuat perut kroncongan seketika musnah ketika mendengar perintah dari Bu Sri.

"Kejora! Kamu ikut ibu ke ruang guru!"
Sesampainya di ruanh guru itu, habislah Kejora di cermahi dari A sampai Z oleh bu Sri. Meskipun ia sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Alasan keterlambatannya, kemudian pertemuan nya dengan Bintang murni insiden dan faktor kebetulan. Tetapi lagi lagi wali kelasnya itu tidak perduli.

"Kalau kamu nggak mau dapat masalah, kamu harus jaga jarak dengan Bintang!" perintah Bu Sri final. "Mengerti Kejora?"

"Iya Bu," Kejora mengangguk patuh.

Sialnya, ketika Kejora baru saja keluar dari duang guru, bel tanda masuk pun baru saja berbunyi. Musnah sudah kesempatannya untuk memanjakan perut. Dengan sangat terpaksa ia menahan lapar sampai jam istirahat kedua tiba.

....

Jam istirahat kedua baru saja berbunyi, Kejora dan sahabat sahabatnya, langsung menyerbu kanti dengan gerak cepat.

Sambil melahap bakso, Kejora di paksa menceritakan lagi kronologi kejadian yang menimpanya pagi tadi. Kali ini di depan ketiga sahabatnya, dan beberapa teman sekelasnya yang minat mendengar cerita dari Kejora. Berbeda dengan Bu Sri, teman teman Kejora berpendapat bahwa kisah pertemuannya dengan Bintang yang tanpa di rencanakan, mereka sebut keren dan romantis. Apalagi nama mereka jika di satukan mempunyai makna yang bersangkutpaut.

"Gila ih, lebih ngehits dari drama drama korea!" desis Caca kedua tangannya tertangkup di depan dada. Yang lainnya langsung setuju.

"Terserah lo deh," balas Kejora masa bodo. Ia masih shock dengan rentetan kejadian pagi tadi yang jauh di luar dugaannya. Kejora jadi malas memikirkan reaksi para sahabat sahabatnya.

"Ntar ceritain lagi ya Ra?"
"Ogah!"

BadCasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang