07 ¦ Terjebak, Lagi

105 17 3
                                    

Lagi lagi peristiwa tak Terduga menimpa Kejora dan Caca. Kejora dan Caca berdiri saling merapat dengan wajah pucat pasi. Keduanya terjebak di tempat yang sangat strategis. Trotoar jalan antara sekolah dan perempatan, tepat di pertengahan jarak. Rasa takut terlebih panik membuat keduanya tidak melihat peluang untuk melarikan diri yang sebenarnya sangat besar, lari cepat cepat kembali kesekolah.

Mereka berdiri di balik satu satunya pelindung. Sebatang pohon peneduh jalan yang belum lama ditanam. Kejora dan caca berdiri di tempan yang paling pewe.

Bintang langsung mengenali Kejora dari bentuk rambutnya yang selalu bergelombang.

"WOI! COVER-IN GUE!" teriaknya, teman temannya langsung mengerti. Dengan perlindungan teman temannya Bintang berhasil menembus hujan batu, berusaha mencapai tempat Kejora dan Caca.

Sementara itu dari arah berlawanan, juga dengan perlindungan teman temannya. Shawn berlari cepat menuju titik yang sama. Tiba-tiba cowok yang berada di sebelah kanan Bintang roboh. Satu lemparan batu yang benar-benar jitu membuatnya terkapar di aspal jalanan dengan lengan kanan berdarah. Beberapa orang segera maju untuk melindunginya, juga melindungi Bintang yang posisinya jadi sedikit terbuka. 

Tapi, seberapa cepat pun usaha penyelamatan itu dilakukan, mereka tetap kehilangan waktu. Begitu Bintang menoleh karena teriakan beberapa orang temannya, dilihatnya Shawn sudah hampir mencapai tempat Kejora dan Caca. Dua orang teman Shawn dengan mengendarai motor, membayanginya di kiri-kanan.

“MAJU! MAJU!!!” teriak Bintang keras.

Serentak seluruh anak-anak Seevit yang berada di posisi depan berlari kencang ke arah lawan. Sayangnya mereka sudah kalah jarak.

Shawn bersama kedua temannya yang mengendarai motor sudah sampai di depan Kejora dan Caca. Melihat itu Bintang dan teman-temannya berlari secepat mungkin. Namun jarak yang masih terbentang cukup jauh, membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa saat kedua cewek itu diseret ke motor dan dipaksa naik. 

Di tengah hujan batu, di tengah teriakan, di antara teman-temannya yang siap melindungi, Shawn berdiri menyongsong Bintang. Kedua alisnya terangkat tinggi-tinggi. Senyum mengejek bercampur kemenangan tercetak di bibirnya, yang bahkan bisa dilihat Bintang dari jarak yang cukup jauh. Membuat kemarahannya semakin menggelegak.

Shawn yang bisa melihat kemarahan Bintang memuncak, semakin menikmati kemenangannya. Dia berdiri tenang dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan senyum tercetak semakin lebar di bibirnya. Meskipun demikian, cowok itu tetap waspada. Menjelang Bintang mencapai jarak yang dianggapnya batas siaga, Shawn memerintahkan teman-temannya untuk mundur.

....

Bintang berdiri di tempat dengan kedua rahang yang terkatup rapat. Mati matian menahan amarahnya agar tidak semakin memuncak.

"Van, ambil motor gue!" serunya sambil melempar kunci, Devan menangkap kunci itu dan segera berlari kearah sekolah.

"Semua motor ketahan Bin," lapor Devan sambil menyerahkan motor itu kepada Bintang. Kemudian ia memberika jaket yang di berikan oleh Vino.

"Udah tau," jawab Bintang pendek sambil mengenakan jaket hitamnya. Setiap kali terjadi tawuran, pihak sekolah memang selalu langsung menutup kedua akses ke sekolah. Alasan kenapa motor itu bisa lolos adalah karena motor itu milik Bintang, salah satu anak dari pemilik sekolah.

"Jadi gimana nih?" Devan menatap Bintang, menunggu intruksi selanjutnya.

"Biar gue sendiri yang ke Seekang."

BadCasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang