11 ¦ Kecemasan Bintang

58 10 0
                                    

Tidak perduli dengan bentakan keras Bu Murti, Bintang melesatkan motornya kearah gerbang utama. Menimbulkan bunyi mesin yang membuat siapapun yang ada disana menutup telinganya.

Membelah ibu kota, Bintang menjalankan motornya dengan sedikit santai. Ada satu tempat yang selalu ia kunjungi setiap kali sedang berasa kacau. Satu tempat, yang bisa ia lampaiskan untuk mengeluarkan semua emosinya. Satu satunya tempat yang masih tersisa, dari banyak tempat yang telah menghilang dalam kenangannya.

Bintang menepikan motonya, mengeluarkan sehelai t-shit berwarna putih polos dari dalam tasnya. Membawa baju ganti adalah salah satu hal yang tak pernah terlupakan untuk seorang Bintang.

Beres dengan semua kegiatannya. Bintang merogoh saku celananya, mengeluarkan benda pipih yang sangat tak asing di mata siapa pun. Dengan satu jarinya, ia memencet nama Bram yang tertera dikontaknya.

Bram, salah satu sahabat Bintang yang mempunyai kebiasaan unik. Biarpun kena Hukum skorsing, cowok ini dengan santainya tetap masuk ke sekolah. Lengkap dengan seragam dan buku buku pelajaran sesuai jadwal.

"Bram. Lo masuk?" tanya Bintang di sebrang, Bram jadi terkekeh sendiri.

"Masuk dong, bos. Lo kan tau sendiri di rumah udah macam kuburan. Sepi banget."

"Tolongin gue kalo gitu. Tuh anak kelas XIPA2 namanya Savita Kejora."

"Haaa?!" Bram sontak memekik. Bintang dengan cekatan menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Tadi gue udah cek kelasnya. Tapi dia belom dateng. Sekarang coba lo cek, kali aja udah dateng dia. Kalo udah liat kondisinya, ada yang lecet atau nggak. Terus lo bilang tuh ama dia, jangan buka mulut soal kemaren. Oke, bram?" Ocehan Bintang yang panjang, membuat Bram sedikit meringis.

"Iyeiye, bawel amat deh lo kayak emak emak arisan. Terus gimane tuh sama cewek yang satu nya?"

Bram bukannya bodoh. Tetapi karena ia merasa ada getar hebat yang coba di redam Bintang saat menyebut nama Kejora. Kini ia mengerti kenapa sahabatnya itu bisa benar benar perduli kepada cewek adik kelas itu. Karena ia bernama Kejora.

"Yaiyalah!" terdengar nada kesal dari suara Bintang.

"Oke bos! Lo mau kemana?"

"Cabut!" jawab Bintang cepat, ia langsung mematikan sambungannya secara sepihak. Bram terpaku, tetapi sesaat kemudian langsung menuju kekelas Kejora.

Dengan langkah pelan, dimasukinya tempat yang selama beberapa bulan ini tidak ia kunjungi. Banyak yang telah berubah. Sesuatu yang pasti dan tak terhindari. Namun, ini masih tempat yang sama, karena pohon pohon yang berdiri disana adalah pohon pohon yang sama yang tegak sejak sebelas tahun yang lalu.

Dan, yang paling tidak akan pernah berubah dimata Bintang adalah, rumah yang terletak diatas pohon. Rumah pohon, tempat favorit Bintang. Saat melihat rumah pohon itu masih berdiri, Bintang seperti mendapatkan kekuatannya sendiri.

Bintang mulai menginjak satu persatu anak tangga, mengantarnya untuk melihat keadaan rumahpohon favorit nya. Kelu, bisu. Kue kue, dan coklat panas yang pernah menjadi salah satu makanan favorit nya, yang pernah ia nikmati disana. Juga nasi goreng kesukaannya. Tawa dan celotehan seseorang yang dulu pernah menjadi bagian dari hati dan hidup Bintang seolah menggema di kedua pendengarannya. Gema tawa itu seakan merobek luka lama yang ia biarkan terpendam, luka itu sekarang seakan menganga, perih, menyakitkan seakan tidak mau di obati.

Bintang mengehela nafas panjang dan menghembuskannya, seolah olah ingin mengeluarkan seluruh sesak yang menghimpit dadanya.  Cowok itu melirik jam di tangannya, masih jam sembilan pagi. Masih beberapa jam lagi untuk menyaksikan satelit langit yang amat indah dari sana. Teropong Bintang yang ada disana, bahkan sudah berdebu. Berkali-kali ia saksikan pemandangan langit malam yang sangat indah disini. Ia masih Bintang yang sama. Namun Bintang bintang yang lain telah menghilang bertahun tahun yang lalu. Seakan lenyap di telan bumi. Apakah seseorang yang sekarang muncul di hidupnya adalah pengganti untuk bintangnya yang sudah lama pergi? Atau justru pertanda bahwa ia akan muncul kembali?

....

Keesokan harinya begitu Bintang memarkirkan motornya, matanya langsung memusat pada satu objek yang sedang terduduk santai di motor yang sudah terparkir.  Begitu melihat Bintang orang itu langsung turun dan menghampirinya.

"Udah gue datengin lagi tuh si Kejora. Dia tutup mulut dan gak cerita ke siapapun. Dia juga kagak kenapa napa."

"sebelumnya gue juga udah ke Tu, tapi mereka ngotot gak mau kasih tau alamat tuh cewek. Pas gue tanya langsung dia juga gak mau ngasih tau. Yaudah lagian gue juga gak bisa maksa."

Bintang mengangguk dilihatnya jam tangan yang terpasang rapih di tangannya. Limabelas menitlagi sebelum bel berbunyi.

"Titip," Bintang melepas jaket kulit hitam yang sedari tadi melekat di tubuhnya, kemudian di serahkannya kepada Bram berbarengan dengan tas miliknya.

"Gue mau ke kelas dia dulu," tanpa persetujuan Bintang meninggalkan Bram yang masih berdiri di tempatnya, memeluk tas dan jaket miliknya.

"Bakalan ada berita besar nih, akhirnya ada cewek yang di taksir Bintang!"


-

BadCasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang