06 ¦ Nebula Shawn

115 15 0
                                    

Di dalam kamarnya, yang di biarkan hening seperti biasa. Pentolan SMA Seekang itu, Shawn terududuk diam di depan meja belajarnya. Cowok itu menatap Dompet di depannya matanya terfokus pada sebuah kartu pelajar yang tersimpan disana. Savita kejora. Banyak cewek di sekitar Bintang sama seperti dulu. Bintang yang sangat ia kenal selama tiga tahun, di SMP nya. Namun, pada satu nama ini Shawn merasa ada yang berbeda dengan Bintang. Sesuatu yang bisa di ganti untuk menyakiti cowok itu. Ini memang dendam pribadi, tidak ada hubungannya dengan permusuhan sekolah mereka.

Tiba tiba alarm ponsel Shawn berbunyi, membuyarkan lamunannya. Jam sepuluh tepat. Ditarik napasnya dalam dalam. Di putar otaknya kuat kuat, supaya ia bisa menuntukan tindakan apa yang akan ia ambil. Disandarkan punggungnya kesandaran kursi. Matanya menerawang menatap langit langit kamar. Tidak butuh waktu lama seketika satu ide muncul di benaknya.

"Boleh di coba," Shawn tersenyum tipis, tinggal menunggu besok untuk melihat bagaimana hasilnya.

Shawn meraih memo kosong di depannya,lalu merobek selembar bagian teratasnya. Setelah menulis satu pesan pendek dan menyelipkannya di dompet milik Kejora, di tutup nya dompet itu.

....

Sepulang sekolah, Kejora dan Caca berjalan menyusuri tepi lapangan basket menuju pintu gerbang, masih dengan pembicaraan seputar Bintang. Info yang disampaikan Rora rupanya tetap membuat Bintang menjadi topik pembicaraan mereka sampai hari ini.

"Gue yakin, dia itu sebenernya baik Ca."

"Mungki aja, tapi kan gak ada yang tau gimana dia sebenernya. Gue masih agak agak nggak percaya sama cerita dari Rora."

"Iya juga tuh, gue juga masih agak agak gak yakin!" Kejora menganggukkan kepalanya.

Mendadak air muka kedua cewek itu menegang. Pembicaraannya seputar Bintang juga langsung terhenti, karena sang objek berada tidak jauh di depan. Berdiri di warung depan, bersama teman temannya.

"Sst! Bintang!" bisik Caca.

"Udah tau!" balas Kejora. "Jangan di liatin dong!"

"Siapa juga yang ngeliatin?"

Kedua cewek itu berjalan dengan tatapan lurus kedepan. Tetapi Kejora tidak bisa menahan dirinya untuk tidak melirik kearah Bintang, bahkan saat terang terangan ia melihat cowok itu dengan sebatang rokok yang terselip di bibir.

Tiba tiba Bintang menoleh, Kejora terkesiap. Tatapan mereka bertemu. Muka Kejora kontan memerah, tetapi Bintang terlihat tak acuh. Sambil menghisap rokoknya dengan tarikan panjang, cowok itu menatap Kejora dengan tatapan datarnya. Hanya sesaat, kemudian perhatiannya kembali pada temab temannya. Kejora menarik nafas panjang diam diam. Lega, tapi entah kenapa ada perasaan sedih yang terselubung disana. Dua kejadian yang telah membuat hati dan pikirannya kacau, ternyata bukan apa apa bagi Bintang.

"Yaampun!" pekik Caca tiba tiba, seketika langkahnya terhenti.
"Buku cetak matematika gue kan tadi di pinjem Riska, anak kelas sebelas. Belom dibalikin, gawat! Besok ada matematika. Mana ada Pr juga lagi, lo tunggu sini bentar ya, Ra. Kali aja tu anak belom pulang."

"Coba lo chat aja dulu, nanti tau nya udah balik lagi."

"Oh iya," Caca segera mengeluarkan ponselnya, lalu membuka aplikasi Line.
"Masih ada, dia nunggu di gerbang belakang, tunggu bentar ya," Caca langsung berbalik badan dan kembali lagi kehalaman sekolah.

BadCasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang