--Januari: First--

1.1K 161 32
                                    

Angin malam berhembus menembus kulit dua insan yang sama-sama dibaluti baju hangat. Sang lelaki bule yang memakai jaket kulit tebal, dan sang wanita yang memakai jaket berbulu dengan syal melingkar dan topi yang menutupi atas rambutnya.

Sang lelaki menyodorkan satu bucket bunga lili yang putihnya tersebut dijatuhi salju. Mata hijau emerald-nya tak menatap sang gadis yang disodori bunga. Bibirnya agak cemberut, warna merah muda mencuat kecil di kedua pipinya.

Sang gadis hanya terkekeh pelan melihat sikap pria yang sekelas dengannya itu.

"A-aku ... itu. Apa. Hm. Mengajakmu ke sini bukan untuk mengajakmu berkencan, apalagi berpacaran. Ja-jangan salah sangka dulu! Itu. Aku hanya ... em. Memintamu, untuk ... u-untuk." Pria itu kesulitan berat mengungkapkan tujuannya mengajak si gadis ke atap bangunan di tengah malam menuju pergantian tahun.

Lagi, wanita itu hanya bisa tertawa kecil memaklumi sikap tsundere Arthur. Ya, pria dengan segala kegugupannya sekarang ini.

"Aku ... i-ingin kau-"

"Ya! Aku bersedia jadi pacarmu, kok, Arthur." [Name], gadis berambut hitam panjang itu tak bisa menahan gejolak yang sama dalam dadanya.

"A-apa?! Ke-kenapa kau bisa tahu? Aku bahkan belum menyelesaikan kalimatku." Arthur terkejut, tangan yang tak memegang bucket ia pakai tuk menutupi setengah wajahnya yang semakin bersemu merah.

[Name] terkekeh kembali dan memegang tangan Arthur yang masih menyodorkan bunga kepadanya dengan kedua tangan, sentuhan yang lembut dan mengagetkan Arthur.

"Karena Arthur kan tsundere," ucap [Name] senang.

"Aku bukan tsundere!" Arthur memalingkan wajahnya ke samping kiri.

"Hehe. Kalau bukan tsundere ... kenapa tanganku tidak dilepas?" [Name] menjahilinya.

Arthur salah tingkah, langsung memaksakan [Name] agar memegang bunga dan mengajukan tangan yang tadi dipegang [Name]. [Name] lagi-lagi terkekeh, sikap Arthur ini sudah ia saksikan lebih dari dua tahun dari tempat duduknya di kelas.

"Mohon kerja samanya, ya, Arthur."

Arthur memberanikan diri memandang [Name], mengangkat senyuman kecil.

"Aku juga, [Name]."

Suara letusan pun hadir mengudara di atas kepala mereka. Cemerlangnya warna-warni letusan kembang api menyinari wajah Arthur yang tersenyum kecil. Terlihat begitu indah dengan sepasang mata elegannya yang menatap lembut [Name]. Sekarang berbaliklah pipi [Name] yang memburatkan warna merah. Sekarang giliran jantung [Name] lah yang meletup-letup.

Tak sia-sia ternyata ... penantian selama dua tahun. [Name] membalas senyuman lembut Arthur dengan hatinya yang mendesiskan rasa terima kasih kepada Tuhan.

.
.
.
.
.
.
To be continue...

To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
12 Months || Arthur KirklandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang