--Maret: Scone or Candy?--

787 104 41
                                    

Tepat ketika bel istirahat berbunyi, Alfred langsung mengumpulkan para sahabatnya. Tepat di meja belakang, Alfred mengusir semua penghuninya dan menyatukan meja tersebut serta kursi pun tak lupa ia jajarkan sebanyak empat buah saling berhadapan.

"Jadi ... ada apa ini, Alfred?" France bertanya, dengan malas menatap Alfred.

"Iya aru~ ada apa kau mengumpulkan kami saat istirahat seperti ini aru~?" Wang Yao yang tengah memeluk boneka panda merasa kecewa harus dikumpulkan Alfred pada jam istirahat.

Sementara Ivan, hanya diam dengan senyum khasnya.

"Ini darurat semuanya! Kita harus menyelamatkan Arthur. Karena ... karena aku pahlawan!" Alfred menepuk meja empat kali dengan mimik wajah serius yang dibuat-buat alami.

"Masa bodo kau apa! Cepat katakan, si alis jelek itu kenapa?" France sudah lelah dengan embel-embel pahlawan yang selalu diakui Alfred.

"Ah, itu." Alfred kembali pada ekspresi wajah biasanya, serius hilang dan wajah berseri khasnya datang. "Hari ini kan tanggal 14, bagaimana kalau kita bantu Artie buat permen untuk [Name]?"

"Hah?" Ketiga kawan Alfred terkejut sesaat, bingung tepatnya.

"Aiyaa ... permen? Kenapa bikin? Kenapa tak beli saja aru~?" Yao melirik-lirik jam dinding kelas.

"Hhehhe. Aku banyak permen di rumah da~ mau aku beri satu?" Ivan akhirnya mengeluarkan suaranya, dengan tawa lembut di awal.

"Permen? 14?" France terdiam dengan kaki kanan yang ia simpan di paha kaki kirinya. "Itu berarti ... white day?" France mengangkat satu alis miliknya.

"Yap! Benar. Aku punya feeling Artie akan buatkan scone untuk [Name]." Alfred menjawab kebingungan France.

"Hah? Scone buatan Arthur?!" Ketiga kawan Alfred menjadi panik.

"See? Burukkan! Kalau begitu, ayo kita buat rencana!" Alfred bersemangat.

Ketiga kawannya pun sepakat.

Siapa pun boleh memakan scone terkutuk itu, tapi jangan [Name]! Kira-kira begitu jeritan batin keempat sekawan.

.
.
.

[Maret]

.
.
.

Arthur bersiul beberapa kali, badannya bergerak ke kanan ke kiri seiring dengan siulannya yang kian berirama.

Arthur seusai pulang sekolah, langsung terburu-buru menuju rumah. Sampai di rumah, ia letakkan segala barang sekolahnya, kemudian meraih apron dan mulai memakainya. Hari ini ia bersemangat ... karena hari ini white day, hari di mana ia membalas timbal balik dari apa yang ia terima di 14 Februari kemarin. Lazimnya sih memberikan permen, tapi Arthur berniat memberikan masakan terbaiknya pada [Name], scone.

Ting! Tong!

Tepat ketika Arthur meletakkan adonan di dalam oven, ketika itu pula bel rumahnya berbunyi.

"Hn?" Arthur berdiri tegak memandang ke arah pintu rumahnya yang terhalangi dinding dari arah dapur.

"Huh. Aku sedang sibuk. Siapa lagi." Arthur berjalan dengan malas.

Ceklek!

Membukakan pintu.

"Hai~ sayang~" Sang pemencet bel, France.

BRUK!

Arthur menutup kembali pintunya.

"Bloody hell! Ngapain si bencong di sini?!" Arthur merutuk. Diam di depan pintu.

12 Months || Arthur KirklandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang