--Juni: Sweety--

607 89 27
                                    

Arthur bernapas lega, lega rasanya setelah membuang ampas kehidupan di kamar mandi sekolah. Oh, ayolah, ini momen yang tidak bisa ditunda. Arthur berjalan ke luar kamar mandi menelusuri lorong kelas hendak menuju kelasnya.

Namun ....

"Hei!" panggilan pelan hadir di belakang Arthur, Arthur berbalik.

BHUAK!

Setelahnya Arthur tak ingat lagi ....

.
.
.

[Juni]

.
.
.

Arthur perlahan membuka kelopak matanya yang tertutup rapat, pemandangan pertama yang ia lihat adalah ... pantat berseragam.

"HIAAAH!" Arthur panik menggelinding hingga menabrak pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HIAAAH!" Arthur panik menggelinding hingga menabrak pintu.

"Ah, Arthur~ Sudah bangun rupanya." Itu France, si yang punya pantat.

"Sudah bangun kau bilang?! Kau yang memukul tengkukku, kan?!" Arthur beremosi sambil beranjak berdiri.

"Ohonhon. Kau memang tahu segalanya, tuan alis~" France menaik turunkan alisnya.

"Hentikanlah, hentai! Aku tak mau bolos lagi." Arthur mendengus membalikkan tubuh. Saat tangan putihnya hendak memutar kenop pintu, saat itu pula seseorang dari balik pintu membukanya.

"Eh?" Arthur lumayan kaget.

"Yo, Arthur. Aku bawa bento dari [Name], lho." Antonio, siswa penuh senyum itu mengangkat kotak makanan yang dibungkus rapi dengan kain berwarna oren.

"Da—dari [Name]?" Arthur tiba-tiba gerogi.

"Tapi bohong. Ahaha." Antonio langsung melesat masuk ke dalam.

Ah, lebih tepatnya mereka berada di atap sekolah.

"Bloody hell!" Darah bajak laut Arthur mendidih, mengejar Antonio dengan mantra kutukannya yang senantiasa ia lafalkan ketika kesal pada seseorang.

"Huaaaa! Gilbert cepat kunci pintunyaaaaa!" Antonio menjerit karena tangan Arthur hampir mencekik lehernya.

Gilbert yang entah datang dari mana itu menguncikan pintu atap. Hn, dasar anak yang punya sekolahan.

"Yosh! Beres, Antonio. Kesesese." Gilbert menampilkan kunci dengan cengiran lebar khasnya.

"Ah! Jangan dikunci, albino!" Arthur berpaling dari Antonio, kini berlari hendak menggapai kunci di tangan Gilbert.

"Siapa yang albino, kulit putih?! Apa bedanya kau dan aku memang?!" Gilbert kesal dan pada akhirnya tanpa kendali emosi melemparkan kunci ke luar, jatuh ke tanah, mereka ada di lantai dua soalnya.

"AAAAAHHHH!" Jeritan panik itu datang bukan dari Arthur saja, Antonio dan France bahkan si oknum pelempar kunci itupun juga ikut menjerit.

"KENAPA KAU IKUT MENJERIT, AMPAS KOPI!?!" Antonio melempar bento-nya pas mengenai kepala bermahkota putih Gilbert.

12 Months || Arthur KirklandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang