--November: Ditengah Ujian--

472 86 23
                                    

"Hei, Artie. Kau senggang, ya. Ayo kita duel." Alfred meremas tinju tangan kanan dan menyeringai ke arah sepupunya.

"Senggang, huh? Bukannya kau sendiri yang memintaku ke sini, monkey!" Arthur langsung beremosi dan menggebrak meja.

"Eh? Iya ya. Hehe." Alfred tertawa polos. Menurunkan seringaiannya yang hampir seseram senyum manis Ivan.

Arthur mendengus dan beralih pada buku yang sedang ia baca tadi. Omong-omong, Arthur sedang berada di rumah Alfred saat ini. Alfred sendiri yang memintanya untuk ke rumah dalam rangka mengajarkannya pelajaran matematika. Berhubung esok sudah masuk hari ujian akhir semester satu.

"Sudah, berhenti main-main, Alfred. Keluarkan bukumu." Arthur mulai serius.

"Ayolah, Artie~ Jangan langsung belajar dulu. Otak harus fresh sebelum belajar." Alfred merengek, terlihat sangat enggan belajar.

"Cih. Kau hanya beralasan. Tak ada hal seperti itu. Lagipula, barusan kau sudah melahap tiga porsi burger, 'kan? Itu belum cukup untuk otakmu?!"

"Tentu saja belumlah. Otak seorang hero harus lebih banyak di fresh agar saat bertindak nanti tidak lelet!"

"Bertindak, katamu? Jika untuk bertindak, otak tak diperlukan! Hanya staminamu saja!"

"Hmmmmm. Aku tahu ini. Kau ... pasti takut berduel denganku, ya, Artie," desis Alfred penuh kesombongan.

"A-apa?!"

"Pasti kau takut. Aku yakin. Mengaku saja~ jangan berdalih." Alfred memanas-manasi.

"Siapa yang takut?! Mana! Sini jika ingin berduel sekarang!"

Alfred langsung mengangkat senyuman jahil. "Baiklah. Tapi, ada aturannya, lho."

Arthur menutup buku. "A-apa? Aturan apa?" Ia sedikit merasa curiga dengan duel yang ditawarkan sepupunya.

"Jika aku menang, kau harus melakukan satu permintaan dariku. Jika kau yang menang, aku lah yang siap melakukan satu permintaan darimu." Alfred menjelaskan. "Bagaimana?"

Arthur terdiam dalam waktu yang cukup lama. Hm. Boleh juga. Selama ini ada satu hal yang ingin Arthur minta darinya, sesuatu yang selalu Arthur minta tapi selalu juga Alfred abaikan. Yakni, tidak mengurusi hubungannya dengan [Name].

"Baiklah, itu terdengar menarik. Sini, mana duelnya. Aku akan menunjukkan keseriusanku." Sekarang seringaian di wajah Arthur lah yang terangkat.

"Oke." Alfred langsung mengeluarkan sesuatu dari laci meja belajarnya. Yakni, kartu uno.

"Ini mudah. Satu kali permainan. Got it?"

Arthur mengangguk. Kemudian keduanya menyingkirkan buku pelajaran yang tergeletak di meja. Dan mulai permainan mereka.

Tak perlu waktu yang lama ... pemenangnya adalah Alfred.

"Hahahaha! Hero mana mungkin kalah!" Alfred berdiri di atas meja.

Arthur terlihat kesal sambil merapikan kartu. "Itu karena kau curang! Empat kartumu plus empat!"

"Itu bukan curang, Artie. Itu the power of hero. Hahaha!"

"Cih." Arthur merasa nasib sedang menjahilinya hari ini.

Melihat Arthur yang sudah selesai membereskan kartu, Alfred lekas turun dari meja dan duduk kembali di samping Arthur.

"Kau siap melaksanakan permintaanku." Alfred terlihat sangat senang.

Arthur benci mengakui ini, benci kalah oleh si maniak burger ini. Tapi, tapi karena gentlemen harus bertanggung jawab, maka ia siap dengan permintaan sepupu anehnya ini.

12 Months || Arthur KirklandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang