--April: Impossible--

633 94 26
                                    

Tepat di awal April, Arthur diam-diam memerhatikan dua orang. Alfred dan [Name]. Di dalam kelas yang tengah kosong tak ada guru yang hadir. Guru bersangkutan di jam pertama memberikan tugas berupa bacaan di dalam buku paket. Tentu tugas seperti itu tak kan dikerjakan oleh sebagian murid, terlebih untuk BTT (Bad Touch Trio) yang sekarang tengah bermain uno di depan kelas. Sebagian murid suci (kutu buku) memprotes. Gilbert mengacungkan pantatnya tinggi-tinggi. Seketika kelas ribut.

Tapi tidak bagi ketiga orang yang hening dan berfokus pada apa yang mereka kerjakan. Bukan, bukan baca buku, bukan, bukan. Dua orang diantara ketiga orang tersebut berfokus memainkan ponsel, bukan hanya sekadar menyentuh layar, tapi juga tertawa kecil dengan apa yang ada di layar. Sedang satu orang lagi hanya diam memerhatikan dua orang yang memainkan ponsel.

Dua orang yang memainkan ponsel adalah Alfred dan [Name], sedangkan orang yang memerhatikan kedua orang tersebut adalah Arthur.

Aneh. Apa mereka berdua chattingan? Kenapa bisa bersamaan main ponsel seperti ini? Batin Arthur mulai curiga, melirik ke arah Alfred dan [Name] yang sesungguhnya duduk di kursi berjarak yang lumayan jauh.

"Wo—woi, Alfred. Kau sedang apa?" Arthur memberanikan diri tuk bertanya, terdengar tak peduli, tapi sesungguhnya ia sangat penasaran.

"Hem? Apa, Arthur?" Alfred menengok dengan sisa keceriaannya dalam bermain ponsel.

"Kau ... Sedang apa? Dengan ponselmu itu."

"Ah, ini. [Name] lucu sekali ya orangnya. Hahaha." Alfred menjawab sambil menyodorkan layar ponsel kepada Arthur.

Alis berlipat tebal milik Arthur terangkat semua, melihat apa yang ada di layar ponsel sepupunya. Mengapa alisnya demikian? Karena terlihat jelas di layar ponsel Alfred nama pesan [Name] yang jumlahnya 3.456.

Apa itu?! Chat dengan si Alfred sampai segitu?! A—aku ... Kalau denganku baru 300! Bagai petir, menggelegar jeritan ketidaksangkaan Arthur dalam relung batinnya.

Saat hendak mulut Arthur berkata pada Alfred, saat itu pula pintu kelas terbuka lebar menunjukkan sesosok figur yang seharusnya tak akan hadir hingga minggu depan.

"Hiyaaah~~ semuanya. Bapak sepertinya tak akan jadi absen hari ini." Itulah Bapak Sadik Adna—guru asal Turki. Guru jam pertama di hari ini yang mengaku mau absen tak hadir.

"BUSET! KABUR!" Oke, BTT kalang kabut merapikan kartu uno dan berlari terbirit ke arah belakang kelas.
"Woi, kalian! Main kartu pas saya tak ada?! ADUH!" Sadik melempar buku mengajarnya ke sembarang arah, kemudian berlari mengejar BTT yang akan kabur lewat jendela.

Sekumpulan orang suci (kutu buku yang tadi, lho) tertawa melihat BTT yang tertangkap oleh Sadik.

Arthur menghela napas, melirik ke arah [Name] yang ikut tertawa, tapi tak lama. [Name] kembali memainkan ponsel, dan kini tawanya ia tunjukkan untuk ponselnya. Arthur tersentak kaget, langsung menoleh pada Alfred. Astaga ... Alfred masih memainkan ponselnya.

Tak salah lagi ... Mereka berdua .... Arthur hanya bisa menghela napas, sedih ... Memang. Tapi si british ini, hanya menyentuh ponselnya dari balik saku celananya.

TERSERAH!

.
.
.

[April]

.
.
.

Aksi chattingan dalam jarak dekat yang dilakoni oleh Alfred dan [Name] ini terus berlangsung hingga Arthur sendiri kesal dan memutuskan untuk bolos sampai jam pulang tiba. Di mana ia bolos? Di atap sekolah bersama BTT.

12 Months || Arthur KirklandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang